22. Dinding

123 20 0
                                    

"lihat wajahnya, entah sakit atau bahagia tapi yang jelas sepertinya pria ini gila." Hajoon merangkul Jimin di perpustakaan kampus begitu memperhatikan wajah Jungkook yang tengah mengotak - ngatik laptopnya.

Mendengar ucapan pria itu Jimin hanya mangut - mangut mengiyakan meski dirinya tak begitu paham dengan apa maksud Hajoon. Ia sudah cukup senang bahwa tadi pagi Karin meminta maaf secara langsung pada Jungkook dan berjanji untuk membuat rumornya berubah.

"Memang benar sepertinya kelinci besar kita sedang jatuh cinta," Jimin ikut mengomentari Jungkook yang bahkan tetap tersenyum lebar seraya mengerjakan tugas dengan sebuah earphone terpasang rapi di telinganya.

"Kita? Kau minta ku pukul?!" Hajoon refleks mendorong Jimin sampai pria bertubuh mungil itu terjungkal dari tempat duduknya.

Bukannya menolong Jimin, Hajoon justru terdiam melihat sosok wanita berpakaian casual yaitu crop top hoodie berwarna hitam dan rok putih mengembang di atas lutut tengah berdiri tepat di depan Jimin.

"Sarang.." Hajoon menggumamkan nama sang gadis begitu melihatnya tiba di meja mereka.

"Oh, hai." Sarang berjalan mendekati Hajoon dan Jungkook tanpa menggubris Jimin yang masih terjungkal dilantai.

"Apa yang kau lakukan disini?" Hajoon memegang tangan panjang Sarang seolah menuntunnya untuk mendekat.

"Aku ingin minta maaf padamu dan Jungkook." Jawab Sarang dengan nada ragu.

"Bagaimana denganku?" Jimin berdiri merapikan pakaian seolah mengusir debu yang menempel, pria itu kemudian duduk lagi di samping Hajoon dan menyimak menunggu jawaban dari Sarang.

Sarang terkekeh pelan, "maaf.. aku tidak melihatmu tadi."

Hajoon seketika tertawa kencang namun segera di tutup oleh tangan Sarang karena penjaga perpustakaan begitu ketat dan tak akan membiarkan mereka masuk di hari yang sama jika membuat suara gaduh berlebihan.

Jungkook yang menyadari ada sosok Sarang di meja mereka akhirnya melepas earphone itu dan mulai menyimak. "apa ini?" Ucapnya penuh tanda tanya, tentu saja hal itu dikarenakan Sarang yang bukan teman dekat mereka.

Hajoon melepaskan tangan Sarang dari mulutnya lalu menepuk bahu gadis itu perlahan seolah meyakinkannya agar meminta maaf kepada Jungkook.

Hal ini di respon oleh Sarang, bagaimana pun juga ia telah bersalah dengan menampar dan berbicara kasar pada Jungkook yang tidak bersalah. Dengan mudahnya ia tersulut amarah hanya karena cerita bualan dan air mata palsu dari Karin, ia tak pernah mengira kalau gadis yang tampak riang dan polos itu justru seseorang yang pandai menipu.

"A-aku minta maaf karena menampar dan berbicara kasar padamu, itu juga salahku karena terlalu percaya pada ucapannya." Sarang menunduk di depan Jungkook untuk menunjukkan kesungguhannya.

Jungkook terkejut dan meminta Sarang agar duduk tenang di pinggir Jungkook, "itu bukan masalah besar, kau tidak akan marah tanpa alasan Sarang. tapi aku penasaran siapa yang meluruskan ini...? Kemarin aku pergi keluar dan pagi ini tiba - tiba Karin meminta maaf."

"Ki-"

Hajoon menutup mulut Jimin dengan segera, "Kita meminta bukti pada Karin tapi ia tidak bisa memberikan buktinya jadi ia mengaku."

Jimin meronta - ronta meminta Hajoon untuk melepaskan tangannya namun sebelum itu Hajoon malah memelototi Jimin seperti sebuah ancaman untuk tidak berkata apapun lalu melepaskannya.

Jungkook tidak ingin ambil pusing dan larut dalam masalah kemarin, bagaimanapun juga ia hanya ingin fokus untuk ujian hari senin nanti dan menunggu kepulangan Taehyung dari luar negeri lalu menghabiskan waktu bersamanya.

Membayangkannya saja membuat Jungkook bahagia bukan main, wajahnya ikut berseri - seri dengan binar cahaya pada matanya yang indah.

Mungkin nampak begitu bagi Jungkook, tapi tidak bagi Sarang, Hajoon, dan Jimin yang bingung dengan sikap Jungkook hari ini. Sejak kapan orang itu bisa tersenyum sendirian seperti orang gila? Apa sebabnya? Padahal kemarin ketika masalah menimpa dirinya hilang bak ditelan bumi.

"Lupakan saja, teman kami yang satu ini sudah tidak terselamatkan." Hajoon menepuk kembali bahu Sarang yang kebingungan.

Jimin mengangguk setuju dengan mantap, air matanya menetes pelan meluncur di pipinya yang halus. "Aku turut berduka."

Sarang kini melotot ketika mendapati Jimin yang malah meneteskan air mata seolah Jungkook pergi ke tempat yang tidak bisa mereka jangkau. Ada apa dengan tiga orang ini? Hidup seperti apa yang telah mereka lalui sampai bisa segila dan seliar ini?

"Kalian ini kenapa sih?" Jungkook memukul mereka bertiga dengan lembaran kertas yang ia gulung.

"Sudah lah, aku pulang." Sarang berdiri dan berpamitan dengan harapan bahwa kebodohan itu tidak menular kepada dirinya.

Jungkook memandang Hajoon dan Jimin dengan seksama, "kalian melakukan apa padanya sampai seperti itu?"

Jimin menatap Jungkook tak terima, "kau yang kenapa, senyum sendirian seperti orang gila."

Hajoon mengangguk setuju dengan ucapan Jimin barusan.

"Oh.. tentu saja karena tugasku sekarang selesai dengan sempurna. Aku bisa bebas dan mulai fokus untuk ujian." Jungkook memutarkan laptop miliknya dan menunjukkan bagian akhir dari tugas itu.

"Kami sudah selesai lebih dulu sih, kemarin kau tidak ada," Ucap Hajoon.

"Oh ya... Apa liburan musim dingin nanti kalian akan pulang?" Jimin inisiatif bertanya pada teman - temannya, ia menghela nafas lalu menyandarkan tubuhnya dengan santai.

"Tentu saja.. aku akan menghabiskan waktu bersama ibu, mungkin melanjutkan kerja sampingan sebagai model," Jelas Hajoon.

"Aku akan pulang setelah tahun baru.. aku juga tidak begitu merindukan rumah jadi mungkin aku bekerja disini sebelum pulang," Jungkook menghela nafas pendek lalu menatap Jimin sebagai tanda bahwa kini gilirannya untuk menjawab.

Jimin nampak berfikir selama beberapa detik lalu ia berkata, "aku juga pulang, kemungkinan kakakku akan menjeputku setelah semuanya selesai."

"Baiklah, setelah ujian selesai mari kita pergi bersenang - senang."

"Yah tentu saja!"

"Tentu!"

Jungkook tersenyum bahagia mengingat bahwa ia kini menghabiskan hari - harinya bersama orang lain, tidak lagi sendiri seperti dulu. Ia pun sadar bahwa akhir - akhir ini, sesaat setelah mengenal Taehyung harinya berubah seolah awan mendung itu pergi membiarkan matahari bersinar terang.

Melakukan itu bersama Taehyung seperti semalam juga membuatnya bahagia bukan main meski bayarannya adalah rasa sakit di punggung dan area belakang.

Tidak pernah terbayangkan oleh Jungkook bahwa Taehyung dan dirinya akan bertindak sejauh itu, Taehyung juga tetap profesional menjaga perjanjian dengan menyempatkan beberapa belas menit untuk berlatih.

Hari ini pun sama, Taehyung meminta Jungkook datang setelah meeting nya selesai dan sebelum kepergiannya ke luar negeri. Bagaimana rasanya ia nanti menahan rindu selama itu, Jungkook hanya ingin semuanya berlalu dengan cepat kecuali waktu yang ia habiskan dengan Taehyung.

A song to sing - VKOOK / TAEKOOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang