Satu tahun kemudian
Una sedang berkutat dengan laptop dan sedang mengerjakan sebuah tugas ppt dari guru, kebetulan juga temannya yang bernama Azkia biasa dipanggil Kia tidak bisa datang karena ada urusan, mereka sekarang sudah bersahabat sejak beberapa bulan yang lalu.
Una tidak masalah mengerjakan seorang diri, karena walaupun Kia tidak hadir ia mengirimkan materi-materi yang akan di ketik oleh Una. Una merenggangkan otot setelah hampir dua jam menatap layar kotak itu, mendengar suara bel terdengar Una segera melompat dari kasur.
Menuruni tangga dengan cepat, Indah yang ingin membukakan pintu menggelengkan kepala melihat Una yang tampak semangat. Una membukakan pintu dengan pakaian rumahan, kaus oversize, celana training, dan rambut di cepol asal.
Saat Una membukakan pintu senyumnya luntur, saat ia melihat bukan Juna yang datang melainkan orang lain. "Atas nama Aruna Bulan Seanno?"
Una tersadar, lalu mengangguk dan menerima sodoran dari tukang pos itu. Una mengernyit tetapi tetap menandatangani kertas tukang pos itu. "Ini dari siapa ya pak?"
"Sudah tertera di sana, kalau begitu saya permisi." Una mengucapkan terima kasih, lalu kembali masuk dengan kotak berukuran sedang.
Indah yang melihat mendatangi Una. "Ini apa Una? Kamu pesan barang online?"
"Enggak mah, ada yang ngirim buat Una tapi gak ada pengirimnya dari siapa." Una membulak-balikkan kotak itu, namun tidak ada petunjuk dari pengirimnya.
"Ya udah kamu buka aja dulu."
"Una buka di atas ya. Dah mama." Indah menggelengkan kepala melihat kelakuan Una persis seperti anak kecil.
Una duduk di meja belajarnya, ia sungguh penasaran apa isi kotak ini. Saat dibuka ia melihat ada secarik kertas berwarna pink berisi rentetan huruf.
Untuk kesayangan Juna.
Happy birthday my twin, cie udah delapan belas tahun aja makin tua nih. Maaf ya gue ngirim kadonya telat banget, telat dua bulan gila. Gue disini akan selalu doain yang terbaik buat lo, gimana? Semua impian lo udah terwujud di umur lo yang bertambah ini?
Ini paket pertama yang gue kirim untuk lo, disini semuanya baik-baik aja kalau lo mau tau, dan ya gue bisa beradaptasi. Ternyata temen-temen kayak Michael dan Bobby banyak disini yang membuat suasana ramai. Tapi gue selalu merasa kurang Na, karena nggak ada lo disisi gue, gue kesepian tanpa lo. Gue bukan gombal tapi ini fakta.
I miss you Na, lo kangen sama gue? Atau mungkin enggak. Hahaha, mungkin lo di sana udah punya banyak teman yang bisa menggantikan posisi gue ya? Tapi disini gak ada yang bisa gantiin posisi lo Na.
Gue gak akan pulang sampai kelulusan nanti, gue gak akan pulang saat libur semester, hari raya, ataupun hari yang lain. Lo tau gue pulang kemana? Gue pulang ke rumah nenek. Kenapa gue pulang ke rumah nenek, kenapa gak pulang ke rumah kita? Karena gue sengaja, mau ngehindar dari lo.
Lo kesiksa gak dengan keadaan seperti ini? Gue kesiksa Na, gue pingin pulang dan ketemu sama lo. Tapi gak bisa, keadaan yang memaksa gue untuk enggak pulang. Beberapa bulan lagi kita bakal lulus, saat pulang nanti gue mau nilai lo udah meningkat ya, apapun yang terjadi jangan pernah patah semangat ya. Belajar yang rajin, kita udah kelas dua belas loh, lo mau kan masuk universitas yang sama kayak gue? Makanya belajar.
Semoga lo suka sama hadiah dari gue, maaf gak bisa ngasih tau apapun informasi tentang gue, kayak nomor hp, alamat sekolah, gue gak bisa. Tunggu gue ya.
Juna.
Una mengusap air mata yang turun, ia merindukan Juna setiap saat. Bahkan tulisan tangannya Una sangat hafal karena sering membaca surat Juna yang tahun lalu. Nama Juna seolah sudah tertanam di hatinya dan tidak bisa ia lupakan barang sebentar.
![](https://img.wattpad.com/cover/242059077-288-k999847.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunny Twins
Hayran KurguApakah salah memiliki perasaan lebih kepada seseorang yang selalu memberi perhatian, merasa terlindungi apabila berada disampingnya, yang selalu membuat tertawa, kemana-mana selalu bersama, dan menjadi prioritasnya? Apakah salah? Yang salah adalah o...