l i m a b e l a s

396 83 19
                                    

Una ditinggalkan sendiri di gedung belakang sekolah. Una berjalan lesu menuju kelas. Murid-murid yang memperhatikan Una berjalan seorang diri tanpa Juna bertanya-tanya, biasanya kedua kembaran itu seperti surat dan prangko tidak pernah terlepas, selalu bersama kemana-mana

Sampai kelas Una tidak menemukan Juna. Una duduk di kursinya, Michael dan Bobby berbalik menghadap Una. "Anjir, kalian kemana aja? Kaga jadi traktir?"

"Tunggu-tunggu Juna mana? Kok lo sendiri?"

Una tidak menghiraukan pertanyaan Michael dan Bobby, Una menelengkupkan kepalanya di tumpukan tangan. Kembali menangis. Baru kali ini Una dan Juna bertengkar hebat seperti ini. Una tidak bisa membayangkan bagaimana hari-harinya tanpa Juna

Una selalu bergantung pada Juna. Menganggap bahwa Juna adalah pelitanya. Yang artinya apabila tidak ada Juna, Una akan kegelapan dan tidak bisa berbuat apa-apa

Una ingin menjelaskan bahwa saat ia memeluk Widan, tangannya seperti tergerak sendiri tanpa di perintah. Una tidak tahu mengapa, Una sama sekali tidak ingin cari perhatian atau apapun ia hanya mengikuti kata hatinya. Una juga tidak tahu bahwa Juna akan semarah ini padanya

Una berdiri saat mual tiba-tiba menyerang perutnya. Una menutup mulutnya untuk menahan sesuatu yang akan keluar, Una berlari menuju pintu kelas

Brak!

Una terjatuh. Una tersandung kaki Michael yang diluruskan di samping bangku. Una yang tidak memperhatikan dan terlalu panik menyebabkannya terjatuh. Semua pasang mata melihat Una. Michael penyebab Una terjatuh segera membantunya

"Na, sorry. Lo gapapa?" Una melambaikan tangan, dengan maksud bahwa Una tidak masalah. Una masih menutup mulutnya

Una kembali berlari menuju toilet terdekat. Perutnya juga ikut sakit setelah terjatuh tadi. Saat sampai toilet, Una mencoba memuntahkan isi perutnya. Tapi tidak ada yang keluar. Mungkin karena perutnya kosong sedari pagi

Una membasuh mulutnya dengan air setelah merasa rasa mualnya sudah menghilang, tangannya meremas perutnya yang semakin lama semakin sakit. Di kelas tadi Una cukup terjatuh dengan kencang, Una tidak tahu bahwa beresiko seperti ini

Setelah mengangkat wajahnya, ia melihat siswi yang berada di toilet sedang memperhatikannya sambil berbisik-bisik. Una tidak mengenal mereka, wajahnya tampak asing baginya

"Kenapa tuh?"

"Gejalanya kayak hamil, ya gak?"

"Hamil? Gila lo, malu-maluin keluarga sama sekolah dong!"

"Siapa tau, Tante gue hamil gejalanya juga kayak gitu"

"Siapa yang hamilin? Fiks dia malu-maluin keluarganya banget"

"Nah bener, mana keluarganya pemilik sekolah ini lagi"

"Eh ketauan. Nanti dia ngadu lagi sama Juna. Ayo cabut" keempat siswi itu berjalan keluar setelah melihat Una memperhatikan mereka

"Hamil? Una hamil?" Ucap Una membatin

•|•|•|•

Juna tidak masuk kelas sampai jam pelajaran berakhir. Sekarang sudah waktunya pulang seharusnya Juna sudah kembali. Una sedari tadi memperhatikan pintu kelas berharap Juna datang, kelas sudah sepi

Michael dan Widan menemani Una sampai Juna datang. Bobby sudah pulang duluan Karena perutnya tiba-tiba saja mulas, ia tidak bisa apabila harus buang air di sekolah. Sementara Widan, kebetulan akan pulang bersama Michael "Gue anterin pulang mau?"

Bunny TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang