Wah si micin!
Aneh, si perempuan odol ini!
Ayyara mensidekapkan tangannya dari balik hijab lebar berwarna maroon yang ia pakai sekarang. Menatap perempuan dengan make up tebal serta pakaian ketat di balik cardigan yang pakai itu. Kenapa wanita dengan lekuk tubuh yang indah itu membuat Ayyara sedikit insecure pada dirinya yang di bilang sangat standar. Dia bak kriteria wanita sempurna dengan sebutan gitar spanyol. Tapi sayangnya ia menampakannya begitu murahnya. Buktinya sekarang malam-malam ia kerumahnya membawa banyak makanan. Dengan alasan konyol bagi seorang wanita.
"Kebetulan Mas Haffa, lewat tukang martabak jadi inget Alvin yang suka martabak keju. Jadi sekalian mampir apalagi mengingat revisi schedule, dan beberapa laporan dadakan yang di beritahu oleh klien perusahaan." ucap Sasha, siapa lagi?
Dari kelihatannya sangat mencurigakan. Ia memicingkan mata. Melihat Sasha, sekretaris Mas Haffa itu tersenyum, bahkan bulu mata berlapis maskara antibadai itu terlihat bergoyang-goyang di bawah eyerliner hitam yang mencolok.
Ia melirik pada samping, dimana Haffa tersenyum sekilas. Harus di garis bawahi sekilas. Tetap saja lelaki mana yang tidak tertarik. Membuatnya kesal.
Bukan kesal apa-apa, tapi karena tingkah Sasha yang terang-terangan. Itu terkesan murahan. Ia tidak peduli kepada siapa itu, tapi ia hanya merasa malu sebagai perwakilan wanita yang masih berusaha memahami kebiasaan.
Ayyara beristigfar dalam hati, ia tidak seharusnya berprasangka buruk seperti ini, dan tadi apa? Ia membandingkannya dirinya sendiri? Maafkan ya Allah betapa miskinnya dirinya bersyukur.
"Memangnya tidak bisa besok saja?"
Keduanya menoleh bersamaan, kecuali Alvin yang sumringah mendapatkan martabak itu.
Seolah mendapat tatapan aneh, Ayyara mengulang pertanyaan pada dirinya sendiri, pertanyaannya wajar, bukan?
"Sepertinya ibu tidak tahu, kalau memang ini kebiasaan kami."
Kedua alis Ayyara mengeriting, maksudnya?
"Ehem. Maksud Sasha memang biasanya saya dan dia lembur di kantor jika ada pekerjaan yang urgent seperti ini, dan memang sesekali di bawa ke rumah. Pada batas wajar tentunya, beberapa kali saja mungkin Sasha datang malam-malam seperti ini, karena memang ada sedikit masalah perusahaan."
Ayyara mengangguk berseri dalam artian merasa dongkol ketika detik-detik berikutnya, Sasha mengeluarkan beberapa map yang ia bawa.
°°
"Kerja teroos.." Ayyara membuka pintu dimana ternyata ada sebuah ruangan kerja di dekat kamar dirinya, lebih tepatnya kamar Mas Haffa. Kamar bersama.
"Alvin sudah tidur?"
Ayyara menyimpan kopi dari nampan ke meja dekat Arhafffa, lalu menjawab pertanyannya dengan anggukan.
"Sudah."
"Makasih."
Tidak ada sautan lagi, karena sekarang Mas Haffa kembali berkutat dengan laptopnya.
"Segitunya ya sama pekerjaan?" sengaja ia memancing pertanyaan, dan Arhaffa berhasil menoleh padanya.
"Maksudnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta di Langit Jingga | Jingga✔ (Repost)
Espiritual"Mencintai dalam diam, ketika kita tahu. Kita bukan pilihan sebenarnya hatinya, sekalipun kita terikat pernikahan ketidaksengajaan." Arhaffa "Kita sudah berkomitmen bersama. Merangkai masa depan dengan indah. Jadi kembalilah.." Azhandi "Tujuan prins...