~Chapter 15

15 7 0
                                    

"Kak Iqbal, aku suka sama Kakak. Jangan tinggalin aku Kak, nanti aku kesepian." Agatha menangis dan menaruh kepalanya di tangan Kak Iqbal.

Tiba-tiba tangan Kak Iqbal mengelus kepala Agatha dan tertawa kecil. Agatha pun langsung bangun da menatap Kak Iqbal.

"Hahaha, kamu lucu banget, sih, Tha," ledek Iqbal pada Agatha.

Pipi Agatha pun kembali memerah dan Ia pun merajuk.

"Ih Kak Iqbal kenapa ngeselin banget, sih?!" rajuk Agatha pada Kak Iqbal.

"Gak ngeselin gak seru, dong. Walaupun Kakak ngeselin tapi ngangenin, 'kan?" guraunya lagi.

"Iya, aku selalu rindu Kakak walau aku tahu Kakak gak pantas untukku." Agatha menunduk.

"Heh! Siapa yang ngomong begitu?" bentak Kak Iqbal.

"Gak ada."

"Ya udah jangan merasa gitu. Tadi Kakak denger kamu ngomong apa." Ka Iqbal menatap Agatha dengan serius.

"E-eh emang aku ngomong apa?" ujar Agatha pura-pura tidak tahu.

"Kamu suka sama Kakak, 'kan?" tanya Kak Iqbal langsung pada intinya.

"E-ehm, e-enggak kok," sangkal Agatha.

"Jangan bohong, Tha. Sampai kapan kamu nyembunyiin ini semua dari Kakak?" tanya Kak Iqbal sambil memegang tangan Agatha.

"Iya, Kak."

Kak Iqbal pun bangun dan duduk di atas kasurnya.

"Tha, Kakak juga mau jujur. Kakak suka sama kamu dari awal Kakak lihat kamu. Kamu itu unik, lucu, dan bisa meluluhkan hati Kakak yang bisa dibilang cuek dan bodo amatan. Kamu mau gak jadi pacar Kakak?" tanya Kak Iqbal dan menyatakan perasaannya pada Agatha.

"Kak, terima kasih sudah suka sama Aku. Aku mau jadi pacar Kakak," jawab Agatha menerima perasaan Kak Iqbal.

"Jadi sekarang kita resmi pacaran, Tha?" tanya Kak Iqbal memastikan.

"Iya, Kak."

Kak Iqbal pun langsung memeluk Agatha begitu erat.

"Kak?" Aku tak bisa bernafas karena Kak Iqbal memeluk Agatha seperti memeluk boneka.

"Ka, a-ku g-gak bisa na-nafas," ujar Agatha terbata-bata.

"Eh, maaf, Tha." Kak Iqbal melepas pelukannya.

"Walaupun aku tahu kita gak pernah bisa bersatu, setidaknya kita bisa menghabiskan waktu berdua, Kak," sahut Agatha dengan nada kecewa.

"Jangan sedih. Kakak akan membuatmu bahagia walau hanya sementara, Tha." Kak Iqbal tersenyum.

Agatha dan Kak Iqbal pun pergi dari Rumah Sakit karena Kak Iqbal sudah diperbolehkan pulang.

Mereka pun berjalan di sore hari, melihat senja bersama sambil meminum hot chocolatte.

"Hubungan kita seperti senja, Tha." Kak Iqbal menggandeng tangan Agatha.

"Kenapa?" tanya Agatha bingung.

"Indah namun hanya sekedar singgah. Kita kan gak bisa bersatu, Tha," jelas Kak Iqbal pada Agatha.

"Terus kenapa mau pacaran?" tanya Agatha sambil memasang muka cemberut.

"Karena Kakak gak mau kamu dimiliki orang lain. Gapapa kita beda agama, yang penting selalu bersama." Kak Iqbal merangkul Agatha dan mengantarkan Agatha pulang ke rumah.

Mereka pun sudah sampai di dekat rumah Agatha.

"Kak Iqbal, terima kasih, ya sudah mengantarkanku pulang.".

"Iya, sama-sama, Sayang. Kamu masuk, gih." Kak Iqbal mengelus kepala Agatha.

"Iya, kamu hati-hati, ya, Sa-sayang." Agatha menunduk.

"Siap, Sayang. Have a nice dream, ya. Good night, by," ujarnya seraya pergi meninggalkan Agatha.

IQHA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang