Perubahan Rencana

29 2 0
                                    

"Bagaimana kalau Appa memintamu untuk membatalkan pernikahan kalian?"

Yoongi terdiam mendengar pertanyaan Tn. Min. Matanya menatap lekat-lekat kedua manik mata ayahnya, mencari tahu maksud pertanyaan yang baru saja dilontarkan oleh ayahnya. Tidak menemukan jawaban yang dia cari, Yoongi memajukan posisi duduknya, menyatukan kedua tangannya.

"Jika Appa menanyakan hal tersebut untuk sekedar mengujiku, coba saja, aku tidak akan melepas Boyoung. Tidak sedetik pun. Tapi jika Appa serius menanyakan hal tersebut, berikan aku 1 alasan yang tepat untukku membatalkan pernikahanku. Karena aku sudah berjanji pada diriku akan membahagiakan Boyoung. Kalau ada yang menghalangi, aku tidak ragu untuk menyingkirkannya, meskipun dia adalah ayahku sendiri."

"Bagaimana kalau kamu bukan sumber kebahagiaannya?" tanya Tn. Min lagi.

"Aku harus mendengarnya langsung dari mulutnya sendiri." Yoongi pun menjawab dengan tidak gentar.

"Bagaimana kalau kalian tidak ditakdirkan untuk bersama?"

"Pertemuanku dengan Boyoung sendiri, sudah merupakan takdir."

"Jika ada yang ingin memisahkan kalian berdua? Menggunakan cara apapun yang mereka bisa?"

"Aku sendiri yang akan menunjukkan hal yang tidak bisa mereka lakukan, memisahkanku dari Boyoung."

Kali ini Tn. Min yang terdiam setelah mendengar jawaban-jawaban yang diberikan Yoongi tanpa ragu. Melihat keteguhan hati Yoongi, Tn. Min kembali harus memikirkan cara mengenai permasalahan yang cukup rumit yang sedang melanda keluarganya.

"Apa rencanamu berikutnya?"

"Aku akan mengumumkan hubunganku dengan Boyoung hari Jumat ini pada para karyawan di kantor. Selanjutnya mengikuti agenda wedding venue yang kami sudah pilih."

"Ok. Appa cuma bisa berharap kamu akan memegang janjimu terhadap Boyoung, apapun yang terjadi. Bahkan ketika itu melibatkan orang terdekat sekalipun."

* * * * * * *

Yoongi kembali ke apartemennya, menjalankan kesehariannya seperti biasa meskipun diskusi dengan ayahnya tidak bisa dengan mudahnya dia lupakan. Entah maksud ayahnya hanya mengingatkan atau memperingatkan. Apapun itu, dia siap menghadapinya.

Boyoung yang baru saja selesai membersihkan diri setibanya di Seoul, memperhatikan Yoongi yang sedang duduk bersandar di tempat tidur. Setelah meletakkan handuk, Boyoung menghampiri Yoongi dan menempatkan dirinya di pangkuan Yoongi, melingkarkan kedua lengan dan kakinya membungkus tubuh pria tersebut, kemudian meletakkan kepalanya dengan manja di bahu Yoongi.

Menanggapi aksi Boyoung, Yoongi pun melingkarkan lengannya di bokong calon istrinya. Menarik tubuh yang sedikit lebih mungil darinya mendekat, menghapus jarak di antara mereka, menempel lekat pada tubuhnya.

"Ada apa?" tanya Yoongi. Suara bisikan yang berat mengalun masuk ke dalam indera pendengaran Boyoung.

"Apa yang sedang Oppa pikirkan?" tanya Boyoung, mengecup sedikit leher Yoongi, membuat Yoongi semakin mengeratkan dekapannya.

"Kamu maunya aku memikirkan apa?" tanya Yoongi lagi.

Entah kenapa malam itu keduanya berkomunikasi dengan kalimat tanya. Meskipun begitu, atmosfer yang mereka ciptakan membawa mereka larut dalam komunikasi penuh dekapan hangat.

"Aku. Cuma aku. Boyoung-i, Han Boyoung. Kalau aku cuma mau Oppa memikirkanku?"

"Belum cukup selama 2 tahun ini aku hanya memikirkanmu? Bahkan sekarang aku hanya memikirkanmu sampai gila rasanya. Hm?"

Resentment LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang