Terlambat

1K 147 8
                                    

Maafkan typo dan kesalahan lainnya^-^

Happy reading^-^

...

Tok... Tok... Tok...

"ARA BUKA PINTUNYA, KAMBING!"

Suara teriakan dari balik pintu kamar membuat Ara yang tengah asik bergelung di balik selimut harus beranjak dari posisinya. Dengan malas ia membuka pintu itu, menatap tanpa minat pada ketiga sahabatnya yang kini tengah menatap sengit ke arahnya.

Ketiga gadis itu langsung menerobos masuk ke kamar Ara.

Brak...

Ale membuka kasar koper yang berada di dekat tempat tidur Ara. "Lo seriusan mau pergi, Ra?!"

Ara menghela napasnya lalu duduk di pinggiran kasur. "Iya." jawabnya singkat.

"Seriusan lo mau ninggalin kita?" tanya Lovy dengan nada memelas.

Ara mengedikan bahunya. "Belum tau. Kalo Ara nyaman di sana, Ara bakal menetap. Sekalian nemenin Nayra."

"Gue gak butuh temen." celetuk Nayra yang entah sejak kapan sudah berada di ambang pintu.

"Denger, tuh! Sok banget idup lo, pake mau nemenin Nayra. Bilang aja lo mau lari, kan?" timpal Vega sambil menatap sinis Ara.

Ara lantas tersenyum seraya bertopang dagu. "Ih, Vega pinter!" sahutnya dengan nada yang menyebalkan.

"Ck. Liat aja! Gue bakal sewa orang buat bikin lo gak nyaman di sana!" ancam Vega.

Ara tertawa ringan. "Emang ada yang bisa ngusik Ara?"

"Ada! Si Niko!"

Ara kontan mengatupkan mulutnya. Nayra yang melihat itu lantas menghela napas. "Mama daritadi minta sama gue buat bujuk lo, Ra. Seriusan lo mau pergi sama gue?"

Ara menatap sebal keempat gadis itu. "Ish! Ara bilang belum tau! Anggap aja Ara lagi liburan!"

"Ya udah, kita ikut kalo lo liburan!" ujar Ale dengan bibir yang mengerucut.

Ara merotasikan kedua bola matanya. "Yang ada malah rusuh, bukan liburan!"

"Lagian lo bikin keputusan dadakan gini! Lo tau? Gue tadi sampe keselek bakso waktu lo ngabarin di grup, untung gue gak mati!" omel Lovy sambil melempari Ara dengan bantal sofa di tangannya.

"Masih mending! Lah gue? Nyembur muka pembantu pake kopi!" sahut Ale tak mau kalah.

Ara menatap sendu ketiga sahabatnya. "Maafin Ara."

Kepala gadis itu tertunduk kala semua atensi beralih padanya. "Maafin Ara, tapi Ara mohon, kasih Ara waktu. Kasih Ara waktu untuk melupakan semuanya." lirihnya sambil menatap telapak tangannya yang bergetar.

Vega menatap sendu Ara, rupanya sahabatnya itu benar - benar terluka. "Pergi kalo itu memang bisa menyembuhkan luka lo, Ra."

Ale membulatkan matanya ke arah Vega. "Kok lo izinin?!" desisnya pelan.

Bugh...

Lovy kontan memukul kepala Ale dengan sofa bantal yang berhasil ia raih. "Bego!" makinya pelan.

Ale semakin membulatkan matanya, ia menatap ke arah Lovy. Lovy membalas tatapan Ale dengan sebal lalu menggerakan dagunya ke arah Ara, memberi kode agar gadis itu menatap Ara.

"Aa.... Ara kok nangis? Iya, pergi aja, pergi kalo itu emang mau lo! Jangan nangis." rengek Ale saat mendapati tubuh Ara bergetar karena menangis. Ia segera berhambur ke pelukan Ara. "Maafin gue! Iya, lo boleh pergi. Pergi aja! Jangan nangis!"

You Never Know [OPEN PRE-ORDER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang