Bagian 10

219 40 3
                                    

Copyright by: Kōhei Horikoshi
Happy Reading!!



Kurang gabut apa tengah malem gini update wkwk


*****

“Hentikan, cukup.” Todoroki Fuyumi terisak setelah menyaksikan rekamanan CCTV itu. Bahunya naik turun akibat menangis.

Tadinya wanita berusia 22 tahun duduk di tengah-tengah adiknya, sekarang ia pindah ke dalam pelukan sang ayah, Todoroki Enji. Enji mengelus rambut pendek Fuyumi dengan lembut. Fuyumi mendekatkan diri pada sang ayah saat rekaman itu menunjukkan adegan pemerkosaan. Ia tidak sanggup melihatnya, dan pahlawan nomor dua itu tahu apa yang akan dilakukan sang anak. 

Mungkin masa lalunya adalah hal terburuk bagi keluarganya, tetapi apa yang mereka saksikan hari ini adalah kegilaan. Orang tua yang harusnya melindungi, memberikan kasih sayang justru menghancurkan anak gadisnya. Biadab adalah kata yang tepat bagi kedua orang itu, Nishimiya Kenzo dan istrinya.

Si bungsu, Todoroki Shouto, terhenyak, ia tidak bisa berkata apa-apa. Dirinya merasa bahwa kehidupan gadis itu lebih parah darinya. Apa ia harus bersyukur ayahnya tidak segila itu? Ayah yang menjijikan bagi Shouto, ternyata lebih baik daripada Kenzo.

Todoroki Natsuo bergetar menahan amarah, tangannya mengepal hingga menampilkan buku jari yang memutih. Giginya bergemeletuk kencang, dapat terdengar dengan jelas. Mata abu-abu kehitaman menutup, ia berpikir untuk memberi pukulan barang lima atau sepuluh kali.

Jika ayahnya, Enji, memilih mengabaikannya itu lebih baik dari pada menyiksanya, maka ia memilih sang pahlawan nomor dua tersebut. Peduli setan pria yang menyumbangkan spermanya adalah orang tua yang gagal.  Namun, dua orang yang menyandang nama yang sama dengan 'calon' adik angkatnya adalah iblis busuk yang menyamar sebagai manusia.

“Dimana mereka?” tanya Natsuo. Ekspresi gelap terpampang di wajahnya.

“Tokyo.” Jawab Nezu.

Kepalan tangannya mengetat, namun Natsuo menekan emosinya hanya untuk meyakinkan diri bahwa dia tidak akan langsung lari menuju tempat kedua orang gila itu.

Banjiro menghela nafas perlahan, ia telah memotong sebagian isi rekaman tersebut menjadi 10 menit. Tetapi, bayangan seorang gadis meminta pertolongan masih nampak jelas dimatanya. Bagaimana orang yang seharusnya dipanggil ayah justru memaksakan ‘miliknya’ kepada gadis berusia 12 tahun itu masih terbayang-bayang baginya. Teriakan dan permohonan terngiang-ngiang di telinganya. Marah dan sedih menjadi satu.

Tsukauchi melirik orang-orang disekitarnya yang tegang menahan emosi, “Baiklah, mari kita lanjutkan.”

Banjiro menampilkan senyuman tipis. Layar proyeksi berganti dengan foto Nishimiya Kara yang diambil secara candid, “seperti yang kalian lihat barusan, saya beritahu kondisi terakhir Nishimiya-san.

“Selama beberapa hari yang lalu, saya menggantikan Harata-san untuk mengawasi Nishimiya-san dan mendapatkan beberapa hal, yakni Nishimiya-san hilang ingatan. Saya mengambil kesimpulan ini berdasarkan pengamatan. Dalam pengawasan saya, Nishimiya-san bertingkah lain dari yang biasanya.”

Natsuo mengangkat tangannya hendak menyela, “Apa maksudmu berbeda dari biasanya?”

Harata memosisikan duduknya tegak menatap si penanya, “Begini, Nishimiya Kara mengalami trauma berat dari masa lalunya itu. Ia telah hidup selama lima belas tahun dengan kegilaan. Wajar baginya untuk bersikap abnormal, seperti mimpi buruk, atau berganti mood dengan cepat, ya semacam orang ‘gila’ saja. Namun bedanya, Nishimiya-san tidak benar-benar gila.

WELCOME, SECOND LIFE!! (BNHA Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang