Hari ini Agatha diperbolehkan pulang. Beberapa hari di rumah sakit membuat dirinya menjadi rindu dengan suasana rumah dan sekolahannya.
Ceklek
Pintu ruangan Agatha terbuka, menampilkan sosok Iqbal yang baru saja datang. "Udah semuanya?" Tanya Iqbal seraya menghampiri Agatha.
Agatha tersenyum, mengangguk sebagai jawaban. "Orang tua mu kemana, Tha?" Iqbal menarik kursi mendekat ke ranjang Agatha. "Mama sama papa barusan aja keluar kak. Katanya lagi ngurus administrasi," jawab Agatha.
"Pakaian udah dikemasi semuanya?" Tanya Iqbal sekali lagi. "Udah, kak!" Setelah itu mereka hanya diam. Hanya suara angin yang menghiasi ruangan milik Agatha.
Demi memecah keheningan Agatha angkat bicara. "Ehm..., Kak?" Panggil Agatha gugup.
Iqbal menoleh, menatap Agatha dengan alis terangkat satu. "Kenapa, Tha? Ada perlu sesuatu? Bilang sama kak Iqbal!" Agatha menggeleng keras. Menggigit bibir bawahnya untuk mengurangi rasa gugup yang menerpanya.
"Ka-kak Iqbal ke sini g-gak di marahin sama orang tu-tua kakak kan?" Tanya Agatha terbata-bata. Agatha tahu setelah kejadian di rumah sakit saat Iqbal kecelakaan waktu itu, orang tua Iqbal meminta ia untuk menjauhi Iqbal. Bukan-bukan Agatha berpikir orang tua Iqbal membenci dirinya karena ia dekat dengan anaknya. Agatha tau orang tua Iqbal melakukan itu semua demi kebaikan mereka bersama.
Agatha tak ingin lebih jauh lagi terjebak dengan rasa yang ia miliki. Betul kata papanya waktu itu. Keyakinan diantara mereka menjadi penyebab hubungan percintaan mereka kandas. Agatha sadar bahwa ia dan Iqbal tak akan pernah bersatu sekalipun dunia merestui.
Dengan senyum yang selalu tercetak dibibirnya, Iqbal menjawab pertanyaan Agatha dengan kelembutan sebagai ciri khas seorang Iqbal. "Boleh kok. Tadi kakak sempat ijin mau ke sini buat jenguk kamu," jawab Iqbal jujur.
"Kak Iqbal ke sini gak sama Riri?"
Deg!
Jantung Iqbal mendadak ingin berhenti. Pertanyaan yang di lontarkan Agatha kali ini membuat dirinya gugup. Ia harus menjawab dengan kalimat seperti apa supaya Agatha percaya dengan dirinya. Jujur pun ia akan melanggar perjanjian nya dengan Riri kala itu. "Riri di rumah. Katanya dia kurang sehat. Makanya dia gak ikut jenguk kamu. Tapi dia titip salam kok buat kamu," jawab Iqbal berbohong.
"Loh? Riri sakit, kak? Kalau gitu setelah pulang dari rumah sakit kita jenguk Riri ya, kak?"
"Kamu harus istirahat yang cukup, Tha! Tubuh kamu masih terlihat lemah."
"Ta-tapi 'kan Agatha ingin menjenguk Riri. Apa salahnya sih Agatha menjenguk Riri yang masih sakit?"
Salah, Tha! Salah besar! Jerit batin Iqbal.
"Nunggu sepenuhnya kamu sehat ya, habis itu baru deh nanti kakak ajak kamu jenguk Riri."
"Kak Iqbal ini kenapa sih? Kayak ada yang disembunyiin sesuatu dari Agatha. Agatha 'kan ingin jenguk sahabat Agatha, kak udah itu aja kok," Iqbal menghirup udara sebanyak-banyaknya, memijit pangkal hidungnya guna meredakan pusing akibat ucapan yang di lontarkan Agatha.
Iqbal lupa kalau gadis di hadapannya ini sangatlah keras kepala. "Tha, kamu belum sepenuhnya sembuh! Harus banyak istirahat dulu. Kamu gak inget ucapan dokter waktu itu?" Agatha diam. Ia enggan berdebat dengan Iqbal karena masalah sepele ini. Lebih baik dia diam daripada memaksakan keinginannya yang pasti mendapat penolakan dari Iqbal untuk sekian kalinya.
"Kalau keadaan kamu benar-benar sudah sembuh, baru nanti kakak ajak kamu buat jenguk Riri."
"Memangnya separah apa sih kak penyakit Riri. Sampai-sampai harus menunggu keadaan Agatha sembuh sepenuhnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
IQHA (Completed)
عاطفية[Sudah terbit di Laskar Publisher, novel masih bisa di pesan lewat Shopee, link ada di bio profil.] Iqbal adalah lelaki yang taat akan ibadahnya. Namun, dia dipertemukan dengan sosok perempuan yang sudah, jelas-jelas berbeda dengannya. Berbeda keyak...