Mr. Albara | 20. Kepergian

1.8K 150 60
                                    

Happy reading



Setelah kejadian dimana Lena di siksa oleh Albara dihari ini juga Lena di nyatakan koma akibat Lena banyak mengeluarkan darah yang begitu banyak. Arland tidak memberi tau sang bunda ataupun Albara di mana Lena di rawat. Karena jika Albara tau maka kemungkinan Lena akan di bawa paksa oleh Albara. Arland tidak mau hal itu terjadi kepada Lena yang tengah terbaring lemah tak berdaya seperti sekarang. Yang lebih Arland syukuri adalah kandungan Lena dalam keadaan baik-baik saja. Jika sampai Lena keguguran Arland tidak segan-segan untuk menghabisi nyawa Albara.

Setiap hari Arland di temenin asistennya untuk merawat Lena yang masih menutup matanya.

"Hai, Kakak ipar. Apa kamu tidak bosan tidur terus menerus seperti ini? Aku saja yang tidur terlalu lama jika bangun akan merasa pusing. Tapi kenapa kamu tidur sangat lama sekali? Apa kamu tidak ingin bangun?" Arland mengajak Lena berbicara.

"Maaf atas sikap kakakku beberapa waktu yang lalu hingga membuatmu menjadi seperti ini." Tak terasa air mata Arland jatuh ketika mengingat kejadian dimana Lena hampir sekarat, tapi memang Lena sekarang tengah sekarat. Entah kapan Lena akan terbangun.

"Kenapa kamu bisa terjebak dalam kehidupan keras kakakku? Kenapa gadis baik sepertimu mendapatkan suami yang bersikap seperti iblis? Kenapa? Apa mungkin ini takdirmu? Tapi kenapa begitu kejamnya hadirmu." Arland terisak ketika berbicara dengan Lena.

"Aku salah memintamu untuk bertahan dengan kakakku. Aku yang bodoh untuk memintamu bertahan dengan Albara, kenapa aku sebodoh ini? Kenapa!" Arland terus saja menyalahkan dirinya sendiri karena kejadian ini.

Ketika Arland tengah sibuk berbicara dengan Lena yang masih tidak sadarkan diri tiba-tiba tubuh Lena kejang-kejang dan alat Elektrokardiogram Lena berdenyut begitu cepat hingga Arland melihat garis lurus yang di tunjukan alat Elektrokardiogram benar-benar tidak menunjukan keadaan seperti semula lagi. Arland dengan cepat memanggil dokter pribadi yang menangani Lena.

Dokter mengambil alat bantu agar jantung Lena kembali berdetak seperti semula. Semua upaya dokter Cassandra lakukan tapi pada akhirnya Lena tidak menujukan tanda-tanda kehidupan di dirinya.

Tubuh Arland merosot kebawah menatap Lena yang benar-benar sudah pergi. Pergi untuk selama-lamanya. Teriakan terdengar dari seluruh penjuru ruangan. Dengan langkah berat Arland menghampiri tubuh Lena yang terbaring di atas tempat tidur rumah sakit. Arland mengoyang-goyangkan tubuh Lena yang tidak ada pergerakan membuat Arland semakin bersalah.

"Lena, aku tau kamu wanita yang kuat. Aku mohon sadarlah!" Arland mencoba membangunkan Lena tapi tidak ada pergerakan ataupun tanda-tanda kehidupan di diri Lena.

"LENA AYO BANGUN! AKU MOHON!" Arland mengoyang-goyangkan lagi tubuh Lena.

"AYO BANGUN LENA!"

Berbagai cara Arland lakukan tetep saja Lena tidak terbangun dari tidurnya. Arland mengenggam tangan Lena yang masih hangat dan mendekatkan ketelinga Lena. Tetesan air mata jatuh di kedua mata Arland karena merasa kasihan dengan Lena mengingat Lena tidak pernah di perlakukan dengan layak oleh Albara.

"Kamu adalah gadis yang paling kuat yang pernah aku temui selain bundaku. Pergilah dengan tenang. Sudah tidak ada penderita yang kamu alami. Tidak ada lagi penyiksaan yang kamu terima lagi. Aku berharap kamu bahagia di sana. Selamat jalan Kakak iparku." Air mata Arland menetes di pipi Lena. Hati Arland terasa pedih melihat wanita bernasib tidak baik seperti ini. Semua karena ulah manusia tidak memiliki hati.

Luapan emosi terlihat dari wajah Arland membuat Arland meninggalkan ruangan dimana Lena di rawat hingga menghembuskan nafas terakhir.

💔💔💔

Seseorang tengah bersantai dengan ciri khasnya sambil memegang gelas yang berisi air bening yang selalu bisa menangkan dirinya. Dengan santai Albara mengoyang-goyangkan gelas yang berada ditangannya kemudian menyesapnya sedikit demi sedikit. Ketika tengah bersantai seseorang lebih tepatnya Jhon menghampiri Albara dan membisikkan sesuatu. Gelas yang di gengam Albara jatuh hingga menjadi kepingan kecil tak berbentuk lagi.

"Apa kau main-main denganku?" Albara mencoba memastikan bahwa yang di sampaikan oleh anak buahnya benar adanya.

"Semua benar, Tuan. Saya mendapatkan kabar ini dari salah satu anak buahnya Tuan yang bertugas di sana," jawab Jhon.

"Tidak mungkin." Albara tidak mempercayai omongan Jhon sama sekali juga Lena sudah tiada.

"Jika Tuan tidak percaya. Saya bisa mengantar Anda kesana." Jhon berkata kepada Albara.

"Tidak perlu. Aku tidak peduli jika memang dia sudah tiada." Dengan santai Albara menaiki tangga menuju kamarnya.

Albara membaringkan tubuhnya di atas kasur miliknya dengan begitu tenang seperti tidak ada beban di dalam hidupnya. Perlahan mata Albara menutup tapi tiba-tiba pintu kamar Albara terbuka menampilkan Arland dengan wajah emosinya menghampiri Albara.

Pukulan di terima oleh Albara membuat Albara jatuh tersungkur dengan darah yang mengalir di sudut bibirnya. Senyum sinis terlihat dari sudut bibirnya Albara. Balasan Arland terima dari Albara.

"Lo, kenapa datang-datang langsung mukul gue!" ucap Albara.

"Lo, laki-laki paling berengsek yang pernah gue kenal. Dan gue merasa menyesal mempunya saudara kembar seperti dirimu." Pukulan Arland layangkan lagi kepada Albara.

"Lalu apa gue enggak menyesal juga punya saudara sok peduli sama orang lain." Balas Albara.

"Peduli dengan orang lain? Maksud Lo siapa? Lena? Ingat Lena bukan orang lain di keluarga kita. Dia juga bagian dari keluarga kita juga. Dan sekarang Lo tau dia sudah tiada karena ulah Lo?" Luapan emosi Arland lampiaskan kepada Albara.

Ketika Arland ingin memukul Albara sebuah tangan menghentikan Arland. Sudah dalam keadaan emosi Arland menatap seseorang dengan perasaan sangat sulit di artikan. Arland menghempaskan tangan seseorang itu dengan kasar.

"Gara-gara Lo semua jadi seperti ini." Perkataan Arland membuat gadis itu diam seribu bahasa tak tau harus berkata seperti apa lagi.

Arland keluar dari kamar Albara karena sudah puas melampiaskan semuanya kepada Albara. Gadis itu membantu Albara bangkit.

"Apa kamu tidak apa-apa?" tanya Sonia.

"Lepaskan tangan kotormu dari tubuhku." Albara menepis tangan Sonia dengan kasar.

Sonia menatap kepergian Albara dengan perasaan kesal. Sonia bingung bagaimana caranya mengembalikan sifat Albara yang dulu kepada dirinya.

Suara deru mesin mobil melaju melewati pagar rumah bernuansa mewah dengan kecepatan tinggi. Mobil Albara melewati jalanan yang longgar yang tidak terlalu banyak mobil berlalu lalang pada sore hari ini. Tepat di sebuah pantai yang begitu indah mobil Albara berhenti di tepi pantai. Menikmati senja di pantai seperti ini terkadang membuat pikiran menjadi reileks.

Bayangan wajah Lena terlintas di pikiran Albara membuat Albara semakin merasa bersalah kepada Lena karena telah menyia-nyiakan Lena. Tapi terkadang Albara sangat membenci Lena yang membuat Albara selalu ingin memperlakukan Lena kasar.


T. B. C

Lena meninggal 😭 Jahat banget Albara enggak suka deh 😭 Kamu terlalu kejam Albara.

Tunggu kelanjutannya ya 🥰🥰

Mr. Albara ( #2 KURNIAWAN SERIES )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang