~Chapter 19

9 6 0
                                    

Bu Ayu dan semua teman-teman pun panik saat Iqbal membawa Agatha keluar dengan dilumuri darah pada wajahnya.

"Kak, itu Agatha kenapa?" tanya Ruri khawatir.

"Aku juga gak tau, Ri." Iqbal pergi meninggalkan Riri dan teman-temannya. Ia berjalan menuju ke UKS dan sangat khawatir atas apa yang terjadi pada Agatha.

'Tha, aku mohon! Kamu jangan tinggalin aku, Tha. Aku sayang sama kamu, bertahanlah, Sayang!', batin Iqbal cemas sambil meneteskan air matanya karena tak kuasa melihat orang yang ia sayangi terluka.

Iqbal pun sampai di UKS dan langsung meminta pertolongan tim Medis. Agatha pun diperiksa dan diobati.

"Silahkan tunggu di luar, ya, Bal." Bu Poppy, guru Kesehatan pun menutup pintu dan segera mengobati Agatha yang keadaannya semakin melemah.

"Tha, please bertahan sedikit, Sayang." Iqbal duduk di kursi tunggu dan orangtua Agatha pun datang ke sekolahan karena dikabari oleh pihak sekolah.

"Permisi, dek? Apa Agatha ada di dalam?" tanya Mama Agatha pada Iqbal yang sedang duduk di kursi tunggu.

"I-iya, Tante. Agatha ada di dalam lagi diobati sama Bu Guru yang kebetulan  dokter di sini."

"Oke, terima kasih, nak." Mama Agatha pun mondar-mandir gelisah.

"Pa, gimana keadaan anak kita?" ujar Mama khawatir sambil menangis.

"Iya, Ma. Berdoa aja biar Agatha baik-baik saja," sahut Papa Agatha menenangkan istrinya sambil merangkulnya.

Tak lama, dokter pun keluar dan memanggil Iqbal. "Iqbal?"

"Iya, Bu."

"Agatha sudah Ibu obati dan dia masih tidak sadarkan diri," jelas Bu Poppy.

"Bu, gimana keadaan anak saya?" ujar Papa Agatha.

"Eh? Bapak ini orangtuanya Agatha?" balas Bu Poppy.

"Iya, Bu."

"Silahkan masuk Pak."

Orangtua Agatha pun masuk bersama Iqbal. Mereka melihat kondisi Agatha yang begitu lemah dan tidak sadarkan diri.

"Hm, Om, Tante. Perkenalkan saya Iqbal kakak kelasnya Agatha." Iqbal mencium tangan Mama dan Papa Agatha.

"Iya, Nak Iqbal. Kamu yang menolong Agatha?" tanya Mama Agatha.

Iqbal tersenyum dan menganggukkan kepala.

"Terima kasih ya, Nak."

"Iya, Tante sama-sama."

Tak lama, Agatha pun bangun dan melihat orangtuanya datang dengan penglihatan yang tidak begitu jelas.

"Tha, ini Mama. Kamu baik-baik saja 'kan, Nak?" Mama Agatha memeluknya dan menciumnya.

"Iya, Ma. Aku baik-baik saja."

"Kak Iqbal?" Mata Agatha tertuju pada seorang pria yang sedang menunggu dan menatapnya dengan postur tubuh yang gagah.

"Iya, Tha. Kakak di sini." Iqbal menghampiri Agatha dan Agatha memegang tangannya.

"Ma, maaf, ya. Aku sayang sama Kak Iqbal," ujar Agatha kepada Mamanya.

"Iya, Tha. Tapi, kamu sama Iqbal hanya bisa temenan atau sebagai Kakak adik saja." Mama tersenyum lembut menatap putri semata wayangnya. Ia tahu perasaan anak nya sekarang seperti apa, karena ikatan ibu dan anak tak pernah salah.

"Kamu belum boleh pacaran, Nak," tambah Papa.

"Iya, Ma. Aku tau, aku dan Kak Iqbal memang beda agama. Tapi, kita berdua saling suka Ma. Gak apa-apa kan aku mengagumi ciptaan-Nya?" bantah Agatha kepada Mamanya.

"Tha, udah jangan terlalu memaksa. Ikuti alur aja, Tha," ujar Iqbal berbisik pada Agatha.

Agatha hanya mengangguk dan menatap kedua orangtuanya sambil berkata dalam hati,'Maafin aku, Ma, Pa. Tapi, aku sayang sama dia.'

Agatha akhirnya pulang lebih dulu karena keadaannya masih tidak stabil.

"Ka, aku pulang dulu, ya," pamit Agatha pada Iqbal.

"Iya, hati-hati, di jalan, ya." Iqbal tersenyum.

"Kami pamit ya, Bal." Papa Agatha tersenyum dan masuk ke dalam mobil.

"Iya, Om hati-hati."

Mereka pun berpisah. Agatha menuju kamarnya dan berbaring di kasurnya.

IQHA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang