Stay

710 137 3
                                    

Happy reading^-^

...

Jam pulang sekolah, Niko memasuki kelas Ara dengan begitu santainya. Ia mengambil alih tas Ara lalu mulai memasukan barang - barang gadis itu ke dalamnya.

Ara terlihat menatap ragu Niko. "Kak, hari ini Ara mau pulang sama Kak Gilang, gapapa?"

Bruk...

Niko melemparkan tas Ara asal. Tatapan tajam ia berikan untuk Ara. "Don't act like a bitch, Ara! Kamu itu punya aku!"

Ara cukup tersentak saat mendengar ucapan Niko. Akhir - akhir ini, ia juga memang dibuat cukup tidak nyaman dengan sikap posesif Niko yang semakin menjadi. Vega, Ale, dan Lovy yang juga mendengarkan ucapan NIko tak kalah terkejutnya. Bisa - bisanya Niko mengucapkan kalimat tak pantas seperti itu, bahkan mereka belum resmi memiliki hubungan, pikir ketiganya.

"Omongan lo dijaga!" sergah Vega sambil menarik Ara untuk bersembunyi di balik tubuhnya.

Ara menarik ujung seragam Vega. "Ara gapapa, Ve." ujarnya sambil mengambil tasnya yang tergeletak di lantai. Ia menghampiri Niko lalu menggenggam tangan pemuda itu. "Ayo pulang!"

Ale menatap sendu punggung Ara. "Ck. Si Niko makin kelewatan!"

"Ini salah si Ara juga yang terlalu tergila - gila sama cowok gila kayak gitu!" timpal Lovy tanpa pikir panjang.

Vega menatap tak suka pada kedua sahabatnya itu. "Niko emang salah, tapi kalian juga harus ngerti posisi mereka."

"Oh? Jadi lo belain si Niko?!" tanya Ale tak percaya.

"Barusan gue bilang mereka, bukan cuma Niko." balas Vega. "Sekarang gue tanya sama kalian, kalo orang yang kalian sayang ada di posisi Niko, apa kalian bakal ninggalin dia?"

Lovy tersenyum sinis. "Gue gak sebego itu dengan ngebela orang yang nyusahin. Diri gue jelas lebih penting!"

"Oh?! Jadi kalo gue, Ara, atau Ale suatu saat nyusahin lo, lo bakal ninggalin kita, gitu?!"

Lovy mendadak terdiam saat mendengar suara keras Vega. Bukan seperti itu maksudnya. Tentu saja ia akan selalu ada di sisi sahabatnya. "Gue-," Vega memotong ucapan Lovy dengan cepat. "Bagus. Idup lo emang gak ada drama, idup lo tenteram. Lo bahkan gak butuh temen."

Vega menyampirkan tasnya dengan kasar lalu pergi begitu saja.

Lovy terduduk di bangkunya lalu menutup wajahnya dengan kedua tangannya. "Bukan gitu maksud gue, Anjing!"

Ale menghela napasnya. "Gue gak ngerti. Nyatanya hubungan kita berantakan bukan karena cowok, tapi karena keegoisan masing - masing." lirihnya yang kini mulai melangkah, meninggalkan Lovy.

...

Niko menghempaskan tangan Ara saat keduanya tengah berjalan memasuki rumah Niko. Ara sontak menatap pemuda itu dengan terkejut. "Kenapa, Kak?"

"Aku udah bilang, jangan pernah deket - deket sama cowok lain, Ara!" bentak Niko tepat di depan wajah Ara.

Ara sedikit mengerutkan dahinya saat telinganya berdengung akibat bentakan Niko. "Maaf. Udah ya, Kak. Ara pusing." ujarnya melirih.

Ara tersenyum lalu mengusap surai Niko saat ekspresi pemuda itu sedikit melunak. "Kakak udah makan?"

Niko hanya menggeleng untuk menganggapi pertanyaan Ara.

"Kakak ganti baju, gih! Biar Ara masakin."

Niko hanya menurut tanpa mengucapkan sepatah katapun. Sementara Ara, gadis itu menghela napasnya lelah. Ia memijit pelipisnya yang beberapa hari ini sering terasa sakit kemudian mulai berjalan menuju dapur. Gadis itu mulai memasak dengan pikiran yang melambung. Sudah hampir satu bulan Niko berubah. Pemuda itu jadi lebih hangat sekaligus kasar. Ia tak akan segan - segan melukai Ara jika gadis itu membangkang dan Ara mulai merasa tak nyaman dengan semua itu.

You Never Know [OPEN PRE-ORDER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang