Kak Iqbal dan Riri tidak menduga kalau pertunangan mereka adalah malapetaka untuk Agatha.
Mereka berdua sangat merasa bersalah. Karena acara mereka, Agatha menjadi kecelakaan seperti ini.
"Riri! Iqbal! Agatha?!!" Terdengar ada orang yang memanggil ketiga nama tersebut.
Ternyata itu adalah orang tua mereka bertiga yang menyusul.
"Agatha! Agatha! Sayang, kamu kenapa, Nak?" Mama Agatha terkejut melihat anaknya terbaring lemah dan berlumuran darah di sekujur tubuhnya. Mamah mengguncang tubuh Agatha berharap anaknya dapat menjawab pertanyaannya.
"Agatha kecelakaan, Tan, tadi dia tertabrak mobil. Agatha berusaha menyelamatkan Riri, Tan. Maafin Riri. Karena Riri, Agatha jadi seperti ini, Tan."
"Ya Ampun, Agatha. Kamu kenapa bisa ceroboh begini? Kamu gak kasihan sama Mama dan Papa, yaa?" ucap Mama Agatha sambil menangis.
Tidak lama, terdengar sirine ambulance yang mendekat ke arah mereka. Ternyata Iqbal yang telah menghubungi pihak rumah sakit. Segera mereka membawa Agatha ke rumah sakit.
Agatha dilarikan ke rumah sakit Pelita dan masuk ruangan UGD untuk di periksa lebih lanjut oleh dokter.
Sementara, orang tua Riri dan Iqbal, berniat untuk menunda dulu acara pertunangan mereka dan memilih segera menyusul ke rumah sakit Pelita dan menemui orang tua Agatha sedang menunggu di sana.
"Tan, gimana keadaan Agatha? Apa udah ada kabar?" tanya Riri khawatir.
"Belum. Dokter juga belum keluar dari tadi," jawab Mama Agatha yang sudah menangis sejak tadi.
"Ya Allah, gimana kondisi Agatha?" Riri terus mondar mandir karena khawatir akan keadaan Agatha.
Beberapa menit kemudian, dokter keluar dari ruangan UGD dengan wajah yang bercucuran keringat. Semua yang berada di sana langsung saja berdiri dan melemparkan banyak sekali pertanyaan kepada dokter.
"Maaf, Bu. Saya tidak bisa menjawabnya satu per satu. Di sini saya akan menyampaikan berita bahagia terlebih dahulu."
Semuanya terdiam dan menunggu kejelasan dari dokter.
"Beruntung sekali anak ibu cepat-cepat di larikan ke rumah sakit. Jika tadi telat sedikit saja pasti nyawa anak ibu sudah tidak tertolong lagi," jelas dokter terus terang.
Mata Riri membulat, tadi saat ia mengecek denyut nadi milik Agatha sudah tidak terasa, tapi mengapa saat ini dokter mengatakan nyawa Agatha tertolong. "Ta-tapi dok, saat saya tadi mengecek denyut nadi milik pasien sudah tidak terasa. Kenapa tadi dokter bilang nyawa pasien tertolong?" tanya Riri penasaran.
Dokter tersebut tersenyum menanggapi ucapan Riri. "Mukjizat Tuhan yang diberikan pada pasien," kata sang dokter mengundang helaan nafas lega mereka.
"Dokter!Jika tadi adalah kabar baik, bagaimana dengan kabar buruknya?" Iqbal angkat berbicara membuat orang-orang di sana kembali cemas.
"Sebelumnya saya minta maaf. Pasien memerlukan donor jantung saat ini. Jantung pasien melemah seiringnya berjalannya waktu. Kita semua para rekan media telah berusaha untuk menjaga detak jantung pasien agar tetap stabil. Tapi sampai saat ini jantung pasien semakin melemah dan dapat menyebabkan kematian. Jika dalam 1X24 jam pasien tidak segera mendapatkan donor jantung, saya dan rekan medis tidak sanggup berbuat apa-apa lagi," jelas sang dokter yang membuat mereka tercengang.
"Apa tidak ada cara lain untuk menyelamatkan anak saya, Dok? Saya mohon, Dok, selamatkan anak saya. Tolong!!!" ucap Mama Agatha memohon.
"Maaf ibu, saya tidak bisa berbuat banyak di sini. Hanya itulah cara agar anak ibu selamat," tutur sang dokter menatap sendu ibu Agatha.
Semua diam. Tidak ada satupun orang yang berani angkat bicara. Sedangkan Mama Agatha telah menangis di pelukan sang suami.
Sampai salah satu suara membuat mereka tercengang hebat. "Dok, saya yang akan mendonorkan jantung saya untuk pasien," ucap Riri datar.
"Ri, kamu gila apa? Kamu udah siap semua resiko yang akan kamu hadapi?! Yang kamu pertaruhkan ini nyawa, Ri!" bantah Iqbal ketika mengetahui Ririlah yang akan mendonorkan jantungnya.
"Gapapa, Kak. Aku rela berkorban untuk Agatha. Karena aku juga 'kan Agatha seperti ini." Iqbal terdiam. Otaknya mencerna setiap kata-kata yang gadis itu ucapkan. Riri pun telah berpikir matang-matang untuk mengorbankan nyawanya demi sahabatnya.
"Riri! Kamu tidak memikirkan kondisi ibu dan ayah kamu, nak?" Ibu Riri menangis ketika mendengar anaknyalah yang akan mendonorkan jantungnya untuk sahabatnya. "Di sini kamu mempertaruhkan nyawamu sebagai gantinya. Ibu tidak akan mengizinkan kamu untuk mendonorkan jantungmu untuk Agatha." Ibu Agatha menentang keras tindakan anaknya yang terlalu tiba-tiba.
"Iya, nak! Biarkan kami mencari pendonor jantung untuk Agatha. Masa depan kamu masih panjang di sini. Tidak sepatutnya kamu mengorbankan apa yang tidak sepatutnya kamu korbankan," ucap Mama Agatha.
Riri tersenyum sangat manis kepada mereka semua. "Di sini tugas Riri sebagai sahabat diuji, seberapa bergunanya Riri menjadi sahabat untuk Agatha. Riri tahu, nyawa Ririlah yang akan menjadi korban, tapi Riri tidak peduli karena bagi Riri sahabat adalah jiwa yang bersatu dalam tubuh yang berbeda. Maka dari itu ijinkan Riri mendonorkan jantung Riri untuk Agatha." Semua terdiam atas perkataan Riri. Sedangkan ibu Riri tengah menangis meraung-raung melihat anaknya berkorban untuk sahabatnya.
"Ayah setuju kalau itu mau kamu. Bagaimanapun kamu telah memikirkan ini secara matang-matang," ucap Ayah Riri tiba-tiba yang membuat mereka tercengang. "Ayah bangga memiliki putri seperti kamu, nak!" lanjut ayah Riri seraya mengelus puncuk kepala anaknya.
"Jika nanti ayah dan ibu merindukan Riri, temuilah Agatha karena nanti rindu ibu dan ayah akan terobati," ucap Riri disertai senyum yang terus mengembang. "Pasti, nak!" Riri mengangguk menghampiri ibunya yang tengah menangis tersedu-sedu.
"Ibu, terimakasih ya selama ini telah menjaga dan merawat Riri. Maaf jika Riri selalu menyusahkan kalian. Riri ijin untuk pergi ya, Bu. Riri sayang ibu." Riri memeluk ibunya erat dengan begitu dibalas ibu Riri tak kalah eratnya.
Semua yang ada di sana menumpahkan air matanya, tak terkecuali Iqbal. Di sini Iqbal menyaksikan pengorbanan seorang sahabat yang begitu dalam yang pernah ia temui.
"Untuk kak Iqbal, boleh Riri minta tolong untuk menuntun Riri mengucap syahadat saat Riri sakaratul maut nanti. Boleh kak Iqbal?" Iqbal mengangguk, menghapus jejak air matanya yang sejak tadi turun.
"Kalau begitu, mari ikut saya ke dalam untuk memeriksa kondisi anda." Dokter memerintah Riri untuk mengikutinya keruangannya untuk mengecek kesehatan jantung Riri. Di susul Iqbal yang menemani Riri untuk terakhir kalinya.
"Nak, terima kasih banyak, yaa," ucap Mama Agatha tiba-tiba. Riri berbalik menatap Mama Agatha dan tersenyum. "Tolong jika nanti Agatha sadar jangan beritahukan bahwa Riri yang telah mendonor jantung untuknya." Riri memohon kepada mereka semua dan diangguki lemah oleh mereka semua pula.
Di sini kita dapat melihat pengorbanan seorang sahabat yang tidak dapat kita temui. Ia rela menaruhkan nyawanya sendiri demi sang sahabat agar bisa melihat keindahan yang diciptakan oleh sang Kuasa.
Ia berani menukar nyawanya demi sahabat yang selama ini menemaninya dikala susah dan senang.
Karena bagi Riri sahabat adalah jiwa yang bersatu dalam tubuh yang berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
IQHA (Completed)
Romance[Sudah terbit di Laskar Publisher, novel masih bisa di pesan lewat Shopee, link ada di bio profil.] Iqbal adalah lelaki yang taat akan ibadahnya. Namun, dia dipertemukan dengan sosok perempuan yang sudah, jelas-jelas berbeda dengannya. Berbeda keyak...