Chapter 38

3.7K 340 5
                                    

Lucas saat ini masih mengelilingi Castle. Setelah bermanja dengan Zwetta tadi, seketika ia tersadar jika kakaknya telah pergi. Dan lebih parahnya lagi masih dalam keadaan berlumur darah!

Lucas yang memang notabenya anak baik, berniat untuk mengobati luka Blevin. Meskipun bisa sembuh sendiri namun ia tahu bagaimana sakitnya jika tidak dibantu dengan P3K.

"Duh....Kak Blevin mana sih?" 

Manik hitam itu tak pernah usai melirik setiap bagian Castlenya. Hingga penglihatannya melihat siluet manusia yang sedang terduduk lesu dibawah pohon apel disebelah barat Castle nya. Tak salah lagi, manusia itu adalah Blevin, kakaknya.

"Kak!!"

Blevin menoleh. Ia tersenyum tipis kearah Lucas. Tubuhnya masih seperti tadi. Ia bahkan tak berniat untuk membersihkannya.

"Kakak ngapain disini? lukanya kan belum diobati" tanya Lucas setelah sampai didepan Blevin

"Hahah tak apa Luc. Ini hanya luka biasa. Lagian tidak sakit kok"

"Karena sakit dihatiku lebih dalam daripada luka sayatan ini, Luc" tambah Blevin dalam hatinya.

Lucas ikut duduk disebelah Blevin. Ia mengamati darah yang telah mengering itu. Ada rasa bersalah yang menyelimuti hatinya. Memang bukan Lucaslah yang melakukannya, namun Zwetta adalah belahan jiwanya. Sudah sepantasnya jika dia yang bertanggung jawab.

"Kak, aku sungguh minta maaf atas kelakuan Zwetta. Aku harap kakak maklum karena Zwetta adalah....."

"Gadis Psikopat. Ah...bukan gadis lagi, tapi tepatnya wanita Psikopat"

Lucas terkejut. Ia bahkan belum memberi tahu siapa Zwetta kepada Blevin. Lalu, darimana Blevin mengetahuinya?

"Aku telah mengenal matemu sejak dia berusia 12 tahun" jelas Blevin setelah melihat kebingungan diwajah Lucas.

"Ba...bagaimana bisa?"

-Flashback on-

5 tahun yang lalu. Ketika Blevin memutuskan untuk pindah kerumahnya yang dulu. Tepatnya di kota Forks. Tempat dimana ia dilahirkan dan diajarkan banyak hal oleh ayahnya, Smirt Clell.

Blevin yang waktu itu berusia 25 tahun memutuskan untuk kabur dari rumah ibunya, Sarah Raquella, yang berada di Seattle. Ia tak tahan dengan kelakuan ibunya yang setiap saat bergonta ganti pasangan. Bahkan setelah berpisah dari ayahnya, ibunya bukan semakin waras namun malah semakin menjadi. Blevin yang memang sedari belia tak dihiraukan, merasakan kesepian yang begitu dalam. Tak ada teman curhat. Tak ada kasih sayang seorang ibu dalam hidupnya.

Dengan bermodal tekad dan sedikit uang hasil tabungannya. Ia menuju Forks. Sendirian, seperti hari-harinya selama 15 tahun silam. Ia naik angkutan umum tidak sampai rumahnya, karena jaraknya yang lumayan jauh dan uangnya yang telah habis. Maka dari itu ia meneruskan perjalanan dengan jalan kaki. Menyusuri aspal yang dikelilingi oleh pepohonan yang rindang.

Saat kakinya melangkah sejauh 2 km. Ia melihat seorang gadis kecil yang tengah meringuk dipinggir jalan. Ia pun menghampiri gadis malang itu.

"Hei...Ngapain disini?" tanyanya dengan lembut.

Gadis kecil itu mendongak. Ia begitu manis dan cantik. Tubuhnya yang mungil namun berpostur tinggi itu seketika membuat Blevin terkesima. Bahkan selama beberapa menit Blevin tidak berkedip.

"Om...to...long aku" pinta gadis itu dengan pipi yang sudah berbanjir air mata.

"Apa yang bisa aku lakukan untukmu?"

My Mate Is Psychopath (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang