Perasaannya tidak enak. Semakin tidak enak memikirkan apa yang selama ini masih belum terselesaikan. Ya, Kiara belum mendapatkan seadil-adilnya hak dan keadilannya.
Kekerasan terang-terangan ini seolah menggerogoti hati dan pikirannya. Telah lama hal ini terjadi, dan selama itu pula ia belum menemukan jalan keluarnya. Padahal ini rencanya dengan Handi sebelum mereka berencana melaksanakan resepsi pernikahan.
Ah, mengingat laki-laki itu membuatnya sadar.
Apa alasan Azhandi meninggalkannya kali ini? Apa seperti dulu saat dia lulus wisuda? Dia meniti karier dengan serius hingga mereka lost contact satu tahun, lalu kembali saat ia wisuda satu tahun setelahnya dengan hal yang tak terduga dan memberikan kejutan manis saat dia melempar topi toga? Apa dia akan kembali? Atau? Ayyara tak bisa menjawabnya itu."Perempuan yang menangis di restoran tadi siapa?"
Lamunan Ayyara buyar mendapat pertanyaan dari Arhaffa. Ia menoleh padanya yang sedang menyetir mobil. Mereka dalam perjalanan pulang.
"Dia sahabat aku saat di asrama, deket banget. Udah kayak sodara sendiri. Terus kenapa dia nangis, karena ia mendapat ketidakadilan hak. Itu menurutku. "
"Maksudnya?" Arhaffa tertarik.
"Dia ngalamin kdrt Mas Haffa, udah lama Yara yakin. Selalu ciri-ciri aneh Yara nemu kalau tidak sengaja ketemu mereka. Suaminya suka bertindak kasar, dia semena-mena tidak segan walau di hadapan umum. Yara bener-bener gak tega. Yara dari semenjak tahu itu pengen ngelakuin suatu hal. Tapi belum terlaksana."
"Kamu bakal ngelakuin apa? Membuat mereka bercerai?"
"Itu pilihan kedua, jika hubungan itu tak dapat di perbaiki. Yang terpenting seharusnya ada timbal balik satu sama lain dalam hubungan rumah tangga. Saling membahagiakan. Saling menerima satu sama lain. Bukan seperti ini."
Arhaffa paham.
"Yara harus bagaimana ya Mas Haffa?" ujarnya bingung sekarang. Alasannya karena dulu jika ada masalah seperti ini, ada Azhandi yang turun secara langsung dengan dirinya menyelesaikan konflik. Ditambah Azhandi seorang pengacara. Sedangkan kini ia tidak bisa bergerak sendiri.
"Kenapa mesti bingung? Bukannya kamu deket sama Sharen, kekasihnya Akbar?
Bagai melihat mentari ketika fajar. Ayyara menarik lengkungan senyumnya.
"Ah, kenapa nggak kepikiran!" ucapnya sumringah.
"Telepon dia. Pastikan waktunya luang."
"Makasih Mas Haffa sarannya." ujar Ayyara menyentuh punggung tangannya, lalu melepaskannya kembali sambil menghubungkan panggilan.
Sementara Arhaffa merasakan sentuhan itu sesuatu hal yang membuatnya bahagia. Ia semakin.. dekat dengannya. Ia menyembunyikan senyumnya pada sisi pemandangan di sampingnya seperkian detik dan kembali berekspresi semula. Selalu Ayyara tidak sadar dan tahu itu.
Nada sambung terdengar, sampai sebuah suara menghentiaknya.
"Assalamualaikum Sha,"
"Waalaikumsalam Yara, ada apa kenapa?"
"Kamu lagi dimana sama siapa?"
"A..aku lagi sama Akbar. Ke-kenapa?"
"Kenapa gugup? Kayak ke gap lagi selingkuh aja."
"Eng-nggaklah, aku cuma barusan minum kopi yang ternyata masih panas. Hingga lidah aku menjadi kelu."
"Oh kirain, haha.. padahal cuma bercanda."
"Jadi, kenapa?"
"Btw, kamu ada waktu nggak besok, aku perlu bantuan kamu."
"Bantuan apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta di Langit Jingga | Jingga✔ (Repost)
Spiritual"Mencintai dalam diam, ketika kita tahu. Kita bukan pilihan sebenarnya hatinya, sekalipun kita terikat pernikahan ketidaksengajaan." Arhaffa "Kita sudah berkomitmen bersama. Merangkai masa depan dengan indah. Jadi kembalilah.." Azhandi "Tujuan prins...