Beberapa hari ini Juna menjadi lebih pendiam. Tidak ada lagi Juna yang menjahili Una setiap harinya. Tidak ada lagi Juna yang over protektif pada kembarannya saat Una melakukan hal-hal aneh. Dan Juna menjadi lebih banyak melamun
Una merasa sedih atas perubahan Juna. Ia tidak mau Juna berubah. Ia mau Juna yang dulu. Apabila Una bertanya ada apa pada Juna, lelaki itu hanya menggelengkan kepala dan sedikit menjauh dari Una. Una tidak tahu ia punya kesalahan atau tidak pada Juna
Kalau ia punya salah setidaknya Juna memberitahunya bukan menjauhinya seperti ini. Una merasa hampa dan merindukan Juna yang dulu. Dan apa hari ini, ia ingin dekat-dekat dengan Juna entah kenapa nalurinya menyuruh untuk mendekati Juna yang sedang duduk di sofa sedang bermain game
Una duduk disampingnya dan Juna tidak menghiraukan. Una menyentuh lengannya, Juna jauhkan tidak ingin disentuh "Juna, aku ada salah apa?"
"Gak. Udah sana, ganggu aja" Una mengerucutkan bibirnya, Juna masih sibuk dengan ponselnya
"Kamu kenapa berubah? Kalau aku salah, kamu bilang jangan jauhin aku"
"Gue gak berubah" Una memeluk paksa Juna dari samping tidak memperdulikan Juna yang minta di lepaskan
"Apaan sih?! Lepas gak!" Una menggeleng, biarkan kali ini dirinya egois
Juna memilih mengalah. Juna itu kepikiran hari ini tepat tiga minggu yang lalu Juna melakukan hal yang tidak seharusnya pada Una. Ia teringat sesuatu yang ia cari di internet tadi dan memilih bertanya pada Una "lo udah dateng bulan?"
Una menggeleng "belum, kan baru tiga minggu yang lalu"
"Biasanya jaraknya berapa hari sih? Setelah dateng bulan berikutnya" Una mengernyit bingung, tidak biasanya Juna menanyakan tentang hal seperti ini
"Kamu kok nanya begitu? Enggak bisanya" Juna menjilat bibir bawahnya, ia khawatir Una akan curiga. Karena biasanya ia bersikap cuek tentang hal-hal seperti ini
"Gue cuma nanya. Emang gak boleh? Buat pengalaman istri gue kelak" Una menjauhkan dirinya dari Juna menatap Juna kesal
"Ish! Jangan ngomongin istri! Kamu kan janji gak akan ninggalin aku!" Ucap Una dengan dahi mengernyit dalam
"Lah? Terus gue gak boleh nikah gitu?" Una mengangguk tegas
"Gue juga pingin nikah kali. Emang lo gak mau nikah?" Kali ini Una menggeleng
"Gak mau kecuali sama Juna" Juna rasanya ingin menarik kata-kata Una agar tidak terucap. Karena ucapan itu doa dan bisa saja terjadi
"Gak usah ngaco. Kita saudara gak boleh lebih dari itu"
"Tapi aku pinginnya nikah sama kamu aja"
"Ucapan doa Na. Jangan bahas ini"
"Biarin. Aku emang gak mau nikah sama siapa-siapa kecuali sama kamu"
"Sekali lagi ngomong gitu. Gue aduin ke mama lo"
"Aduin sana Una gak takut. Una sukanya sama Juna"
Juna memilih tidak membalas ucapan Una dan sibuk kembali dengan ponselnya. Meladeni Una sama saja dengan memakan waktu dan tidak ada ujungnya. Kali ini Una merengek kembali meminta makanan. Juna bingung hari ini Una kenapa sangat aneh
"Juna, beliin bakso"
"Beli sana sendiri" balas Juna acuh
"Kamu yang beliin maunya. Sambelnya lima sendok ya" Juna mengalihkan pandangan pada Una
"Lima sendok? Satu sendok aja gak kuat"
"Aku mau yang pedes kayak kamu. Boleh ya kali ini aja, lagi kepengin aku"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunny Twins
FanfictionApakah salah memiliki perasaan lebih kepada seseorang yang selalu memberi perhatian, merasa terlindungi apabila berada disampingnya, yang selalu membuat tertawa, kemana-mana selalu bersama, dan menjadi prioritasnya? Apakah salah? Yang salah adalah o...