Una belajar? Tidak-tidak Una tidak bisa belajar tanpa dibimbing seseorang. Juna yang memperhatikan mengernyit bingung. Sedari pagi Una berkutat dengan buku pelajaran, ekspresinya terkadang bingung, kadang mengangguk seolah mengerti, dan terdengar suara kertas yang dibulak balik
Mereka tengah di kelas. Keadaan cukup ramai seperti pasar. Kebiasaan murid-murid apabila belum jam pelajaran. Ada yang kejar-kejaran, menyontek pr, berantem dengan perempuan, main kata-kataan nama orang tua, tidur, makan dan masih banyak lagi. Juna tidak peduli sekitarnya
Juna memperhatikan Una dari samping, menopang dagunya. "Bisa gak?"
"Eh? Bisa kok"
"Bisa dari mananya? Dari tadi gue liatin cuma bulak-balik halaman aja"
Una menggaruk kepalanya "iya. Gak bisa Juna. Aku mau nyoba belajar biar dapet nilai bagus seenggaknya. Tapi aku baca buku pelajaran gak ada yang masuk. Kenapa ya?"
"Lo harus fokus dulu"
"Fokus? Udah kok"
"Gimana bisa fokus? Disekitar lo aja lagi berisik gini"
Una mengkerutkan dahinya "biar fokus kita harus apa? Aku gak tau"
Juna memutar bola mata "sejak kapan lo tau? Bukannya lo gak tau apa-apa"
Una mencebikkan bibirnya "Juna mah! Suka gitu! Males aku!"
"Ayo ikut gue" Juna berdiri membuat Una ikut berdiri. Juna menggandeng Una untuk keluar dari kelas. Jangan tanya keberadaan Michael dan Bobby. Kedua sejoli itu belum juga datang padahal waktu bel masuk sebentar lagi
"Mau kemana? Udah mau masuk tau"
Juna menoleh ke samping kanan kiri memastikan suasana ramai atau tidak. Menemukan tempat yang cocok Juna mendudukkan dirinya di depan kelas. Una mengikuti dan ikut duduk di kursi coklat itu
"Bukunya mana?"
"Ini. Buku IPA"
Juna memperhatikan sampul buku yang dipegang Una lalu mengangguk "lo mau pelajarin bab apa?"
Una melihat daftar isi dan menunjuk bab lima yang kebetulan juga sedang mereka pelajari "bab reproduksi?"
Juna meneguk ludah. Entah kenapa ia grogi seperti teringat akan malam itu. Juna menggeleng "jangan itu"
"Kenapa? Aku belum ngerti bab ini. Dikit lagi juga mau ulangan harian"
"Yang lain aja. Jangan itu pokoknya"
Una cemberut melihat Juna yang tidak ingin mengajarinya "aku mau bab ini aja. Kalau kamu gak mau ngajarin kenapa ngajak aku kesini?"
"Emm. Gue yang itu belum ngerti. Iya belum ngerti" balas Juna kikuk
Una melihat Michael yang sedang berjalan santai ditengah koridor. Una melambaikan tangan menyuruh Michael untuk mendekat. Michael menunjuk dirinya sendiri membuat Una mengangguk. Juna mengikuti arah pandang Una, matanya melotot sempurna
Michael seperti ember. Mulutnya tidak bisa dijaga dan bisa saja membongkar rahasia Juna. Juna merutuki kedatangan Michael tidak tepat. Ia harus bertindak sebelum Una menanyakan hal aneh-aneh yang membuat Michael membongkar rahasianya
"Ada apa Na? Tumben manggil gue. Biasanya sama pawangnya mulu"
"Hah? Pawang? Siapa pawang aku?" Tanya Una
Michael melirik Juna yang menatapnya melotot untuk menyuruhnya diam "gak jadi. Lupain aja"
"Michael mau gak ajarin aku tentang bab lima. Juna masih belum ngerti"
![](https://img.wattpad.com/cover/242059077-288-k999847.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunny Twins
FanfictionApakah salah memiliki perasaan lebih kepada seseorang yang selalu memberi perhatian, merasa terlindungi apabila berada disampingnya, yang selalu membuat tertawa, kemana-mana selalu bersama, dan menjadi prioritasnya? Apakah salah? Yang salah adalah o...