Chapter 31

4.6K 419 0
                                    

Paginya Zwetta dan Lucas bersikap seperti biasa. Seakan kejadian semalam tak berarti apa-apa. Bahkan sekarang, mereka tengah bersenda gurau dan tertawa bersama.

Dibalkon kamarnya, Lucas dan Zwetta menikmati kue coklat buatan Anastasia. Sangat cocok dengan suasana pagi menjelang siang yang begitu cerah. Keduanya memang terbangun agak siang. Dan semua itu karena ulah Zwetta yang tak ingin beranjak dari tidur. Ia memaksa Lucas untuk tetap berbaring dan menjadikannya guling. Kalau Lucas menolak maka ujung mata pisau Zwetta akan menyentuh kulitnya lagi. Lucas yang tak ingin kulitnya penuh dengan lukapun. Akhirnya hanya bisa menurut.

Akan tetapi ada berkah dibalik itu semua. Dia memberikan Zwetta pilihan. Jika ingin dirinya tidur kembali dan menjadikan Lucas sebagai guling. Maka Zwetta harus membebaskan Lucas untuk menciumnya hingga Lucas puas. Zwetta tak keberatan dengan itu semua. Dengan senang hatinya dia menyangupi syarat dari Lucas. Namun dengan maklumat bahwa Lucas hanya boleh mencium diarea wajahnya. Jika melanggar, siap-siap saja bibir Lucas akan menjadi sasaran selanjutnya.

"Kau tadi sungguh membuatku terbang kemudian kau hempaskan"

Zwetta terkekeh disela-sela makannya. Ia berhasil mengerjai Lucas. Dan itu sungguh membuatnya puas.

"Itu salahmu juga, Luc. Untuk apa terbang. Bahkan burung yang mempunyai sayap pun belum tentu ingin terbang"

"Memangnya kau tahu kalau burung tidak ingin terbang?"

Zwetta mengangguk. Seakan dia telah menyiapkan jawabannya.

"Melalui apa?"

"Telepati! Tentu saja saat aku mendaratkan pisauku disayapnya, dia tak ingin lagi terbang. Hahaha"

krik...krik..

Lucas menatap Zwetta dengan diam. Membiarkan Zwetta terus menerus tertawa.

"Lagi-lagi dihubungkan dengan darah" desis Lucas yang didengar oleh Zwetta.

Zwetta mengambil kue coklat yang ada dimeja. Kemudian menyuapinya pada Lucas. Lucas menerima suapan dari Zwetta. Namun wajahnya masih saja cemberut.

"Kan aku suka darah, sayang. Apa kau lupa?"

"Lama-lama kau bukan seperti psikopat tapi vampir"

Keduanya sama-sama tertawa. Candaan kecil saja mampu membuat hubungan mereka kian erat.

"Wah kalian semakin serasi saja. Luc, cepatlah tandai Zwetta dan buatkan ibu cucu yang banyak"

Ucap Anastasia setelah kembali lagi kedalam kamar anaknya sembari membawakan susu untuk Zwetta. Dari saat ia berjalan menuju balkon, gelak tawa terdengar ditelinganya. Tentu saja hal itu membuatnya tersenyum. Ia bahagia ketika Lucas kembali bahagia. 

Zwetta yang diperlakukan khusus oleh Anastasia lantas berterimakasih. Kebahagiaan begitu kentara terlukis diwajahnya. Namun berbeda dengan Lucas. Wajahnya tertekuk begitu masam.

"Kau kenapa Luc?" tanya Zwetta

Lucas tak menjawab. Ia malah menatap ibunya dengan bibir yang mengerucut.

"Ibu mengapa hanya Zwetta yang dibuatkan susu. Untuk Lucas mana?"

Zwetta dan Anastasia sontak tertawa dengan rengekan Lucas. Mereka pikir Lucas mengapa. Ternyata hanya masalah susu.

"Luc kau tak malu dengan umurmu? Kau itu bukan bocah lagi Luc"

"Tapikan bu. Susu itu enak. Dia putih melebih Zwetta. Dan aku menyukainya!"

Anastasia memijat pelipisnya atas kelakuan Lucas. Ia memang memanjakan Lucas. Namun setelah Lucas dewasa dia berharap Lucas bisa berhenti meminum susu.

"Berhentilah, Luc. Kau seperti anak kecil. Pantas saja kau berkeringat dingin saat terluka. Hahaha"

Ucapan Zwetta membuat Anastasia ingat bahwa anaknya masih terluka. Kini wajahnya terlihat serius. Anastasia menatap Lucas dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Luc, Apa kau sudah menemukan siapa yang melukai punggungmu?"

Lucas mengerjab. Ia tiba-tiba merasa gugup dan pasokan udara juga serasa menipis. Ia harus berkata apa pada ibunya? Apa ia harus memberitahukan yang sebenarnya?

Lucas melirik Zwetta. Seakan meminta saran kepadanya. Zwetta yang mengerti akan posisi Lucas, dengan mantapnya mengangguk. Ia tahu mungkin jawabannya kali ini akan berdampak besar pada hubungannya dengan Lucas. Namun ia juga tahu, semakin lama ia menyembunyikan siapa dirinya, semakin bertambah pula keburukan untuk kedepannya.

Lucas menghela napas. Dengan sekali tarikan, ia menjawab pertanyaan ibunya.

"Zwetta"

"Maksudmu?"

"Zwetta yang melukai punggung Lucas"

Anastasia membekap mulutnya. Ia menatap tak percaya pada Zwetta yang masih saja bersikap santai padahal dirinya telah ketahuan.

Anastasia mendekat kearah Zwetta. Ia menganggat tangannya keudara. Siap untuk melayangkan tamparannya. Namun sebelum itu terjadi, Lucas bergerak cepat untuk menghentikannya.

"Mengapa kau menlindunginya, Lucas?! Dia telah menyakitimu! Dan secara tidak langsung dia juga menyakiti ibu!" murka Anastasia pada putranya.

"Mudah saja bu. Karena aku mencintainya"

Anastasia berdecak. Cinta? itukah cinta menurut mereka? menyakitit adalah sebuah cinta bagi mereka?

Anastasia masih tak percaya akan tindakan Zwetta. Jadi selama ini maksud dari warna hitam disekitar tubuh Zwetta adalah ini? Anastasia memejamkan matanya. Ia berusaha meredam emosinya. Meskipun ia mudah tersulut emosi. Namun ia tak pernah gegabah. Karena baginya asap tak akan pernah ada tanpa adanya api.

"Lucas jelaskan pada ibu"

Lucas mengenggam tangan Zwetta. Ia meminta ibunya untuk duduk terlebih dahulu sebelum menjelaskannya. Lucas menjelaskan semuanya tanpa kurang sedikitpun. Dimulai dari saat Zwetta membunuh rogue, mimpi anehnya yang ternyata adalah sebuah kenyataan dan terakhir pernyataan Zwetta yang mengatakan bahwa dirinya adalah seorang psikopat.

Anastasia mangut-mangut mendengar pernyataan Lucas. Ia terlihat lebih santai namun hatinya penuh dengan keterkejutan.

"Zwetta bisakah kau menjelaskan pada ibu, apa yang membuatmu begini?"

"Maksud ibu?"

"Ibu tahu kau gadis yang baik. Dan ibu yakin jiwa psikopatmu itu muncul karena kejadian dimasa lalu, benarkan?"

Zwetta tertegun. Apa yang dikatakan Anastasia itu adalah benar. Dia menjadi psikopat sejak berusia 14 tahun. Dan semua itu karena masa lalunya yang kelam.

Zwetta akhirnya mengangguk. Namun ia masih mempertahankan sikap santainya. Ia tak boleh bergetar hanya karena sekelebat bayangan tentang masalalunya kembali terngiang.

"Ibu sepertinya Zwetta belum siap untuk bercerita. Lagi pula yang harus kita lakukan saat ini adalah membuatnya kembali normal" ucap Lucas dengan meremas tangan Zwetta kuat. Ia menyalurkan ketenangan untuk matenya itu.

"Baiklah, ibu setuju denganmu, Luc. zwetta maafkan sikap ibu yang hampir saja menamparmu ya. Ibu terlalu emosi tadi"

"Iya bu, Zwetta maafkan"

Ketiganya tersenyum. Keluarga Lucas menerima apapun kondisi Zwetta. Dan siapapun Zwetta. Karena mereka tak ingin melawan Tuhannya. Zwetta adalah takdir yang tuhan berikan untuk Lucas. Biarkan nanti ayah,adik, dan sahabat Lucas mengetahui lewat Anastasia.





TO BE CONTINUE

NEXT?

                              13 Oktober 2020

My Mate Is Psychopath (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang