Chapter 40

3.8K 299 12
                                    

Lucas mengajak Ebert dan Zwetta ke sebelah barat Castle. Disana mereka mulai membuat anak. Entahlah apa yang ada dipikiran Lucas. Zwetta tak tahu dan tak ingin tahu. Ia terlalu malu untuk menjabarkannya. Bahkan saat ini Zwetta memejamkan matanya. Ia tak mau melihat apa yang akan dilakukan oleh dua lelaki beda generasi itu.

"Kupas! ini dimasukin kemana?"

"Ke lubang itu! Kan ada dua,nah masukin satu persatu"

"Oh oke"

Ebert menjalankan apa yang Lucas perintahkan. Ia memasukan benda itu kedalam lubang yang dimaksud Lucas.

"Akkhhh..sssshhss."

Teriakan Zwetta yang tiba-tiba membuat Lucas menoleh. Ia menatap matenya itu yang masih dalam keadaan memejamkan mata dengan senyuman miring.

"Kupas ini digimanain?"

"Tancepin sampai dalam. Kalau udah dipakaikan bajunya"

Ebert kembali melakukan apa yang Lucas perintahkan. Ia dengan telaten dan sedikit kesusahan menacapkan benda itu agar semakin masuk kedalam.

"Yeay! Anaknya udah jadi!" seru Ebert dengan mengangkat tinggi anak yang ia maksud.

"Bagus! Sayang lihatlah apa yang sudah kita buat!" pinta Lucas kepada matenya

Zwetta masih enggan untuk membuka matanya. Namun tangannya tengah menggaruk tumit kakinya yang digigit semut. Begitu gatal dan sakit hingga dirinya mengeluarkan teriakan.

"Cantik, buka matanya dong!"

Dengan malas, Zwetta membuka sebelah matanya terlebih dahulu. Kemudian dilanjutkan dengan mata yang satunya. Ia melonggo ketika melihat anak yang dibuat Ebert dan Lucas.

"Pfftt....itu anak atau orang-orangan sawah? hahah" 

Tawa Zwetta seketika pecah. Ia tak sanggup lagi menahannya. Bagaimana tidak coba? Anak yang dibuat Ebert dan Lucas lebih cocok dipanggil orang-orangan sawah. Kepalanya terbuat dari buah Apel. Tubuhnya terbuat dari ranting pohon dengan tangan yang menjulur lurus. Dan lihatlah bagaimana bajunya? begitu besar dan menjuntai. Sepertinya itu kaos Lucas yang sudah kekecilan.

"Kupas, kok cantik ketawa? Inikan anak nya cantik sama kupas"

Lucas menonyor kepala Ebert. Ia tak menyangka adiknya akan berkata seperti itu. Bahkan kini Zwetta juga telah menghentikan tawanya. Ia menatap Ebert dengan datar dan serius.

"Sayang..."

"Hmmm?"

"Siap untuk menghukum bocah tengil pecicilan ini?"

"Yes, i'm ready!"

Sepasang kekasih itu perlahan mendekati Ebert yang menatapnya dengan bingung. Keduanya terus maju hingga didepan mangsa mereka yang hanya diam tak berkutik. Ebert mengedipkan matanya lucu. Ia tersenyum dan merentangkan tangannya.

"Ayo gendong Ebelt!" pinta Ebert dengan masih tersenyum lebar.

Zwetta menyunggingkan smiriknya. Ia mengambil pisau lipat disaku celananya. Ebert membelakkan matanya. Ia baru ingat kalau kakak iparnya adalah seorang psikopat. Susah payah ia menelan salivanya sendiri. Dengan takut, Ebert melipat mulutnya kedalam. Senyuman tak lagi ia pamerkan.

"Kok gitu? ayo senyum lagi, Ebert sayang"

Ebert menggelengkan kepalanya. Ia tak mau menuruti apa yang Zwetta pinta. Lucas yang kini tahu apa tugasnya. Dengan segera mencekal Ebert kedalam dekapannya. Ia mengunci setiap gerakan yang adiknya lakukan.

My Mate Is Psychopath (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang