If It Is You

730 143 16
                                    

Author saranin buat cek mulmed supaya feel-nya dapet, hehe...

Happy reading^-^

...

Hari ulang tahun Ara telah tiba, semuanya telah berkumpul mengelilingi sebuah meja yang di tengahnya terdapat kue ulang tahun berukuran sedang. Sesuai permintaan Ara, pesta itu diadakan dengan sederhana dan hanya dihadiri oleh teman - teman Ara. Namun, ada satu hal yang membuat Ara murung, Niko tak menghadiri pestanya.

Ara terlihat sangat tak bersemangat, ia bahkan langsung pergi meninggalkan teman - temannya setelah meniup kue ulang tahunnya. Hanya satu hal yang ia harapkan di hari ulang tahunnya yang ke-16, yaitu kedatangan Niko. Namun, rupanya Tuhan tak mengabulkan doa itu. Niko tak datang.

"Lo kenapa?" tanya Vega sambil memasuki kamar Ara bersama Ale dan Lovy.

Ara menatap langit - langit kamarnya. "Tuhan gak ngabulin doa Ara, Ve." kekehan hampa keluar dari mulutnya. "Aneh, ya? Harusnya kehadiran kalian udah cukup buat Ara bahagia, tapi rasanya hampa."

"Niko?" tanya Lovy yang kini terduduk di samping Ara.

Ara mengangguk. "Yang Ara harapkan cuma kedatangan dia, tapi dia gak ada. Memang Ara gak pernah terlihat di mata dia."

"WHAT?!"

Ara, Vega, dan Lovy menatap heran Ale yang tiba - tiba memekik dengan mata membulat menatap layar ponselnya. Ale beralih menatap ketiga gadis itu lalu melemparkan ponselnya ke arah mereka. "Gue angkat tangan!" ujarnya sambil meyembunyikan wajahnya di balik bantal sofa, menahan tangis.

Ara menatap kosong layar ponsel Ara yang tergeletak begitu saja. Di layar ponsel itu, terlihat sebuah foto yang menampilkan Niko bersama Aliza.

Vega langsung mengambil ponsel Ale lalu mematikannya. "Lo dapet darimana, Sep?"

Ale menggeleng. "Ada nomor asing yang ngirim ke gue."

Lovy mengerutkan dahinya. "Itu beneran Niko? Pake masker, kan? Siapa tau boong!"

"Tapi bukannya ada gosip juga kalo si Niko sama si Anoa ciuman di taman belakang sekolah?"

Vega dan Lovy langsung memberi tatapan membunuh pada Ale.

Ara tersenyum lemah. "Itu bukan gosip. Ara liat secara langsung."

Ale yang sebelumnya sudah mengangkat wajahnya, kini kembali menyembunyikan di balik bantal sofa. "Tau, ah! Si Niko sialan! Berani - beraninya giniin temen gue!" rengeknya.

Ara menundukan kepalanya. "Boleh tinggalin Ara sendirian?" tanyanya dengan suara bergetar.

Vega menghela napasnya lalu mengangguk. Ia memberi kode pada Ale dan Lovy untuk meninggalkan Ara sendirian. Dan tepat ketika pintu kamar itu tertutup, dapat mereka dengar isakan kecil dari dalam sana.

Ale menatap kedua sahabatnya dengan mata yang berkaca - kaca. "Gue benci sama si Niko!"

"Dia gak pernah bayangin gimana sakitnya Ara, apa? Bajingan!"

...

Keesokan harinya, Ara memasuki Kelas dengan wajah datar, binar di mata itu lagi - lagi menghilang.

Vega berdecak saat melihat Ara yang langsung menelungkupkan kepalanya di atas meja. Ia bangkit lalu menatap Ale dan Lovy. "Ayo ke Kantin! Temen kita yang tolol ini belum sarapan."

Ale dan Lovy langsung mendesah saat mendengar ucapan Vega yang bisa memancing pertengkaran antara gadis itu dan Ara. Dengan pasrah, keduanya mengikuti cara Vega.

"Heh, Tolol! Bangun, Lo!" titah Vega sambil menendang meja Ara.

Ara mengangkat kepalanya, matanya tajam menatap Vega. "Gak usah mancing gue!"

You Never Know [OPEN PRE-ORDER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang