Bagian 18

200 38 14
                                    

Copyright by Kōhei Horikoshi
Happy Reading!!



*****

"Mama," Kara kecil memanggil sang bunda.

Sahutan berupa gumaman terdengar dari mulut Hanna, "Hmm?"

Ia tengah merapihkan rambut Kara yang berantakan akibat ulah sang suami, Kenzo dan dirinya beberapa saat lalu.

"Kenapa kau selalu seperti ini? Menyiksaku lalu memulihkan ku lagi, kenapa?" Bisik Kara pelan, cengkraman pada pegangan kursi menguat. Gadis itu duduk di kursi meja rias miliknya tak berani menatap Hanna yang terpantul pada cermin meja tersebut.

Hanna melemaskan jari-jarinya pada pilinan rambut Kara. Ia menatap wajah Kara melalui cermin.

"Kenapa ya, mama juga tidak tahu." Tangannya kembali bekerja.

"Kenapa mama dan papa tidak pernah menyayangiku seperti anak-anak lain di sekolah? Kenapa, ma?" Air mata Kara mengalir dari matanya yang sudah bengkak.

Hanna merasakan cubitan di hatinya. "Maaf, Kara-chan, maafkan mama."

Wanita itu memeluk Kara dari belakang. Memberikan kehangatan yang ia bisa beri sebanyak-banyaknya.

Tubuh gemetar Kara membuat Hanna semakin tersiksa. Terkadang ia sendiri tidak tahun kenapa ia melakukan hal 'itu'. Menyiksa putri kecilnya yang masih berusia dini, melakukan hal tak wajar, bahkan melakukan 'itu' pada anak gadisnya. Hanna tidak tahu kenapa. Yang ia tahu, dirinya selalu merasa sesal pada akhir 'permainan'.

"Kau anak baik, Kara, kau anak baik." Katanya pelan menenangkan Kara yang semakin terguncang.

Waktu berlalu dengan cepat, usia kara memasuki angka 12 tahun disaat dirinya memasuki masa sekolah menengah pertama. Isak tangis pada H-3 hari sebelum tahun ajaran baru dimulai, Kara sudah mendapatkan nerakanya.

Belum genap setahun dirinya memasuki masa 'perawan' dan mendapatkan menstruasi pertamanya, ia sudah kehilangan apa yang disebut keperawanan itu sendiri. Ah, Kara lupa, dirinya memang sudah kehilangan harta bendanya sejak dulu.

Kini ia bukan hanya kehilangan kegadisannya, ia kehilangan segalanya.

Bayi.

Bayi malang itu hidup dan berkembang selama dua bulan di rahimnya dengan mudah dirampas oleh laki-laki yang seharusnya dipanggil 'ayah'. Operasi kuret dilakukan di depan mata Kara dengan modal bius di pinggulnya saja.

Kara menjerit sebisanya, menangis dan memohon sepenuhnya pada pria tersebut tetapi ia hanya mendapat tatapan dingin dari manik yang sama dengan miliknya. Sedangkan Hanna memalingkan muka darinya. Kara tahu, sang ibunda menangis juga.

"Mama, tolong hentikan papa. MAMA!" Pintanya berteriak.

"Onegaishimasu, papa! Aku akan jadi anak baik."

"BUNUH AKU SAJA KALAU BEGITU, SIALAN!!!"

"AAARHGGH! Ittai, ittai!"

"Yamate, please. BAYI ITU MILIKKU!!"

"Mama, papa. Doshite?"

*****

"Nah, Seperti itu. Todoroki-san hanya kelelahan, tidak ada indikasi penyakit atau trauma pada kepalanya terganggu." Jelas Ahn setelah memeriksa Kara. Dokter dengan lesung pipit pada pipi kanannya menunjukkan hasil tes-nya.

Shouto ternyata tidak berbohong saat ia bilang akan membawa Kara ke rumah sakit. Bukan hanya diperiksa, tetapi bocah laki-laki itu meminta CT Scan dan X-Ray terhadap kara. Masa bodo dengan pembengkakkan pada kartu kredit miliknya.

WELCOME, SECOND LIFE!! (BNHA Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang