Wajah Boyoung menjadi pucat pasi ketika pria bernama Min Yoongi berdiri di belakangnya dan bertanya;
"Kau memiliki seorang anak perempuan? Berapa usia putrimu?" tanya Yoongi sekali lagi.
"Dia bukan anak Sajangnim." Boyoung menutup mulutnya ketika dia sadar bahwa tidak seharusnya dia mengatakan hal tersebut.
"Aku tidak bertanya, dia anakku atau... Ikut denganku." Yoongi segera meraih lengan Boyoung dan sedikit menyeretnya ke dalam mobil yang mereka kendarai selama di Jeju. Yoongi membuka pintu penumpang dan melempar Boyoung ke kursi penumpang. Setelahnya, dia memutar ke belakang dan menaiki mobil dari kursi pengemudi.
Yoongi mengendarai mobil selama beberapa menit, mencari tempat yang cukup nyaman untuk mereka berbicara berdua.
"Kau... Boyoung-ssi, bicaralah jujur padaku. Apakah kau mengenalku? Apa kau mengingatku?" tanya Yoongi sesudah dia menghentikan mobilnya di sebuah tempat yang memberikan mereka akses luas pada Samudera Pasifik sejauh mata mereka memandang.
"Tidak ada yang ingin kubicarakan." ucap Boyoung, menundukkan kepalanya.
Boyoung menyesali kalimat yang diucapkannya saat Yoongi menanyakan tentang Bora. Dia menyesali telah memancing rasa keingintahuan Yoongi tentang ingatannya dan juga mungkin tentang Bora.
"Apa kau mengenalku? Apa kau mengingatku?!" tanya Yoongi sekali lagi dan memukul keras kemudi mobilnya.
Boyoung tersentak kaget dengan tindakan tiba-tiba Yoongi, dan berusaha menjawab pertanyaan pria tersebut dengan tenang.
"Iya. Aku mengenal dan mengingatmu dengan sangat jelas, seperti itu semua baru saja terjadi kemarin." jawab Boyoung. Wanita itu menutup wajahnya dengan kedua belah tangannya.
Seandainya dia bisa menggali sebuah lubang untuk terjun ke dalamnya saat ini, menghindar dari Yoongi, dia akan melakukannya sekarang juga. Tidak mudah membahas ingatan malam tersebut, ketika mereka masih seperti orang asing satu sama lain.
Potongan demi potongan malam itu kembali terputar dalam pikiran mereka masing-masing. Meskipun banyak yang ingin mereka katakan atau bicarakan, mulut mereka terasa kelu untuk mengucap sepatah kata pun dari wicara mereka. Kedua wajah mereka justru saling memerah setelah Boyoung menyatakan pengakuannya.
"Mengapa kamu tidak mengatakannya dari awal? Kupikir hanya aku yang mengingat semuanya. Entah kenapa, aku bahkan merasa marah ketika kau mengatakan seolah aku seharusnya tidak pernah diingat sama sekali." kata Yoongi sambil memendam wajahnya pada lipatan tangannya di kemudi.
"Lalu berada pada situasi yang kita rasakan sekarang?" tanya Boyoung lagi.
Keduanya tidak mampu menatap satu sama lain. Hal ini pun menjadi bahan pertimbangan Boyoung, pertama kali dia melihat Yoongi masuk dalam ruangan dan mengenalkan dirinya.
Wanita itu mengingat dengan baik pria yang sekarang menjadi atasannya. Bahkan hingga ke ujung kukunya, dia mengingat pria itu. Tapi seandainya dia mengatakan bahwa dia mengenal Yoongi, pada waktu wawancara tersebut atau di saat Yoongi menanyakannya di ruang rapat, kecanggungan yang ingin dia hindari seperti saat ini pasti tidak terelakkan.
Lagipula apa yang kalian harapkan dari dua orang asing yang bertemu bertahun-tahun kemudian setelah melewati one night stand?
'Oh, hai. Terakhir kali kita bertemu, itu sangat memuaskan.'
'Pengalaman malam itu tidak terlupakan bagiku.'
'Kau pikir, kita bisa mengulanginya lagi?'
Dialog-dialog seperti itu sudah pasti tidak akan pernah terjadi di antara mereka, tidak dari Boyoung. Dia bahkan pergi meninggalkan Yoongi tanpa memberitahu pria itu, sedikit pun informasi tentang dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Resentment Love
RomanceMin Yoongi, seorang pengusaha Tour dan Travel yang baru merintis usaha, harus menerima kepahitan ketika mendapati tunangannya berkhianat di sarang yang mereka persiapkan sebagai tempat lahirnya keluarga kecil mereka. Han Boyoung, seorang mahasiswi s...