d u a p u l u h d u a

494 73 15
                                    

Juna mengernyit melihat seorang laki-laki datang bersama Anggun, pagi ini pukul sepuluh mereka kembali bertemu setelah berbincang tadi malam dan sesuai janji Juna untuk mempertemukan Anggun dan Una.

"Kenalkan ini suami saya, namanya Mirza. Dia memaksa ingin ikut setelah saya menceritakan pertemuan kita semalam." Jelas Anggun tanpa di pinta.

Juna memperhatikan seksama laki-laki dihadapannya, benar dengan ucapan Anggun semalam bahwa suaminya mirip dengan Una. Juna membalas uluran tangan Mirza dan tersenyum. "Saya Juna. Kembarannya Aruna."

"Mirza. Bagaimana? Kita bisa berangkat sekarang?" Tanya Mirza to the point.

"Kenapa terburu-buru? Apa om masih ada pekerjaan atau kesibukan lain?"

"Saya ingin membongkar siapa orang tua dari Aruna dan kamu, saya berharap semoga dia adalah orang yang saya cari selama ini."

"Ah baiklah, ayo."

"Naik mobil saya saja, nanti tinggal kamu arahkan." Juna mengangguk lalu memasuki mobil Mirza, Juna duduk di kursi penumpang membiarkan Anggun duduk di depan.

Setelah sampai rumah, rumah Juna tampak sepi. Juna menepuk dahinya saat mengingat hari ini hari Kamis. Dimana saat Bagas tidak di rumah karena bekerja dan Una yang masih melakukan ujian. Ia berharap semoga orang rumah lengkap.

"Ini rumah orang tua saya, kalian boleh tunggu di sini sebentar." Juna mempersilahkan kedua orang itu untuk duduk di teras yang terdapat meja dan kursi untuk tamu.

Juna membuka rumahnya menggunakan kunci cadangan. Ia menyusuri rumahnya yang sepi, saat ia sampai kamar orangtuanya hanya terdapat Indah yang terbaring lemah. Sebelum masuk Juna mengetuk pintu, ia bisa mengetahui kondisi Indah karena pintunya tidak terlalu tertutup.

"Loh Juna? Kamu udah pulang?" Indah mengubah posisi menjadi duduk. Juna mendekat dan menyalami tangan Indah.

"Maaf Juna enggak ngabarin papa, mama, Juna pingin kasih kejutan ke Una. Ngomong-ngomong Una kemana mah? Kok rumah sepi?"

"Oh Una masih disekolah, hari ini hari terakhir ujian kelulusannya."

"Jun....BAGAS! DIMANA KAMU?!" Juna dan Indah terlonjak kaget saat tiba-tiba suara seorang lelaki memotong ucapan Juna. Juna mengetahui suara itu, itu suara Mirza.

"Juna, siapa itu? Kamu bawa seseorang?" Tanya Indah panik.

"Iya mah, lebih baik kita turun dulu. Mastiin kenapa om Mirza teriak-teriak?"

Indah dan Juna turun, bisa mereka lihat tatapan Mirza berubah marah dan Anggun sudah mencoba menenangkan, tapi wanita itu juga tampak menangis. Juna dan Indah dibuat kebingungan akan tingkah mereka.

"Ada apa om?"

"Dimana laki-laki brengsek ini! Bisa-bisanya dia menculik anak saya dan hilang begitu saja. Dan ternyata dia bersembunyi disini!" Ucap Mirza penuh penekanan.

"Anda yang siapa? Kenapa tiba-tiba masuk rumah orang tanpa izin dan teriak-teriak tidak jelas!" Ucap Indah.

"Bagas sudah menculik anak saya asal kamu tau! Anak yang kamu besarkan adalah anak saya!"

"Anak anda?! Disini Juna dan Aruna anak saya! Siapa yang anda maksud?! Saya yang melahirkan mereka!"

Mirza tersenyum miring, lalu menunjuk bingkai foto keluarga Juna, Una, Indah, dan Bagas yang tertempel di dinding ruang tamu. "Aruna. Dia anak kami! Dan kau bisa-bisanya dikelabui oleh suamimu sendiri, dia itu pembohong besar!"

"Mama!" Juna menahan tubuh Indah ynag limbung, wanita itu memijat pelipisnya, karena sebelumnya ia pun sudah tidak enak badan terlebih mendengar fakta ini.

Bunny TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang