Masa-masa pembukaan cabang di Jeju semakin dekat. Boyoung pun disibukkan dengan berbagai persiapan. Dia bahkan menjabat sebagai Ketua Tim di Jeju selama dia ditempatkan di Jeju nanti. Segala sesuatu di Jeju akan menjadi tanggung jawabnya karena dia bekerja langsung di bawah pengawasan Yoongi.
Rapat, lembur, rapat lagi, lembur lagi. Hampir seluruh harinya diisi rapat dan lembur.
Boyoung, secara praktis, bisa dibilang hidup di kantor. Daripada pulang ke rumah lotengnya, dia justru menginap di sauna sekitar kantor, untuk memangkas waktu tempuh dari rumah menuju kantor. Hanya sesekali dia pulang, untuk mengambil beberapa baju yang akan disimpannya di kantor, bersiap di kala dia harus kembali lembur dan mencuci baju yang dia bawa ke kantor.
Di masa-masa sibuknya, Yoongi selalu menemaninya lembur. Setiap kali lembur, Boyoung selalu melakukan pekerjaannya di ruangan Yoongi, sehingga hubungan mereka terjalin dengan sendirinya.
Hari ini adalah puncak kesibukan Boyoung. Setelah hari ini, Boyoung akan memiliki beberapa hari santai sebelum berangkat menuju Jeju.
Setelah menyelesaikan pekerjaannya, keduanya bersantai sejenak sebelum pulang ke rumah dan apartemen masing-masing.
Boyoung melakukan stretching dan menyandarkan tubuhnya pada sofa di ruangan Yoongi.
Yoongi yang tersenyum melihatnya, ikut menyandarkan tubuhnya pada sofa di sebelah Boyoung. Kebiasaan yang selalu dilakukannya sejak Boyoung lembur di ruangannya.
Melihat Yoongi yang juga bersandar di sofa, tubuh Boyoung dengan sendirinya mendekat pada Yoongi dan meletakkan kepalanya pada bahu Yoongi.
"Kamu mau pulang? Biar kuantar." tanyanya mengecup pucuk kepala Boyoung.
"Sebentar lagi. Aku mau seperti ini dulu. Nanti setelah di Jeju, mana bisa seperti ini." rajuk Boyoung tanpa melihat ke arah Yoongi sedikit pun.
Yoongi memahami hal tersebut, karena dia juga merasakan yang sama dengan Boyoung. Seiring kebersamaan mereka, perasaannya terhadap Boyoung tumbuh setiap harinya.
Yoongi meletakkan tangannya di atas pahanya dan membuka telapak tangannya lebar-lebar. Melihatnya, Boyoung menyisipkan lengannya pada lengan Yoongi dan segera meletakkan tangannya di atas telapak tangan Yoongi yang besar. Secara alami, kedua jari mereka saling bertautan.
"Apa kamu ingin aku mengunjungimu di Jeju? Saat weekend? Kita bisa berkencan di sana."
"Kencan?" tanya Boyoung, kali ini menaruh dagunya di pundak Yoongi, membuat wajahnya hanya berjarak beberapa centi dari wajah Yoongi ketika pria tersebut menolehkan kepalanya.
"Hm. Seperti ini." Yoongi mencumbu lembut bibir Boyoung.
"Seperti ini?" tanya Boyoung di tengah ciuman.
"Seperti ini." jawab Yoongi tersenyum dan memberi bibirnya kembali pada Boyoung.
"Berapa bulan sekali?" tanya Boyoung menghentikan ciumannya.
"Setiap weekend." jawab Yoongi, lagi-lagi mencium bibir Boyoung.
"Oppa tidak akan berhenti menciumku?" tanya Boyoung lagi, memisahkan bibirnya kembali dari jeratan cumbu atasannya yang terkenal dengan sikapnya yang dingin.
"Tidak ada niat berhenti." jawab Yoongi lagi, tangannya bergerak menahan tengkuk Boyoung agar wanita itu tidak lagi menghentikan ciumannya. Kedua tangan mereka yang saling menggenggam pun sibuk mengelus dan mengeratkan genggaman tangan lawannya.
* * * * * * *
"Selamat pagi." ujar Boyoung keesokan harinya.
"Pagi, Boyoung-ssi. Wajahmu terlihat lebih segar dari biasanya." ujar rekan kerja yang mejanya berhadapan dengan meja kerja Boyoung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Resentment Love
RomanceMin Yoongi, seorang pengusaha Tour dan Travel yang baru merintis usaha, harus menerima kepahitan ketika mendapati tunangannya berkhianat di sarang yang mereka persiapkan sebagai tempat lahirnya keluarga kecil mereka. Han Boyoung, seorang mahasiswi s...