Part 2

856 65 0
                                    

Hai guys, I'm back!!!
Akhirnya aku bisa lanjut ke Part 2
Yuhuuuu!!!
.
.
.
☆Selamat Membaca☆
.
.
.

"Jadi begini Irene, ayah ingin membahas soal perjodohan" serius ayah kepada Irene.

"Hah! Perjodohan?!" kaget Irene.

"Iyh Irene, ayah dan ibu ingin menjodohkan mu dengan anak dari sahabat sekaligus rekan kerja ayah" sahut ayah.

"Tapi, kenapa Irene harus dijodohkan dengan anaknya? Irene juga nggak kenal anaknya, ayah" sahut Irene lembut dengan raut wajah yang tidak bisa diartikan.

"Maaf nak, ini merupakan perjanjian antara kami berempat. Ibu tau kamu anaknya tidak bisa membantah perkataan ayah dan ibu, ayah dan ibu ingin kamu memiliki kehidupan yang baru. Anak sahabat ayah itu sangat baik Irene jadi ibu rasa, kalian sangat cocok" sahut ibu dengan lembut kepada Irene.

"Huft, baiklah ayah ibu kalau itu yang kalian mau. Irene menerima perjodohan ini, Irene tidak mau mengecewakan kalian lagi pula umur Irene udah cukup untuk mencari pasangan hidup" jawab Irene dengan senyuman palsu

"Kalau begitu, Irene ke kamar dulu ya ayah, ibu" sahut Irene yang berusaha menahan air mata.

"Irene..." cegat ibu.

"Sudahlah Ma, biarkan dia menenangkan pikirannya" ucap ayah sambil mencegat ibu.

Irene pun masuk ke dalam kamarnya, ia mendudukkan tubuhnya diatas ranjang yang empuk itu hingga akhirnya air mata jatuh ke pipi nya.

Sakit hati? Itu yang ia rasakan. Siapa juga yang tidak sakit hati karena harus dijodohkan dengan orang yang tidak ia kenal?!
Tapi, mau bagaimana lagi itu adalah keputusan orang tuanya, ia tidak bisa membantahnya.

Ia terisak dalam tangisannya dengan wajah yang bersembunyi diantara kedua lututnya dan bahu yang gemetar. Tangis yang sangat luar biasa. Ia ingin berteriak namun apa dayanya? Teriak saja tidak akan membantu, toh semua nya sudah telanjur mau bagaimana pun ia harus menghadapinya.

Tok... tok... tok
"Irene, ibu masuk ya?" lembut ibu yang sedang khawatir akan anak perempuan nya itu.

Irene yang mendengarnya pun bergegas mengusap airmata nya itu dan mengatur suaranya agar tidak terdengar seperti orang yang habis menangis.

"Oh ibu, masuk aja pintunya nggak dikunci kok" sahut Irene yang berusaha menahan tangisnya.

Ibu pun masuk ke dalam kamarnya dan duduk di samping Irene. Sebesar apa pun usaha Irene menyembunyikan kesedihannya,  ibu mengetahuinya.

"Kamu habis nangis ya?" lembut ibu yang sedang mengkhawatirkan kondisinya.

"Nggak kok, Bu. Ini tadi matanya ke masuk debu jadi gini deh" sahut Irene yang berusaha menyembunyikan kesedihannya.

"Huh, ibu tau kamu sedih atas perjodohan ini, Ren. Dengarin ibu yah, anak sahabatnya ayah itu sangat baik Irene. Dia itu pekerja keras dan pastinya dia sangat ganteng" ucap ibu sambil tersenyum manis kepada Irene.

"Bahkan dia menolak tawaran ayahnya untuk bekerja di perusahaan ayahnya. Dia bilang menikah dulu baru dia ingin bekerja di perusahaan ayahnya. Jadi dia bekerja di cafe bersama dengan temannya, mereka sama-sama membangun cafe itu. Dengan hasil jerih payah mereka. Sungguh berbakti dan pekerja keras ya, Ren. Bukannya itu tipe suami idaman kamu?" goda Ibu.

STILL WANT TO BE WITH U (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang