Amarah

765 166 4
                                    

Warning! Bagian ini mengandung beberapa ujaran kasar. Bagi seluruh pembaca, dimohon untuk bijak dalam menanggapinya.

Happy reading^-^

...

Pagi ini, Ara sedang mengikat tali sepatunya di sofa Ruang Tengah. Atensi gadis itu teralih begitu melihat Ibunya memasuki rumah dengan seorang pria paruh baya yang ia ketahui adalah Ayah Nathan.

"Mama, kenapa baru pulang?" tanya Ara sambil berdiri, menghadang Ayah Nathan agar tidak memasuki rumahnya lebih dalam lagi.

Ara menggigit bibir dalamnya kala bau alkohol menguar, memasuki indera penciumannya. "Mama mabuk lagi?!" tanyanya tak percaya.

"Minggir!" bentak Amanda, Mama Ara, seraya mendorong kasar tubuh Ara.

Melihat Amanda dan pria paruh baya itu hendak melewatinya membuat Ara sontak mencekal pergelangan tangan pria itu. "Maaf, Om. Jika anda memang seorang laki – laki, tolong hargai komitmen anda."

Rendra, Ayah Nathan, lantas menghempaskan tangan Ara dari lengannya. "Diamlah, Anak Kecil!" sergahnya yang langsung menuntun Amanda menuju kamar.

"Ini rumah gue, tapi seolah gue gak punya hak di rumah ini. Bahkan, lelaki brengsek macam dia bisa masuk seenaknya ke rumah ini," gumamnya lirih.

Gadis itu memilih untuk segera pergi ke Sekolah dengan pikiran yang melambung, memikirkan tingkah Ibunya yang semakin menjadi – jadi. Namun, pandangannya bertemu dengan netra Niko yang sedari tadi menatapnya dari atas motor.

Mau tak mau, senyuman Ara mengembang. Gadis itu langsung berlari menghampiri Niko yang berada di depan pagar rumahnya.

"Ngapain disini, Kak? Jemput Ara?" ujarnya ceria.

Niko mengangkat sebelah alisnya lalu menggeleng. Tangan pemuda itu bergerak menyodorkan beberapa lembar uang, "Ini buat yang kemarin."

Ara menatap lembaran uang di tangan Niko, "Gak usah, Kak. Ara udah bilang, kemarin Ara yang traktir." Tatapan itu beralih pada wajah datar Niko, "Oh, ya! Maaf soal kemarin, Ara langsung pergi gitu aja. Maaf udah ninggalin Kakak sama temen – temen Ara. Pasti Kakak pusing sama kelakuan mereka, ya?" imbuh gadis itu dengan suara yang mirip anak kecil. Ya, itulah pesona Ara, gadis cantik yang memiliki suara menggemaskan seperti anak kecil.

"Ambil!" titah Niko dingin. Pemuda itu tetap menyodorkan lembaran uang di tangannya. Namun, Ara tetap menggeleng.

"Ambil! Gue harus jemput Nayra."

Ara terdiam saat mendengar Niko menyebut nama itu. Senyuman lemah terbit di wajah cerahnya, " Gak usah, Kak. Silahkan jemput Nayra. Ara buru – buru, takut telat. Kakak hati – hati di jalan. Permisi," ujarnya lalu melenggang pergi tanpa menerima uang itu.

...

"Woi! Ara!"

Ara cukup tersentak saat tiba – tiba Lovy datang dan merangkulnya. "Ngelamunin apa sih, Lo? Sampe kaget gitu, padahal gue cuma ngerangkul."

"Nggak, kok. Eh, Lovy abis dari mana? Kok sendiri?" tanya Ara, mengalihkan permbicaraan.

Lovy menatap tas Ara lalu merebutnya, "Gue abis dari toilet. Lo baru datang, Ra? Tumben ngaret. Perasaan biasanya yang ngaret si Vega, tapi tadi dia udah datang bareng Ale," ujarnya dengan tas Ara yang kini sudah tersampir di bahunya.

"Ara bangun kesiangan," jawab Ara dengan tangan yang menengadah, meminta Lovy untuk mengembalikan tasnya. Namun, Lovy menggeleng. "Biar gue aja yang bawa."

"Pergi lo, Asu!"

Atensi Ara dan Lovy sontak beralih pada pintu kelas mereka saat mendengar suara teriakan Ale. Keduanya langsung menghampiri Ale yang kini telihat sedang beradu mulut dengan Nathan.

You Never Know [OPEN PRE-ORDER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang