Happy reading^-^
...
"Ra, dicari Kak Niko, tuh!" ujar salah satu teman sekelas Ara.
Ara mengangguk lalu bangkit dari duduknya. Gadis itu menyampirkan tasnya di bahu lalu menatap ketiga sahabatnya. "Ara duluan, ya?"
"Bentar, gue musti kasih wejangan dulu buat si Niko." ucap Vega yang langsung pergi untuk menghampiri Niko di depan kelas mereka.
Ara terkekeh lalu menggeleng - gelengkan kepalanya. "Kalian gak ikutan?" tanyanya seraya menatap Ale dan Lovy.
Kedua gadis itu menggeleng malas. "Bakal ribet kalo di luar ada si Nauval!" sahut Lovy.
"Bakal rusuh kalo di luar ada si Gilang!" timpal Ale yang kini tengah memandangi layar ponselnya dengan alis bertautan.
Ara mencebik lalu mengangguk. "Ya, udah. Ara pamit. Pesan Ara, jangan terlalu membenci karena cinta dan benci itu beda tipis kayak polos sama bego."
"Polos sama bego, ya lo, Ra!"
Ara tertawa mendengar jawaban Ale. Gadis itu langsung melesat pergi sebelum mendapat semburan amarah dari kedua sahabatnya.
"Udah ngasih wejangannya, Ve?" tanya Ara pada Vega yang kini tengah berdiri saling berhadapan dengan Niko.
Vega menggeleng sambil menatap sekilas Ara lalu kembali menatap tajam Niko. "Akhir kata, jaga Ara temen gue. Lecet dikit batin atau fisiknya, gue sembelih lo, Nik!"
Niko menarik Ara untuk berdiri di sampingnya. "Emangnya gue sapi?"
"Bukan! Lo ayam!" sungut Vega seraya melangkah memasuki kelas dengan kaki yang dihentak - hentakan.
"Temen kamu kenapa, tuh?"
Ara menatap Niko sedikit terkejut. "Kamu?"
"Hm?" sahut Niko santai.
Ara menggeleng. "Tadi Kakak bilang 'kamu'?" tanyanya, memastikan.
Niko tersenyum kikuk lalu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Aneh, ya?"
"Nggak, kok! Ara suka!" jawab Ara dengan cengiran khasnya.
Niko tersenyum lalu mengelus kepala Ara. "Mau ikut ke suatu tempat?"
Tanpa berbasa - basi, Ara mengangguk dengan mantap. "Mau kemana, Kak?" tanyanya antusias.
"Nanti juga kamu tau."
...
Tempat pemakaman, itulah tujuan Niko. Ara menatap bingung dua gundukan tanah yang terletak bersebelahan.
"Ma, Pa, Niko datang."
Ara cukup tersentak saat mendengar ucapan Niko. Ia tak pernah mengira bahwa Niko sudah tidak memiliki orang tua. Pantas saja rumah Niko sepi, pikirnya.
Niko tersenyum sendu seraya meletakan bunga yang sempat ia beli di Jalan. "Hari ini Niko datang sama seseorang." ujarnya kemudian menatap Ara.
Ara menampilkan senyuman yang paling manis. "Halo, Om dan Tante. Kenalin, saya Nayara, calon menantu Om sama Tante." sapanya tanpa tahu malu. "Om sama Tante tenang aja, Ara sayang sama Kak Niko tulus, kok. Ara bahkan gak masalah sama sifat Kak Niko yang serumit rumus Matematika."
Niko menatap Ara dengan senyumannya. Namun, senyuman itu memudar saat mendengar kalimat terakhir Ara. Ya, ia memang rumit, dan hal itulah yang membuatnya ragu untuk membuka pintu hatinya, membiarkan gadis itu masuk.
"Lo tau? Rumitnya hidup gue yang bikin gue ragu untuk membuka hati."
Ara menatap Niko dengan dahi yang mengernyit karena cara bicara pemuda itu kembali dingin. Gadis itu maju selangkah, mendekati Niko. Tangannya terangkat, menangkup pipi Niko. "Kakak tau? Hidup itu memang rumit, bukan hanya untuk Kakak, tapi untuk semua orang. Jangan Kakak kira orang yang selalu tersenyum bahagia itu tak memiliki masalah. Karena pada nyatanya, banyak orang yang tersenyum untuk menutupi luka."
KAMU SEDANG MEMBACA
You Never Know [OPEN PRE-ORDER]
Roman pour Adolescents**Sebagian Bab di-unpub untuk kepentingan penerbitan** Informasi selengkapnya mengenai novel "You Never Know" akan dibagikan melalui instagram @chars.publisher. Pantengin terus, ya! ... "Tapi kamu tak akan pernah tahu, kecuali jika kamu berjalan di...