"happy birthday to you. Happy birthday to you. Happy birthday dear Juna dan Una. Happy birthday to you"
Juna dan Una menoleh secara bersamaan ke arah sumber suara. Terlihat Indah sedang memegang sebuah kue tart dan Bagas berdiri disampingnya dengan senyum terlukis di bibir kedua orang tuanya. Juna yang sedang memakai dasi dan Una yang sedang menyiapkan buku pelajaran berjalan mendekat
"Tiup lilinnya. Tiup lilinnya sekarang juga sekarang juga. Sekarang juga" Juna dan Una saling pandang lalu tersenyum setelah mengingat bahwa hari ini ulang tahun mereka yang ke tujuh belas
Hyuuuh!
"Selamat ulang tahun anak kembar mama. Semoga kalian sehat selalu. Mama selalu doakan kalian yang terbaik" ucap Indah. Ia mendekat untuk mencium kening kedua anaknya
"Happy birthday untuk kalian berdua. Papa Aminin semua keinginan kalian. Kalian mau apa?" Ucap Bagas. Ia mengusap kepala anaknya
"Una mau kuenya pah!" Una semangat sambil menatap kue itu berbinar. Kue tart rasa coklat adalah kesukaannya, Una rasa ia bisa saja memakan kue itu seorang diri karena saking sukanya
"Ya ampun. Suka banget sama kuenya ya? Sampai gak sabar mau makan" Indah membawa Una menuju sofa yang terdapat di kamar. Juna tersenyum kecut. Semudah itu ia dilupakan padahal dirinya tepat berada dihadapan mereka
Juna seolah kasat mata. Kue tart nya saja rasa kesukaan Una. Sedangkan untuk Juna tidak ada sama sekali. Juna harus mengubur dalam-dalam keinginannya untuk mendapatkan kasih sayang dan perhatian lebih dari orangtuanya
Indah menyuapi Una kue tart rasa coklat kesukaannya, setelah kue itu sudah dipotong. Sedangkan Juna ia harus memotong kue itu sendiri jika ingin. Tapi pagi ini Juna tidak nafsu walaupun kuenya terlihat menggiurkan
Setelah ditelan. Entah kenapa Una bangun dan berlari menuju kamar mandi sambil menutup mulutnya. Mereka yang melihat itu khawatir. Indah ikut bangun dan menyusul Una, Juna dan Bagas hanya diam menunggu apa yang terjadi. Mereka tidak terlalu mengambil pusing
"Juna, kamu tau Una kenapa?" Tanya Bagas
"Gak tau pah. Semalem masih baik-baik aja" balas Juna seadanya
"Apa dia masuk angin gara-gara naik motor? Sepertinya kamu harus ganti motormu dengan mobil bagaimana? Dia sampai mual-mual seperti itu"
"Mobil? Papa mau beliin Juna mobil cuma karena Una sakit?" Tanya Juna tidak percaya
"Kenapa enggak? Memangnya kamu mau hadiah apa dari papa?"
"Juna gak mau hadiah. Juna cuma minta satu permintaan. Papa yakin bisa kabulin?"
Bagas terkekeh lalu mengangguk pasti "apapun permintaan kamu, akan papa usahain sebisa papa. Bilang aja"
"Jangan pernah pisahin Una dari Juna pah. Apapun nanti yang akan terjadi"
•|•|•|•
"Tadi lo kenapa?" Tanya Juna pada Una. Mereka sudah sampai di sekolah dan sedang berjalan di koridor, sedari tadi mereka sudah menjadi pusat perhatian bukan rahasia umum lagi bahwa mereka satu-satunya kembaran berbeda jenis kelamin di sekolah itu"Gak tau. Padahal tadi aku baru makan satu suap. Pinginnya makan yang pedes-pedes terus"
Juna mengernyit, sikap Una akhir-akhir ini sering seperti dirinya. Suka makan pedas, tidak suka makanan terlalu manis, dan selalu ingin di dekat Juna. Itu aneh kan?
"Udah mendingan?"
"Iya. Tapi nanti pulang beli cilok mercon ya? Yang pedes itu"
"Gak ada gak ada. Apa-apaan lo. Cilok pedesnya kebangetan gitu. Gue aja gak tahan" pernah Juna mencoba makanan berbentuk bulat itu satu kali, cilok itu dijual di depan sekolah dan bukan dari kantin sehingga tidak tahu kandungannya aman atau tidak
![](https://img.wattpad.com/cover/242059077-288-k999847.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunny Twins
FanfictionApakah salah memiliki perasaan lebih kepada seseorang yang selalu memberi perhatian, merasa terlindungi apabila berada disampingnya, yang selalu membuat tertawa, kemana-mana selalu bersama, dan menjadi prioritasnya? Apakah salah? Yang salah adalah o...