Miting dan Reaksinya

53 3 14
                                    

"Boyoung-a, apa hari ini kamu punya waktu?" tanya Jieun di sela-sela makan siangnya bersama Boyoung di kantin perusahaan.

"Mungkin, kalau aku bisa menyelesaikan pekerjaanku secepatnya, yang sepertinya tidak mungkin kulakukan." jawab Boyoung, menghela napasnya dengan lelah.

Pekerjaannya sedang membutuhkan perhatian dan kerja keras lebih dari biasanya. Jika biasanya orang-orang mengerahkan 100% perhatian dan usahanya, kali ini dia harus mengerahkan 150%, atau mungkin 200% untuk menyelesaikan semua hal yang berkaitan dengan pembukaan cabang di Jeju, dan bersiap untuk pindah ke Jeju untuk sementara waktu.

"Hhh, tugasmu sedang menumpuk akhir-akhir ini ya." Jieun pun ikut menghela napas, melihat kenyataan, waktunya dengan sahabat yang sedang menikmati makan siang bersamanya sangat jauh berkurang. 

Meskipun mereka tinggal bersama, kesibukan Boyoung lebih padat darinya karena persiapan pembukaan cabang di Jeju. Sahabatnya seringkali harus berangkat lebih pagi dan pulang terlambat darinya. Waktu-waktu makan siang seperti ini, yang biasanya mereka manfaatkan untuk bertukar kabar dan membicarakan banyak hal yang tidak bisa mereka bicarakan belakangan.

Terutama karena Boyoung harus tinggal beberapa waktu di Jeju setelah pembukaan tersebut, untuk memantau perkembangan bisnis Tour & Travel milik Yoongi tersebut.

"Ada apa? Ada yang mau kamu bicarakan?" tanya Boyoung, memperhatikan reaksi Jieun yang tampaknya terlihat sedikit tak bersemangat.

"Sebenarnya aku ingin mengajakmu untuk miting ( Kencan Buta Kelompok ) malam ini." jawab Jieun sedikit tersipu.

"Uhuk uhuk.. Miting?" Boyoung hampir saja tersedak kimchi yang baru saja disuap masuk ke mulutnya, ketika Jieun menjelaskan maksudnya bertanya tentang waktu luang Boyoung. Dia segera meraih air mineral kemasan miliknya dan meneguknya beberapa kali untuk membantu melancarkan jalannya kimchi tersebut menuju saluran pencernaannya.

"Ei, Boyoung-a, aku sudah menjomblo selama beberapa tahun. Tidak masalah bagiku untuk mencari pasangan baru khan?" ujar Jieun mencari alasan.

"Oh, ohhh. Hmmmm. Silakan, silakan.. Tapi kenapa aku harus ikut?" 

"Untuk tambahan, untuk menemaniku. Siapa tahu kamu juga bisa mencari tahu tentang ayah Bora?" pancing Jieun, berharap Boyoung menerima ajakannya.

"Untuk tambahan, ok. Untuk menemanimu, ok. Tapi apa hubungannya dengan mencari tahu ayah Bora? Aku saja belum memiliki data yang cukup untuk memulai pencarianku." ujar Boyoung lagi, menggerak-gerakkan sumpitnya, menandakan ketidaksetujuannya mengenai pencarian ayah kandung Bora.

"Kita tidak pernah tahu. Bisa saja, seturut dengan restu surga, neraka, dunia dan akhirat, kamu langsung bisa menemui ayah Bora dalam sekejap mata. Ayah Bora bisa saja pria itu, atau pria itu, atau pria ini." telunjuk Jieun tiba-tiba mengarah pada Jaehyun yang sedang melewati mereka, membawa nampan makan siangnya untuk bergabung dengan Boyoung dan Jieun.

"Kenapa dengan saya?" tanya Jaehyun sambil meletakkan nampan berisi makan siangnya di meja sebelah Boyoung.

"Tidak apa-apa, Min Bujangnim. Saya sedang menunjuk ke sembarang arah dan kebetulan Anda berada dalam area penunjukkan saya. Saya dan telunjuk saya." ujar Jieun memukulkan telunjuknya pada meja makan seolah menghukumnya karena sudah lancang menunjuk atasannya.

"Ah, begitu. Saya kira saya sedang dibicarakan oleh 2 wanita cantik saat makan siang." gombal Jaehyun. 

Boyoung sekali lagi, hampir saja tersedak karena mendengar gombalan lebay dari Jaehyun. Sayang sekali, wajah tampan paripurna Jaehyun yang dilengkapi dengan tubuh atletisnya sedikit berkurang pesonanya karena gombalan lebay yang dilontarkannya pada Boyoung, juga Jieun. 

Resentment LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang