Jingga 33. Oppa bapak-bapak

4.8K 433 12
                                    

"Ehm. Kita izin ke luar Fa."

"Loh, kenapa pada pergi?"

Adam menepuk pundak Ardi. "Kita ada urusan."

"Urusan? Ini jam makan siang. Kalian bisa makan siang bareng kita."

"Semoga lain waktu." ujar Ardi di samping Adam yang mengangguk. "Soalnya barusan Ardi bilang ngidam pengen martabak."

Kening Ayyara berkerut apalagi Ardi, laki-laki seumuran Arhaffa itu menabok lengan Adam dengan map yang ia pakai sambil melotot beberapa saat. Sejak kapan ia sudah menikah.

"Biarin aja Yara,"

"Tuh dengerin Yara, kode minta gak diganggu."

"Dam!"

"Pake n, biar damn!"

Adam membecir di ikuti Ardi yang menyusulnya dengan santai karena mendapat ekspresi serius dari Haffa.
Melihat itu, Ayyara terkekeh.

"Kamu bawa makanan?"

Ayyara mengangguk mengikuti Haffa yang perlahan berjalan melewati sofa menuju sebuah pintu.

"Iya. Kita mau kemana?"

"Ikut saya saja." Arhaffa tersenyum kecil tanpa Ayyara tahu.

Arhaffa membawanya menuju sebuah rooftop perusahaan itu. Melihat itu Ayyara berbinar. Memperlihatkan banyak penampakan atap rumah demi rumah, begitu pun gedung-gedung pecakar langit, atau pun lalu lalang di jalan yang di penuhi sesaknya kendaraan beroda dua dan empat, bahkan lebih.

"Kamu kesini mau nikmatin pemandangan atau bawa makanan buat saya?"

Seketika Ayyara menyentuh jidatnya sendiri. Hampir saja ia lupa karena terbawa pemandangan, padahal niat akan kesini untuk membawa makanan.

Ayyara pun kemudian melepaskan tangannya pada penyangga kaca itu, berjalan menuju sebuah meja yang di duduki Arhaffa. Ikut duduk di hadapannya sambil membuka kotak bekal itu.

"Tadinya Yara gak niat buat Mas Haffa," pancing Ayyara berpura-pura.

"Terus ngapain kamu kesini bawa bekal, kalau bukan buat saya?" Arhaffa menaikan satu alis mendengar penuturan perempuan yang fokus pada kotak bekal itu. Sesekali kerudung peach yang di pakai perempuan itu mengayun-ngayun terbawa angin membuat Arhaffa terus memperhatikan pergerakannya sekecil apapun.

Ayyara menoleh bersamaan Arhaffa yang mengalihkan pandangan.

"Buat Yara sendiri, dan niatnya cuman buat mampir kesini buat numpang makan." dengan santainya Ayyara melanjutkan pura-puranya.

"Jadi, bukan buat saya? Tadi kamu bilang iya loh."

"Kapan? Tadi Mas Haffa tanya, Yara kamu bawa makanan? Yara jawab iya. Tapi gak jawab buat Mas Haffa, kan?" dengan sok-sokan Ayyara memperagakan suara Arhaffa dengan ekspresi yang dibuatnya meniru.

"Baiklah. Saya lebih baik ikut Adam makan siang tadi." Arhaffa akan beranjak.

"Eh-eh, Yara cuma bercanda." Ayyara menahan lengan itu setelah terkekeh kecil.

"Saya serius." ujar Haffa berpura-pura. Ia membalas perilaku Ayyara juga.

"Yee.. ngambekan. Yara cuma bercanda. Cepetan Yara udah bawa jauh-jauh, apalagi tadi kejebak macet sama Pak Sam." Ayyara menyodorkan tempat makan.

"Bercandanya gak lucu."

"Yee.. disana yang gak bisa ekspresi."

"Maksudnya?"

"Hehe.. Ini ayam kecap." Ayyara lebih memilih mengalihkan pembicaraan.

"Ayam kecap?" Sontak saja Arhaffa tertarik.

Cinta di Langit Jingga | Jingga✔ (Repost)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang