Mr. Albara | 14. Pernikahan

1.8K 127 10
                                    

Happy reading



"Ini gaun yang cocok untukmu. Sederhana tapi terlihat sangat elegan dan anggun jika dirimu yang memakainya. Bagaimana menurutmu?" tanya Arra kepada Lena.

"Jika menurut Bunda ini bagus maka Lena menuruti apa yang Bunda katakan," jawab Lena.

Arra memang menyuruh Lena untuk memanggilnya dengan sebutan Bunda karena sebentar lagi Lena akan menjadi bagian dari keluarga Kurniawan. Arra tersenyum kepada Lena dan memilih beberapa gaun untuk Lena coba.

Memang pada hari ini mereka tengah mempersiapkan pernikahan Albara dan juga Lena yang akan di laksanakan minggu depan. Jadi semua persiapan harus di lakukan segera. Arra menyerah beberapa helai gaun kepada Lena untuk di coba.

"Coba gaun ini. Bunda mau lihat bagus atau tidak," ucap Arra.

Gaun yang di pilih oleh Arra adalah gaun yang memiliki lengan panjang dengan hiasan di bahu yang menambahkan kesan cantik untuk Lena pakai. Pakaian yang menutup seluruh tubuh Lena dari tontonan para kaum laki-laki. Saat Lena memakai gaun lebih tepatnya mencoba gaun yang akan di gunakan di hari pernikahannya. Tiba-tiba Albara datang dengan wajah lelahnya. Albara akan menetap di Jakarta karena semua itu atas perintah sang Bunda yang menyuruhnya agar tetap di Indonesia. Mau tidak mau Albara menuruti perintah sang Bunda.

"Akhirnya kamu datang juga. Ayo coba jas pengantin kamu," ucap Arra menyodorkan jas yang senada dengan Lena.

Dengan wajah malasnya Albara masuk ke ruang ganti untuk mencoba baju pengantin. Tidak berselang lama Lena keluar dengan gaun yang di pilih Arra tadi. Arra cukup terkejut dengan perubahan Lena. Cantik, itu definisi yang Arra tangkap dari Lena sekarang. Benar-benar cantik meskipun tidak berdandan.

"Bunda kenapa?" tanya Lena.

"Tidak, Bunda hanya kagum sama kamu, Nak." jawab Arra.

"Apa bagus jika Lena memakai gaun ini?" tanya Lena.

"Sangat bagus dan kamu sangat cantik, Nak."

"Kalau begitu Lena ambil gaun ini saja," kata Lena.

"Baik jika kamu mau memakai gaun ini di hari pernikahan kamu. Kita tunggu Albara dulu. Biar Albara melihat gaun kamu juga," ucap Arra.

"Albara? Apa Albara berada di sini juga?" tanya Lena.

"Iya, dia sedang mencoba baju pernikahan juga," jawab Arra.

Tidak berselang lama pintu terbuka menampilkan Albara yang memakai jas pilihan sang Bunda tadi. Terpanah pesona Albara. Saat itulah yang Lena rasakan ketika melihat Albara keluar dari ruang ganti. Begitu pun sebaliknya ketika mata Albara menatap Lena yang tengah memakai baju pengantin yang serasi dengannya. Tanpa sadar Albara juga menganggumi Lena yang memakai baju pengantin itu.

"Sudah cukup saling menatapnya." ucap Arra.

Albara mengalihkan pandangannya kearah lain agar tidak menatap Lena yang begitu cantik menurutnya. Pada akhirnya Arra memilih gaun yang sudah di coba oleh Lena maupun Albara. Setelah memilih gaun pernikahan, Arra menyuruh Albara dan Lena untuk pergi ke toko cincin untuk memilih lebih tepatnya membeli cincin pernikahan mereka. Dan sekarang mereka tengah berada di dalam mobil dengan keheningan yang menyelimuti di dalam mobil. Tidak ada pembicaraan antara mereka. Setelah beberapa menit menempuh perjalan akhirnya mobil Albara berhenti di sebuah perhiasan yang cukup besar bagi Lena.

Lena terpanah ketika melihat besarnya toko perhiasan yang akan mereka kunjungi. Pasti harga cincin mencapai ratusan juga. Batin Lena.

"Kenapa masih di sana?" tegur Albara yang melihat Lena tengah melamun.

Lena segera menyusul Albara yang berjalan lebih dahulu. Benar perkataan Lena tadi jika toko perhiasan ini benar-benar sangat mewah sekali. Sampai-sampai Lena tidak bisa berkata-kata lagi. Belum lagi ketika Albara mengajak untuk melihat perhiasan yang akan mereka pilih.

"Cepat pilih, aku tidak memiliki waktu yang banyak." ucap Albara.

Bingung? Itulah yang saat ini Lena rasakan ketika di suruh oleh Albara untuk memilih perhiasan yang menurut Lena indah dan bagus-bagus semua. Jika boleh Lena ingin memiliki semua perhiasan yang berada di sini. Ketika Lena tengah melihat-lihat. Mata Lena jatuh pada sebuah cincin yang memiliki permata di sekelilingnya tapi cukup sederhana.

"Bagaimana kalau yang itu?" tunjuk Lena.

Albara melihat pilihan Lena sejenak.

"Tidak bagus," ucap Albara. "Mbak, tolong cincin pesanan saya."

"Jika sudah memesan kenapa aku di suruh milih sih?" batin Lena kesal.

Ketika Lena melihat cincin pesanan Albara ternyata jauh lebih bagus dari pilihannya. Setelah mengambil pesanan mereka akhirnya mereka kembali kerumah lebih tepatnya menuju kerumah Albara. Sebenarnya rumah Albara sudah di sulap menjadi tempat pernikahan mereka. Karena memang pernikahan Albara dan Lena di laksanakan di rumah Albara. Semua itu karena perintah Arra.

Sesampainya di rumah dan setelah menurunkan Lena, Albara kembali pergi entah kemana. Lena masuk kedalam rumah untuk beristirahat.

"Bagaimana? Cincinnya sudah dapat?" ucap Arra yang tengah berada di ruang tamu sambil membaca majalah.

"Eh, Bunda. Assalamualaikum warahmatullahi wabaraktuh." salam Lena.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabaraktuh, Nak." sahut Arra.

"Di mana Albara?" tanya Arra yang tidak melihat keberadaan Albara.

"Albara sedang pergi tapi entah pergi ke mana. Lena pun tidak tau." jawab Lena.

"Apa kamu tidak bertanya?"

Lena menggelengkan kepalanya.

"Semoga kebiasaan Albara yang satu ini berubah ketika menikah denganmu nanti," doa Arra.

"Kalau begitu Lena mau naik ke atas dulu, Bun." pamit Lena.

Arra mengangguk mengiyakan.

Lena berjalan menaiki tangga untuk menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Setibanya di kamar, Lena menghela nafas ketika melihat kamarnya juga sudah di sulap menjadi kamar pengantin. Dekorasi kamar berpaduan warna putih dan coklat muda dengan beberapa hiasan di setiap sudut kamar yang mempercantik kamar Lena lebih tepatnya kamar pengantin. Lena merebahkan badannya untuk mengistirahatkan tubuh yang sangat lelah. Lelah memikiran semua yang terjadi pada hidupnya saat ini. Kabar Lena menikah di sambut antusias oleh sang mama. Tapi yang menjadi beban pikiran Lena saat ini adalah Jackson dan juga Nadia yang masih belum mengetahui pernikahan Albara dan juga dirinya. Akan tetapi semua perkerjaan di Amerika mengetahui jika Albara akan menikah tapi mereka tidak tau jika calon istri Albara adalah Lena. Jika mereka mengetahui hal itu bagaimana nasib Lena ke depannya. Karena yang Lena tau Sonia masih berstatus sebagai kekasih Albara. Namun bagaimana jika Sonia melakukan hal yang tidak di inginkan Lena? Memikirkan hal itu membuat kepala Lena menjadi pusing.

Lebih baik ia tidur dari pada harus memikirkan hal yang membuat kepalanya menjadi pusing. Di kamar mandi Lena menatap wajahnya yang sedikit tirus karena memiliki beban pikiran yang cukup berat. Setelah membasuh wajahnya Lena berganti baju karena Lena berniat untuk tidur tanpa mau makan malam bersama. Karena tubuhnya membutuhkan istirahat yang cukup. Tubuh Lena benar-benar lelah, tak terasa bulir air mata keluar dari sudut mata Lena. Jika memang Lena sudah tidak kuat Lena memang selalu menangis, bagi Lena menangis adalah solusi untuk mengurangi rasa beban yang ia rasakan selama ini. Lena bukan tipe wanita yang mau bercerita ke semua orang masalah hidupnya tak terkecuali dengan sang mama sekalipun, Lena memilih untuk diam saja ketika ia memiliki masalah sebesar apapun. Lena tidak mau orang sekitarnya menjadi sedih karena mendengarkan kisahnya. Lebih baik Lena memendam sendiri dari pada melihat orang-orang yang dia sayang bersedih.

Lena mengusap air mata yang mengalir dari matanya.

"Cukup meneteskan air mata hari ini Lena. Jangan sampai air mata ini terlihat oleh siapapun itu. Kau wanita yang kuat. Semangat untuk anak dalam kandunganmu ini." Lena memberi semangat pada dirinya sendiri.






T. B. C

Mr. Albara ( #2 KURNIAWAN SERIES )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang