"Juna, kamu gak pacaran lagi?" Juna menoleh ke arah Una yang bertanya. Pertanyaan itu berhasil mengusiknya
"Maksud lo apa nanya kayak gitu?" Mereka berjalan bersisian menuju lapangan basket tempat dimana Juna akan ekskul. Una di sana hanya menemani dan duduk diam dipinggir lapangan tidak boleh kemanapun
"Gak papa. Cuma mau nanya" Juna memilih tidak menjawab dan menatap lurus lorong. Una melirik Juna lewat ekor mata
"Aku boleh punya pacar gak?" Tanya Una. Juna menghentikan langkah kakinya, Una menatap bingung Juna dan ikut menghentikan langkahnya
"Siapa yang lo sukain?" Juna justru bertanya balik. Juna menatap menuntut Una meminta jawaban. Una yang berdiri dihadapannya menunduk salah tingkah sambil menggigit bibir bawahnya
"Widan. Tapi aku belum suka sama dia masih anggap temen aja kok"
"Jangan suka sama dia. Semua cowok itu gak ada yang baik" Juna menarik Una kedalam pelukannya saat perasaan sesak kembali datang menghantam hatinya
"Apa kamu termasuk gak baik juga?" Juna mengangguk menyakinkan
"Iya. Lo bener gue gak baik sama sekali buat lo. Jangan suka sama dia gue mohon"
"Kenapa? Widan bukan orang jahat Juna" Juna menggeleng kekeuh
"Mau dia orang jahat ataupun baik. Gue gak akan ngebiarin lo dimiliki oleh orang lain" Una mendongak menatap Juna
"Kamu nanti juga akan punya pacar. Terus nanti aku bakal dilupain sama kamu"
"Enggak. Gue gak akan lupain dan ninggalin lo apapun situasinya" mata Una berbinar terang. Bibirnya tertarik keatas membentuk senyuman tulus. Una mengulurkan kelingkingnya dihadapan Juna bermaksud untuk berjanji
"Bener? Juna gak akan pernah lupain dan ninggalin Una? Janji?!" Juna mencubit kedua pipi bulat Una lalu menautkan jari kelingking mereka
"Janji!" Ucap Juna tanpa keraguan
Tanpa sadar mereka menjadi pusat perhatian bagi para murid yang berlalu-lalang dikoridor itu. Betapa irinya mereka menyaksikan persaudaraan mereka yang akur dan menggemaskan itu. Bahkan tidak jarang ada yang memotret mereka sebagai bentuk rasa suka. Persaudaraan mereka tampak kuat itu pikir para murid
Terkadang orang-orang hanya dapat menilai seseorang dari luar saja tanpa mengetahui dalam orang tersebut. Juna orang yang terlihat tidak memiliki masalah nyatanya Juna memiliki masalah yang coba ia kubur rapat dengan menunjukkan senyuman
•|•|•|•
"JUNA! BOBBY! MICHAEL! WIDAN!" ucap Una berulang kali menyemangati keempat orang itu yang sedang bertanding dari pinggir lapangan
Kebetulan sekali Widan juga anggota ekskul basket sekarang Juna dan Widan terlihat bertanding dengan sengit karena mereka menjadi lawan dan tidak satu tim. Juna dengan Bobby sedangkan Widan dengan Michael
Michael yang memiliki tubuh tinggi mudah baginya untuk menghalau bola yang ingin masuk kedalam ring timnya. Juna yang sedari tadi gagal mulai kesal sehingga kesempatan itu diambil oleh Widan untuk memasukkan bolanya kedalam ring basket tim Juna
Juna menyadari hal itu dan mencoba menggagalkan kemenangan Widan. Alhasil bola itu memantul jauh menimpuk kepala Una menghasilkan suara yang cukup keras
Duk!
"Aw!" Una meringis memegangi dahinya yang terkena bola basket yang cukup keras itu
Juna dan Widan secara kompak berlari menghampiri Una yang duduk dipinggir lapangan. Juna menatap sinis Widan yang sudah berdiri disampingnya tetapi Widan tidak menghiraukan tatapan Juna yang akan selalu sinis padanya
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunny Twins
Fiksi PenggemarApakah salah memiliki perasaan lebih kepada seseorang yang selalu memberi perhatian, merasa terlindungi apabila berada disampingnya, yang selalu membuat tertawa, kemana-mana selalu bersama, dan menjadi prioritasnya? Apakah salah? Yang salah adalah o...