3. Masakan

170 24 0
                                    

"Jungkook, apa kau tidak ingin kerja part time?" Jimin bertanya ketika Jungkook tengah menarik senar gitar hendak menyanyikan sebuah lagu.

Tentu saja pertanyaan dadakan itu menghentikan gerakannya, "hm.. entah, aku akan pikirkan nanti."

"Jimin, dia itu akan bernyanyi sepersekian detik lagi. Kau malah bertanya." Jin, pria itu tengah bersandar seraya berdiri di ambang pintu memperhatikan mereka berdua.

"Sunbae!" Jimin tersenyum lebar, lalu tertawa basi karena merasa tidak enak.

Jin datang menghampiri mereka, lalu duduk di antaranya.  Tangannya disilangkan, ia memakai pakaian turtle neck hitam dengan sebuah jam tangan di tangan kirinya. Rambutnya pun begitu rapi, ini hampir tidak seperti image Jin pada biasanya.

"Ooooh! Sunbae, kau terlihat rapi sekali.. apa kau pergi mengencani seseorang?" Jimin tiba - tiba bertanya lagi.

"Tidak, aku akan bertemu seseorang yang sangat spesial hari ini. Kampus kita akan terguncang karena kehadirannya." Jin tersenyum penuh keyakinan.

"Siapa memangnya orang yang bisa mengguncang kampus kita?" Tanya Jimin lagi.

"Itu masih rahasia, sepertinya aku pun tidak akan tampil nanti di perayaan ulang tahun. Dan ya, setelah pertemuannya aku harus mengurus beberapa hal lagi. Dan jika aku tidak bisa mengurus ini semua, apa kau bisa mengurus sisanya, Hoobae?"

Jin memegang pundak Jimin yang tengah memancarkan binar pada matanya yang berarti Jimin sama sekali tidak akan menolak permintaan Jin.

Jungkook punya firasat buruk soal ini sehingga dia hanya bisa memandangi mereka berdua dengan harapan bahwa Sunbae nya kali ini tidak akan meminta mereka melakukan hal - hal lain.

"Bagus. Kalau begitu Jimin, hubungi orang - orang yang ada di kertas ini dan katakan bahwa bintang tamunya sudah ku dapatkan, jadi kita akan memakai pesta yang paling maksimal.  Lalu pergi dan infokan masalah ini ke pembimbing klub juga, sisanya akan dia yang urus. ingat, peranmu disini penting karena kau mengisi kekosongan Sunbae mu, paham?"

Jimin mengangguk cepat mengiyakan.

"Jungkook, karena aku sibuk dan tidak akan memiliki waktu untuk berlatih, penampilan terakhir sebelum bintang tamu, kau yang nyanyikan. Aku tidak menerima penolakan karena namamu sudah kutulis dan dikonfirmasi oleh petinggi kampus."

Jungkook menduga bahwa prasangka buruknya akan terjadi, tapi tidak menduga kalau akan seburuk ini. "Sunbae! Aku tidak bisa melakuk—"

"Kalau kau ingin menunjukkan kemampuanmu, disanalah tempatnya. Bungkam mereka dengan itu, bukan dengan pukulanmu, anak bodoh." Jin tersenyum dengan hangat lalu pergi begitu saja meninggalkan ruangan dengan langkahnya yang tegas.

Jungkook hanya bisa diam mendengar saran dari senironya, ucapan Jin begitu pas menancap di hati Jungkook yang sedang ragu. Hal itu untungnya membangun motivasi dan semangat pada diri Jungkook, dengan mudah pula Jungkook termotivasi untuk mengiyakan ucapan Jin.

Ini sama sekali tidak ada bedanya dengan Jimin yang hanya mengangguk iya, mereka berdua tampak begitu bodoh karena paras dan ucapan Jin yang selalu indah dan sampai ke hati.

"Sial. Apa yang ku lakukan!" Jimin menghentakkan kakinya dengan kencang seolah ia menyesali sesuatu.

"Baru sekarang kau menyesal? Kertas itu sudah ada padamu." Ucap Jungkook dengan senyum puas.

Jimin mengerucutkan bibirnya kesal karena ini adalah kesekian kalinya bagi Jimin tidak bisa menolak ucapan Jin. "Sunbae.. andai saja kau seorang wanita. Sudah pasti aku akan menggodamu dan membuatmu berlutut di hadapanku." Jimin berandai dengan wajah memelas miliknya.

A song to sing - VKOOK / TAEKOOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang