Ayyara mengerucut bibirnya pada layar laptop yang menampilkan videocall dengan seorang laki-laki yang amat sangat dikasihinya.
"Jangan marah, aku ada keperluan 5 hari ini, makanya aku pulang ke Pelembang dulu Nanti aku pulang lagi." ucapnya dari seberang sana.
"Iya gak apa-apa, tapi kamu harus janji buat balik lagi. Kamu tahu kan, kita harus melakukan semua kesiapan untuk pernikahan kita. Dan undangan kita juga belum selesai tahu." ujar Ayyara cemberut.
"Gemesh aku lihat kamu. Iya, Insha Allah aku segera pulang. Apalagi acara kita sudah dekat." senyum Handi mengembang dari sana sambil mengedipkan matanya.
"Jangan lupa bawa pempek Palembang nya juga." rengek Ayyara.
"Dasar si hobi makan."
"Yee.. ngeledek."
"Padahal di Bandung banyak loh yang jual pempek,"
"Bilang aja kalau nggak mau bawa, jangan banyak alesan." Ayyara pura-pura cemberut.
"Emm ngambek, nanti aku bawain."
Senyum Ayyara merekah, menampilkan kedua lesung Pipit di bawah kedua sudut bibirnya. "Gitu dong.. kan yang asli beda, sama yang di jual di pasaran."
"Senyum terus ya, kamu cantik."
"Apaan sih, biasa aja ya."
Lagi, pipi Ayyara terasa merona. Dan mereka tiba-tiba tertawa bersama entah menertawakan apa. Memang seperti itu kalau berhubungan dengan orang yamg satu frekuensi-satu pemikiran. Saling memahami satu sama lain, dan seakan semuanya lengkap. Ini alasan Ayyara memilih dan menerima Azhandi. Mereka seakan dapat membaca pikiran masing-masing. Bukan kah sudah lengkap arti teman hidup dalam prinsipnya?
"Jangan digoda gitu dong, malu tahu." ucap Ayyara menggembungkan pipinya menahan senyumannya sebenarnya. Hatinya terasa menghangat. Mengingat impian mereka akan segera terwujud. Ya, menikah.
"Jadi besok pagi kamu mau kemana? Maaf aku membatalkan acara memilih undangan dulu." tanya Azhandi sekarang sambil merasa bersalah.
"Nggak apa-apa, aku ngerti. Gak tahu juga, mungkin di rumah aja. Masalah ngambil undangan, ntar aku kasih info buat ngambil di hari kamu pulang aja." pikir Ayyara.
"Kata Umi, kamu dan keluaga kamu mau jalan-jalan ya, ke kebun binatang?"
Ayyara mengerutkan kedua alisnya, "Umi cerita?"
Azhandi mengangguk. "Iya, aku yang telepon dan mengobrol."
Ah, calon suami yang pandai deketin calon mertua. Kikik Ayyara dalam hatinya.
"Kamu ikut kan? Itung-itung Refreshing dengan jalan-jalan sebelum nanti sibuk." ujar Azhandi.
Ayyara menggeleng. "Nggak ah, males. Aku udah tolak ajakan umi sejak awal juga karena acara kita ngambil undangan. Nggak apa-apa lah, mending istirahat aja. Lagian, lusa aku udah masuk ke kantor lagi."
"Tapi aku udah bilang batalin acara sama kamu. Jadi saat tahu Umi sama Abi ada acara tamasya, yaudah aku suruh Umi ajak kamu lagi dengan yakinin pasti kamu akan ikut kali ini." ujar Handi membuat Ayyara berubah ekspresi.
"Kenapa mesti bilang Umi, sih." kesal Ayyara.
"Loh, kenapa?" heran Azhandi.
Ia akan antusias jika tamasyanya tanpa si awan colloumbus itu! Pikir Ayyara.
"Kenapa melamun?"
Ayyara menggeleng dan lebih baik terkekeh, "Tadinya males, dan lebih baik istirahat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta di Langit Jingga | Jingga✔ (Repost)
Spirituale"Mencintai dalam diam, ketika kita tahu. Kita bukan pilihan sebenarnya hatinya, sekalipun kita terikat pernikahan ketidaksengajaan." Arhaffa "Kita sudah berkomitmen bersama. Merangkai masa depan dengan indah. Jadi kembalilah.." Azhandi "Tujuan prins...