Boyoung terbangun dan mendapati dirinya yang berbaring di sofa dalam ruangan kerja Yoongi. Ruangan tersebut kosong, tidak ada tanda-tanda orang lain selain dirinya pagi itu. Wanita itu menggerakkan tubuhnya, melakukan sedikit pemanasan sebelum sepenuhnya memfungsikan seluruh anggota tubuhnya dengan kecepatan penuh pagi ini.
Boyoung berusaha untuk membuka matanya sepenuhnya setelah melakukan sedikit pemanasan, tapi ternyata, mengizinkan matanya terpejam pada pukul 02.30 pagi KST, membuatnya sulit untuk membuka matanya pada pukul 07.00 pagi KST. Apalagi ini bukan kali pertamanya lembur. Lelah dan mengantuk seolah bertumpuk menjadi satu.
Dengan mengandalkan kekuatan lengannya yang dia taruh pada sisi tubuhnya sementara memposisikan tubuhnya di depan MacBook mini milik Yoongi, Boyoung kembali memejamkan matanya.
"Masih mengantuk?" sebuah suara dan sebuah kecupan di keningnya, memaksa wanita tersebut membuka indera penglihatannya tersebut. Ketika kepalanya sedikit berpaling ke sebelah kanannya, manik matanya menemukan sang empunya ruangan yang sudah terlihat cukup segar di pagi hari.
"Selamat pagi, Sajangnim. Maaf, saya sudah merepotkan semalam." ujar Boyoung menundukkan kepalanya dengan mata yang tetap masih sulit terbuka meskipun sudah disapa sebuah suara berat dan kecupan di kening oleh pria yang berstatus sebagai atasannya tersebut.
"Istirahatlah lagi. Sekarang masih cukup pagi, kamu masih memiliki cukup banyak waktu sebelum rekan kerjamu mulai masuk kerja." ujar Yoongi dan menyandarkan tubuhnya pada sofa, tepat di samping Boyoung.
Membawa kepala Boyoung dan menempatkannya di bahunya, membiarkannya bersandar pada dirinya.
Entah karena posisi tubuh yang nyaman atau hatinya yang merasa nyaman, Boyoung justru mengatur letak kepalanya pada bahu Yoongi dan menyisipkan lengannya, memeluk lengan Yoongi.
Sedangkan si pria yang memang sudah menghabiskan waktunya selama 2 tahun terakhir ini memikirkan si wanita yang bersandar padanya, membiarkan Boyoung berada dekat di dengannya, menikmati kebersamaan mereka yang mungkin seharusnya mulai terjalin semenjak mereka berpisah.
Yoongi bahkan menautkan jari-jarinya, mengisi ruang di jari-jari Boyoung dan kembali memberikan kecupan lembut di kepalanya.
"Sajangnim, izinkan saya tidur sebentar lagi ya. Mata saya masih menolak untuk terbuka." gumam Boyoung.
"Hm. Tidurlah. Kalaupun sampai waktu bekerja tiba dan kamu masih mengantuk, kamu kuizinkan mengambil waktu libur hari ini." ujar Yoongi, meletakkan kepalanya di atas kepala Boyoung dan ikut memejamkan matanya.
* * * * * * *
Setelah beberapa saat kembali tertidur, kali ini Boyoung yang terbangun lebih dulu. Ketika matanya terbuka dan beroperasi penuh, hal pertama yang manik matanya temukan adalah tangannya dan tangan Yoongi yang saling menggengam.
Masih menyenderkan kepalanya, Boyoung tersenyum melihat pemandangan yang dilihatnya pada pagi itu. Siapa yang menyangka kalau lembur bisa semanis dan sehangat ini.
Seandainya boleh kembali ke 2 tahun yang lalu, momen pagi hari seperti ini yang dia harapkan setelah dia melewati malam bersama Yoongi. Tapi status mereka yang adalah orang asing satu sama lain, membuat rasa malu Boyoung lebih mendominasi di saat dia membuka matanya saat itu.
Tak peduli seindah dan seberapa mabuk perasaannya dibuat, oleh perlakuan Yoongi malam itu, jauh di dalam kesadarannya, dia mengerti, tidak sepatutnya dia melakukan hubungan yang seharusnya dilakukan oleh sepasang suami-istri atau setidaknya oleh dua orang yang saling mencintai.
Akibatnya, setelah dia bergegas membersihkan diri dan pergi dari hotel tersebut, Boyoung harus menerima kenyataan bahwa pikirannya terlanjur dipenjara oleh kenangan-kenangan semalam bersama Yoongi. Tidak pernah sekalipun dia melupakan Yoongi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Resentment Love
RomanceMin Yoongi, seorang pengusaha Tour dan Travel yang baru merintis usaha, harus menerima kepahitan ketika mendapati tunangannya berkhianat di sarang yang mereka persiapkan sebagai tempat lahirnya keluarga kecil mereka. Han Boyoung, seorang mahasiswi s...