Jingga 32. Mama mertua baik

4.9K 431 8
                                    

Ayyara melepas gandengan tangannya tepat di depan meja bernomer 22 di restoran Italia itu. Restoran itu kelas atas, terbukti dengan dekorasi mewah dan elegan serta pengunjungnya yang di dominasi semuanya dengan para pengunjung yang berpakaian yang sangat glamour dan rapi bagi kaum adam yang berjas.

Pelayan berpamitan setelah mengantarkan mereka pada meja vvip itu. Sepertinya meja di sini terkhusus karena harus di pesan terlebih dahulu.

"Ini kemana orangnya?" Arhaffa duduk di salah satu kursi, dan Ayyara masih berdiri di sampingnya.

"Kamu bisa duduk."

Seperti patuh, Ayyara memilih duduk di salah satu kursi di dekat Arhaffa. Sementara Arhaffa menekan tombol hijau mendial nomer seseorang dari handphonenya, namun ia urungkan setelah kehadiran seseorang.

"Dah lama?" tepukan pada bahu dari seseorang membuat Arhaffa menoleh dan membalas uluran.

"Kemana aja?"

"Sorry, habis dari toilet." ucapnya melirik seorang wanita yang duduk hadir diantara mereka.

"Wah ini pasti isteri lo sekarang. Kenalin Ak- Yara?!" bukannya merampungkan kalimat, laki-laki dengan kemeja coklat tua itu terbelak bersama Ayyara yang menampilkan reaksi yang sama.

"Akbar?"

Laki-laki bernama Akbar itu menggeleng. "Dunia memang bener, sesempit daun kelor."

"Kalian saling kenal?" tanya heran Arhaffa memperhatikan keduanya.

Keduanya mengangguk. Melihat tangan Akbar terulur membuat keduanya tersenyum penuh arti.
"Salam pertemuan sahabat bocil gue. Gue, Yara, Faisal sama Dira, Genk kampung dulu."

Bukannya saling berjabat tangan, mereka malah membuat salam yang tanpa menyentuh, berujung dengan menyentuh jidat sendiri. Ala-ala mereka. Tertawa atas ke-alayan mereka yang masih saja masing-masing ingat.

"Jadi Emak Comblang ini istri lo, Arhaffa?"

Ayyara mendengus mendengar itu.

"Emak comblang?"

Akbar mengangguk.

"Ayyara sama gue sahabatan waktu kecil. Walau dia usianya di bawah gue, tapi dia pandai bergaul. Ulangi lagi. Gue, Faisal, Dira, sama dia kompak dalam segala hal. Termasuk ngalahin genk anaknya Pak somad dalam permainan gundu."

"Nggak dalam hal itu juga, dari sekolah sampai perguruan tinggi kita satu kumpulan."

"Tapi dalam kerjaan, cuma dia yang jadi anak ibu kota." sindir Ayyara.

"Jadi gimana kabar hubungan sama Sharen sekarang?" Mendengar itu Akbar sedikit diam.

"Ki-kita baik. Tadi aja baru ketemu. Payah aja lo Ra, gak ketemu dia."

"Oh jadi kamu, Yara, yang buat Akbar dan Sharen jadian waktu mereka awal pendrkatan?" Arhaffa menarik kesimpulan.

"Seratus Mas Haffa. Yara adalah jembatan bagi para sahabat sendiri nyari pasangan. Hebat kan?"

"Etdah bener amat. Power the best lah."

Arhaffa mengangguk. "Baiklah, sepertinya makanan malam ini akan di tanggung biayanya oleh tuan Akbar Dirgateda."

Akbar menatap pelayan restoran menyuguhkan banyak makanan di mejanya.
"Yah, tabungan nikah sama Sharen masih jauh dong.."

Ayyara tertawa lepas bersama Arhaffa melihat reaksi Akbar yang lemas.

"Bercanda, biar gue yang bayar."

Sementara Ayyara menatap semua makanan dengan tatapan tak dapat di artikan. Lapar tentu saja ia rasakan, air liurnya terasa menetes melihat semua makanan yang baru saja di lihat olehnya. Makanan yang aneh, menyebut namanya saja ia lupa saat memesan tadi.

Cinta di Langit Jingga | Jingga✔ (Repost)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang