Happy reading^-^
...
Langit malam ini terlihat begitu cerah, berbeda dengan perasaan seorang gadis yang kini tengah bertopang dagu di Balkon kamarnya, dia adalah Ara.
Berulang kali Ara membuang napasnya kasar. "Langit bahkan ngejek Ara." gumamnya.
"Jangan salahin langit," Ara membalikan tubuhnya saat mendengar seseorang berbicara di belakangnya.
Gilang yang merupakan pemilik suara tersebut lantas tersenyum simpul. "Langit cerah karena dia mau menghibur lo." imbuhnya.
Ara kembali memunggungi Gilang, menatap langit malam. Melihat respon Ara, Gilang jelas tahu bahwa gadis itu marah padanya. Gilang melangkah, berdiri di samping Ara lalu ikut menatap langit. "Maafin gue, Ra."
Ara yang awalnya enggan menatap Gilang, kini mulai melirik pemuda itu. "Lo tau? Langit juga bisa bersedih, langit bersedih saat awan menutupi sinar mentarinya. Begitupula gue, gue bagaikan langit, Niko awan, dan lo mentari. Gue sedih saat liat Niko menutup binar mata lo dengan kekecewaan. Gue gak bisa terima itu, Ra. silahkan lo anggap gue egois, tapi gue udah terlanjur sayang sama lo, gue udah terlanjur nganggap lo adik kandung gue sendiri."
Gilang menghela napasnya saat tak kunjung mendapatkan jawaban dari Ara. "Itu aja yang mau gue omongin, HP lo udah gue simpen di nakas." ujarnya sambil berbalik untuk pergi. Namun, pergerakannya terhenti saat tangan Ara terulur, mengelus surainya.
Gadis itu tersenyum. "Makasih, Kak."
"Lo gak marah?"
Ara menggeleng dengan senyuman yang masih menghiasi wajahnya. "Buat apa marah? Justru Ara harusnya berterima kasih sama Kakak."
"Makasih buat apa?" tanya Gilang dengan dahi yang mengernyit.
"Makasih karena Kakak udah bikin Ara sadar kalo selama ini cuma Ara yang berjuang sementara Kak Niko bisa ninggalin Ara kapan aja." jawab Ara dengan tatapan yang sayu.
Gilang menundukan kepalanya. "Tapi gue udah jadi pengecut yang pake cara murahan buat jauhin lo sama Niko."
"Oh, itu? Ara jelas marah!" sergah Ara yang anehnya malah memasang wajah polos. "Tapi, dengan Kak Gilang yang mengakui kesalahan Kakak secara langsung, Ara udah seneng dan bisa maafin Kak Gilang."
Gilang tersenyum lega. "Beruntung banget gue dapet adik kayak lo, Ra."
Ara lantas menggembungkan pipinya. "Tapi jangan diulangin lagi! Ara bingung, tau!"
Gilang tergelak saat melihat ekspresi menggemaskan itu, tangannya bergerak untuk mencubit kedua pipi Ara. "Iya, Kakak janji."
"Ish! Sakit!"
"Terus, hubungan lo sama Niko gimana?" tanya Gilang sambil menatap Ara dengan tatapan yang meneduhkan. Namun, jawaban Ara sukses membuat Gilang menghela napas.
"Ya, jalanin aja gimana adanya. Lagipula, ini salah paham. Gak seharusnya Ara marah kayak tadi."
Begitu, jawaban Ara. Entah bodoh atau tulus. Yang jelas, Gilang hanya ingin melindungi binar mata itu.
...
Perpustakaan, tempat angker bagi siswa seperti Ara. Namun, entah apa yang merasuki gadis itu sehingga ia mau berdiam di tempat yang bahkan tidak memperbolehkan pengunjungnya untuk menghela napas. Berisik, begitu kata siswa berkacamata tebal yang duduk tak jauh dari Ara.
Dalam hati Ara menggerutu, jika saja ia tidak sakit dan bolos selama dua hari, maka semua cobaan ini tak akan terjadi. Ya, Ara lagi - lagi diberi tugas sebagai pengganti ulangan harian yang entah mengapa selalu diadakan bak serangan jantung, dadakan.
![](https://img.wattpad.com/cover/245269884-288-k106321.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
You Never Know [OPEN PRE-ORDER]
Novela Juvenil**Sebagian Bab di-unpub untuk kepentingan penerbitan** Informasi selengkapnya mengenai novel "You Never Know" akan dibagikan melalui instagram @chars.publisher. Pantengin terus, ya! ... "Tapi kamu tak akan pernah tahu, kecuali jika kamu berjalan di...