Blind to You

699 143 18
                                    

Happy reading^-^

...

Saat ini, keempat gadis yang sudah bersahabat sedari kecil itu tengah berada di UKS, menatap nanar luka di tangan Ara.

"Ya ampun, Ra! Sampai melepuh kayak gini, sorry." ujar Ale dengan kepala tertunduk.

Lovy yang tengah menggeledah lemari untuk mencari kotak obat lantas berucap. "Ini bukan salah lo, emang si Anoa aja yang gak waras!" sungutnya.

"Emang sakit jiwa tuh orang! Kalo aja gak ada Ara, mungkin muka lo yang melepuh, Sep!" timpal Vega yang kini terduduk di sofa yang tersedia di sana.

Ceklek...

"Ara? Tangan lo?"

Keempat gadis itu menoleh pada dua orang pemuda yang baru saja memasuki UKS, Arkan dan Gilang.

Gilang langsung menghampiri Ara saat gadis itu hendak menyembunyikan tangannya. "Gak usah disembunyiin!" sergahnya lalu beralih menatap Lovy yang kini sudah menggenggam kotak obat. "Sini, biar gue yang obatin Ara."

Sementara itu, Arkan memilih duduk di samping Vega. "Bisa ceritain kejadiannya?"

"Ngapain gue ceritain? Percuma! Sampe mulut gue berbusapun kayaknya kalian bakal tetep lebih percaya sama tuh Anoa!" sarkas Vega tanpa niat menatap Arkan.

Gilang yang tengah memasangkan perban pada tangan Ara lantas menatap tak suka pada Vega. "Lo pikir gue gak bakal belain adek gue?"

"Ya, mana gue tau!" sahut Ale malas. Ia berjalan menuju kursi milik perawat UKS lalu menelungkupkan kepalanya. "Lagian dia siapa, sih? Sebel gue!" imbuhnya.

Lovy menatap aneh gerak - gerik Ale. "Yah, Sep! Jangan nangis, elah!"

Vega dan Ara langsung bangkit saat melihat tubuh Ale mulai bergetar. "Ah, gak seru lo, Sep! Ngapa nangis, coba? Masa lo nangis cuma gara - gara Anoa?" ujar Vega, mencoba untuk mencairkan suasana.

Ale mengangkat kepalanya. "Gue gak nangis gegara dia, tau!" rengeknya, setengah berteriak.

"Terus Ale kenapa?" tanya Ara khawatir.

"Hua... Ara! Gak peka banget sih, Lo! Gue nangis gara - gara liat luka lo! Maafin gue!"

Ara, Vega, dan Lovy sontak tertawa saat Ale langsung memeluk tubuh Ara.

"Lo minta maaf, tapi ngegas, Sep!" 

"Ck. Sini pelukan dulu!"

Arkan dan Gilang dibuat melongo dengan tingkah empat gadis yang kini tengah berpelukan layaknya Teletubbies.

Arkan menghela napas saat acara pelukan itu selesai. "Sebagai Ketua OSIS yang baik dan benar, gue minta kalian ceritain kejadiannya."

Vega mengacungkan telapak tangannya. "Sebagai siswa yang gak peduli sama jabatan lo, gue minta lo belajar supaya pinter." sarkasnya.

"Dari luka Ara juga udah jelas gimana ceritanya, Bego!" timpal Ale yang kini menatap Arkan seolah ingin memakan pemuda itu hidup - hidup.

"Hah... Emang dari awal gue udah yakin kalo kedatangan si Liz itu bencana!" ujar Gilang yang entah sudah berapa kali menghela napas kasar.

Lovy menatap aneh Gilang. "Emang dia siapa, sih? Bukannya temen kalian? Kenapa kalian gak belain dia kayak si Niko sama si Nauval?"

"Bukannya gue gak belain dia, gue cuma gak mau menilai dari satu sudut pandang doang." sahut Arkan santai. Ia menatap Ara yang kini sudah kembali ke tempatnya. "Jadi intinya, bukan lo yang mau nyiram Liz, tapi sebaliknya?"

You Never Know [OPEN PRE-ORDER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang