Perjuangan

724 166 1
                                    

Happy reading^-^

...

Pagi ini Niko datang ke Sekolah sedikit lebih siang dari biasanya. Pemuda itu turun dari motor dengan mulut yang sesekali menggerutu kesal. Bagimana tidak? Lagi-lagi kebiasaan anehnya kambuh, kebiasaan aneh yang mengganggunya selama satu minggu ini, yaitu memperhatikan rumah Ara dan mencari keberadaan gadis itu.

Niko benar-benar meratapi kebodohannya. Untuk apa ia mencari gadis itu? Bukankah bagus jika Ara sudah tidak mengganggunya lagi? Terhitung sudah satu minggu gadis itu menghilang.

Bruk ...

Karena terlalu sibuk dengan kebodohannya, Niko tanpa sadar menabrak seorang gadis berkacamata. Gadis itu terlihat memungut buku yang terjatuh dari tangannya, "Maaf." Hanya itu yang terlontar dari mulutnya sebelum pergi tanpa menatap Niko sedikitpun.

Niko memandang aneh gadis dengan rambut lurus sebahu itu.

"Woi, Nik! Ngapain lo berdiri di situ?"

Niko cukup terkejut dengan kehadiran ketiga sahabatnya, tapi pemuda itu segera mengubah ekspresinya kembali datar. "Liatin orang di belakang lo, Lang."

Leher Gilang meremang saat mendengar suara dingin Niko. Pemuda itu menoleh ke belakangnya, kosong. Sebenarnya, ia bukanlah pemuda penakut, hanya saja cara bicara Niko tadi mampu membuatnya merinding.

"Buset, Maemunah! Masih pagi, Nik. Jangan bikin gue parno!"

Arkan dan Nauval tergelak saat melihat ekspresi takut Gilang. "Sadar diri, Lang. Setan lebih takut sama lo," ejek Nauval sambil menoyor kepala Gilang.

"Gak kebalik, Val?" balas Gilang tak terima.

Arkan menggeleng takjub melihat tingkah kedua orang itu. Bisa-bisanya ia memiliki teman modelan Gilang dan Nauval yang sangat jauh dari kata waras, begitulah isi kepala Arkan.

Tatapan Arkan beralih pada Niko yang masih memasang wajah temboknya. "Jadi, lo ngapain berdiri disini sendirian?" tanyanya penasaran.

Namun, Niko hanya menggumam lalu berbalik, meninggalkan ketiga temannya.

"Ish ... ish ... ish ... padahal gue mau ngasih tau kalo Ara udah masuk sekolah," gerutu Arkan.

"Percuma lo kasih tau dia, Ar. Gak akan peduli!" sahut Nauval seraya memukulkan tasnya ke kepala Gilang, kedua orang itu masih saja mempermasalah tentang siapa yang lebih menyeramkan jika dibandingkan dengan setan, sungguh unfaedah.

Di sisi lain, Ara memasuki kelasnya dengan pandangan yang hanya terfokus pada buku setebal make up cabe-cabean di tangannya.

"Woi, Ra! Pala lo kebentur, ya?"

Ara mengalihkan fokusnya, menatap Lovy yang kini juga tengah menatapnya. "Emang kenapa?" tanyanya seraya duduk di samping Vega.

"Terakhir kali kita ketemu, lo galau mikirin si Niko. Sekarang? Udah move on ke buku, Lo?" Ale balas bertanya.

Ara lantas tertawa renyah, "Mana bisa Ara move on ke buku? Ara masih waras!"

"Penampilan lo juga berubah, Ra. Sekarang jadi keliatan lebih dewasa. Dimana rambut gelombang sebahu lo yang lucu itu? Ck, malah dilurusin kek gini!" celetuk Vega sambil menatap sebal wajah polos Ara.

"Tumben-tumbenan juga pake kacamata." Lovy menimpali.

Ara menyimpan bukunya di atas meja lalu melepas kacamata yang bertengger di batang hidungnya. "Mata Ara lagi kurang fokus."

"Ada masalah, ya, Ra?" Wajah Ale tiba – tiba murung. Gadis itu menatap wajah Ara dengan khawatir.

Ara menggeleng dengan senyumannya, "Nggak, kok. Cuma masalah kecil, Ara masih bisa ngatasin sendiri. Kalian gak usah khawatir."

You Never Know [OPEN PRE-ORDER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang