Story by: Aralyn
Character and place by: Kōhei HorikoshiHappy Reading!!
"Pulang"
*****
"Nii-san, mau latihan bersamaku?" Kata Kara sehari setelah kepulangannya dari rumah sakit.
Shouto mengira dirinya yg dipanggil perempuan itu hampir saja menyahut. Untung suaranya tidak terlalu terdengar, ternyata Kara tengah berbicara dengan Natsuo.
"Boleh, kita pemanasan dengan olahraga ringan dulu." Jawab Natsuo sambil meregangkan otot-otot.
Kara mengikuti gerakan sang kakak namun lama-kelamaan gerakan yang ajarakan menjadi aneh. Ia mengangkat alisnya bingung saat melihat Natsuo malah loncat-loncat tapi wajahnya menunduk.
"Aaa--, nii, apa kau baik-baik saja?" Kara menghentikan gerakannya dan bertanya pada Natsuo.
Fuyumi yg ikut menonton mereka menepuk keningnya keras dan menggerutu akan sikap adiknya yang mulai 'gila' itu.
"Kara mau saja ditipu Natsu." Sahut Fuyumi, diam-diam ia menghela nafas.
Untung saja ayahnya, Enji, tidak ada di rumah, habis Natsuo jika beliau ada.
Natsuo tidak menjawab dan malah bergerak memutar, badannya lama-lama terpelintir seperti karet. Setelah beberapa waktu ia menghentikan putarannya. Beralih ke kaki-kaki lincahnya. Ia mengangkat kaki kanannya dan meloncat dengan kaki kirinya.
"Nii-san-- kau-" Kara semakin terperangah dengan sikap Natsuo yg gila.
"Natsuo, hentikan kegilaanmu!!"
Nah, Enji baru saja memasuki lapangan di tengah rumahnya dan menyaksikan putra keduanya sedang melakukan hal gila.
Natsuo terjatuh mendengar teriakan tersebut. Ia meringis pelan ketika lututnya terasa perih.
"Ugh, tua bangka itu!" Gerutunya.
Kara makin terheran dengan tingkah Natsuo. Alih-alih menuruti perintah Enji, Natsuo malah kembali bergerak meski perih di lututnya terasa menyiksa.
"Nee-san, kau yakin Natsu-nii sudah minum obatnya?" Shouto menoleh pada kakak perempuannya yang tetap diam mengikuti arah Enji ke tempat mereka berada.
Shouto dan Fuyumi memiliki kode tersendiri yang hanya dapat mereka pahami.
Fuyumi mengangkat bahunya, "Natsu belum kapok, biarkan saja."
"Kita lihat apa yg akan dia lakukan ya, Shou-chan." Fuyumi memberikan senyuman di bibirnya saat berkata.
Shouto menatap wajah Fuyumi dengan tatapan aneh mendengar panggilan Fuyumi untuknya.
Kegilaan Natsuo benar-benar tidak bisa dihentikan. Pria berusia 20 tahun itu sedang meloncat-loncat bak kelinci kelaparan, sedangkan Kara mulai mundur perlahan. Gadis itu ngeri dengan tingkah Natsuo.
"Natsuo!!" Enji memasuki lapangan dan menarik telinga Natsuo dengan cepat.
Ringisan terdengar dari mulut putra kedua dari keluarga Todoroki.
"Arrgh..."
"Ah ah ah, nee-san, tolong aku?!" Teriak Natsuo ke arah Fuyumi yg hanya menatapnya terhibur.
Wanita itu tidak mau membantu, karena salah Natsuo sendiri.
Kara tidak mengerti apa yang terjadi saat ini hanya terdiam dengan canggung.
"Dasar bodoh, kau mau ibumu datang dan melihat sikap gilamu ini?!" Enji semakin menarik telinga Natsuo.
Natsuo mendelik dan menatap pada Enji dengan tatapan marah.
"Lepaskan aku, argh, ini sakit!!'
Enji akhirnya melepaskan tangannya dari telinga Natsuo yang memerah. Setelah dilepas, Natsuo menggesek-gesek telinganya yang terasa perih sama dengan lututnya.
"Ganti pakaian kalian, ibu kalian akan datang." Enji menatap Kara yang ada di koridor tak jauh dari lapangan sedang berdiri.
Kara menegakkan tubuhnya saat mendengar Enji berkata. Ia pikir Enji hanya bercanda dengan membawa nama Rei, ibunya.
"Kaa-san datang?" Kara menyahut dan memberi Enji Kilauan di matanya. Enji merasa silau dengan tatapan itu.
"Hee, benarkan tou-san?" Fuyumi tersenyum girang. "Aku harus memasak kalau begitu."
Sebelum Fuyumi pergi, Enji memberitahu kalau Rei hanya berkunjung. Senyuman pun menghilang dari masing-masing anaknya.
Namun daripada bersedih Fuyumi menjawab, "Ahh, tidak apa, yang penting oka-san pulang ke rumah." Sahut Fuyumi dengan senang.
Tidak masalah jika sang ibunda hanya berkunjung. Kenyataannya Fuyumi tetap merasa senang. Mimpinya untuk melihat keluarganya utuh sekarang bisa jadi kenyataan meskipun hanya sebentar saja.
Kara tersenyum tulus sampai matanya menyipit kecil. Ia melihat banyak harapan untuk keluarga ini.
Lain dengan Fuyumi dan Kara yang senang Rei akan datang, Shouto tidak berpikir seperti itu. Bocah dengan warna rambut berbeda itu tidak siap bertemu sang ibu saat ini. Ia merasa belum bisa menjadi pahlawan untuk Rei. Shouto belum menyiapkan apa-apa.
Jika Shouto sibuk dengan kebingungannya, berbeda dengan Natsuo. Natsuo tidak ingin Rei kembali ke rumah penuh kenangan buruk ini. Tetapi, ia tidak mempunyai kuasa untuk menolak itu. Meskipun begitu, Natsuo tetap senang saat melihat Rei benar-benar datang dua jam kemudian.
Sewaktu Rei tiba di rumah Todoroki ia melihat banyak perubahan, terutama perubahan suasana. Rumah ini masih sama dengan rumah yang menjadi neraka untuknya selama beberapa tahun, rumah yang pernah ia tinggalkan, rumah untuk anak-anaknya, rumah untuknya pulang. Namun, sekarang rumah ini berbeda.
Sambutan dari anak-anaknya membuat Rei hampir menangis. Sepuluh tahun ia pergi, sepuluh tahun tak pernah datang, Rei akhirnya pulang.
Meski bukan pulang untuk maksud sebenarnya, tetapi ia pulang. Pulang pada sang suami yang menyambutnya dengan senyuman kecil di bibirnya. Pulang pada keempat anaknya. Pulang pada bangunan yang menjadi rumahnya.
"Kaa-san pulang." Katanya saat kaki kecil nan indah itu menyentuh lantai kayu rumah keluarga Todoroki.
*****
2 Desember 2020
Yap, ini bab selingan aja kok. Besok tetep update 😂
Aku nulis ini di hape, jadi maap kalau banyak yg disingkat😆See you,
Lyn.

KAMU SEDANG MEMBACA
WELCOME, SECOND LIFE!! (BNHA Fanfiction)
Fantasy[ DIS-CONTINUE ] Warn: tambahan OC, alur berubah, typo dsb. Apa yang terjadi bila kau mati dan hidup kembali di dunia yang berbeda? Inilah yang dialami OC dalam cerita Boku No Hero Academia. Kenapa ia dilempar di dunia yang seharunya hanya sebuah k...