21. terkunci

122 22 8
                                    

Taehyung sedang berada di dalam mobil ketika Manajer Jae menelfon bertubi - tubi selama beberapa kali sampai akhirnya Taehyung menyerah dan mengangkat telfon dari pria itu berharap sesuatu tidak akan membuatnya berteriak.

"Taehyung! Apa kau gila?! Mengunci seorang bocah di apartemen sendirian sedangkan kau pergi entah kemana!"

Taehyung mendengus bosan mendengar suara Manajernya, pria itu hanya fokus pada jalanan dan berpikir mengenai jawaban apa yang tepat untuk dijadikan sebuah alasan.

"Aku baru saja mengirim paket untuk ibuku. Ah ya.. aku lupa kalau aku meninggalkan seorang bocah disana. Bagaimana keadaan nya?"

"Keterlaluan. Saat aku kesini ia sedang memasak sesuatu, sejak kapan kau memiliki bahan makanan di kulkasmu?"

Taehyung terkekeh seolah tak berdosa, "hehe.. aku membelinya beberapa hari yang lalu berhubung waktu senggangku mulai banyak."

"Sayangnya itu semua harapanmu, kau akan menghadiri beberapa event nanti karena namamu ada di berbagai nominasi. Kau ingat itu?"

"Tidak masalah.. hanya beberapa hari sebelum berlibur."

"Aku juga ingin memberi tahu beberapa hal lain, jadi tolong segera pulang."

"Bagaimana jika tidak?"

"Akan ku habiskan semua makanan yang dibuat oleh anak ini."

"Aku kesana dalam lima menit."

Taehyung langsung memutuskan panggilan dan melaju dengan cepat berharap sampai di waktu yang dijanjikan demi merasakan hangat dan nikmatnya makanan buatan Jungkook.

Pria itu berpikir sejenak, sejak kapan ia meluangkan sebagian besar waktu yang ia miliki demi seseorang? Selama ini Taehyung terbiasa sendiri seolah kesepian adalah satu - satunya teman yang setia.

Terakhir kali ia memiliki seseorang sampai rela melakukan ini itu adalah sekitar enam tahun yang lalu. Bahkan kini teman satu - satunya yang dimiliki oleh Taehyung mungkin Manajer Jae dan Bomi, sisanya hanya kenalan dan beberapa teman biasa yang berkomunikasi melalui media sosial karena kesibukan masing - masing.

.

"Sekarang apartemen ini jadi lebih hangat." Taehyung bergumam dengan suara pelan seraya tersenyum begitu melihat Manajernya turun tangan mempersiapkan makanan bersama Jungkook si kelinci kecil.

Mereka yang menyadari kehadiran Taehyung pun tersenyum dan mengajak Taehyung duduk untuk makan bersama.

Suasana hangat diiringi suara tawa ini membuat Taehyung bahagia, akhirnya ia merasakan hangatnya suasana rumah seperti keluarganya dulu.

Manajer Jae duduk di hadapan Taehyung, "Kau akan pergi ke Luar negeri."

"Apa?" "Apa?"

Jungkook dan Taehyung sama - sama terkejut, Jungkook yang sudah selesai menyiapkan makanan pun ikut duduk di sebelah Taehyung untuk menyimak.

"Kau memasuki nominasi tingkat internasional, jadi agensi memutuskan kita akan pergi kesana. Dan aku akan mewakili acara lokal."

"Berapa lama?"

"Maksimal hanya satu minggu dengan persiapan dan segalanya. Besok kita akan pergi ke kantor untuk meeting."

Taehyung mendengus kesal mengingat bahwa dirinya bahkan belum memiliki waktu untuk dinikmati sendirian. Namun masuknya nama Taehyung pasti akan menjadi berita sangat besar di Korea dan hal itu mungkin membuatnya menjadi lebih sibuk sampai acara selesai. Akhirnya pria itu mengangguk mengiyakan Manajer Jae karena tidak ingin membebaninya lebih lagi dengan penolakan.

"Keren! Taehyung-ssi kau masuk nominasi di ajang mendunia! Kita harus merayakan ini!" Jungkook tertawa riang seraya mengepal tangannya bahagia mendengar kabar tadi.

"Kita rayakan sekarang!" Manajer Jae ikut tertawa lalu melakukan toss dan mulai makan diiringi beberapa percakapan.

"Kalian berdua sejak kapan menjadi akur seperti ayah dan anak?" Taehyung menatap penasaran pada Manajer Jae dan Jungkook.

Mereka tertawa bersamaan lagi, "Manajer Jae adalah orang yang sangat asik," jawab Jungkook dengan penuh rasa percaya diri.

"Kau dengar itu?" Manajer Jae menepuk dadanya bangga karena pendapat Jungkook.

"Asik?" Otak Taehyung berputar dengan keras, ia memandangi Manajer Jae dari ujung helai Rambut sampai kakinya yang berada di kolong meja seraya mencari dimana sosok 'asik' itu berada. "Jungkook apa yang terakhir kau makan?"

"Aku baru saja akan makan ini. Kau kenapa?" Jungkook heran dengan tingkah linglung Taehyung.

"Bagaimana bisa kau menyebut orangtua itu asik?" Taehyung berbisik pada Jungkook denga sangat pelan berharap Manajernya tidak mendengarkan.

Apa daya, pendengaran dan kecerdasan Manajer Jae memang selalu bisa diandalkan sehingga ia bisa mendengar bisikan tadi dengan sangat jelas. "Aku bisa dengar semuanya tahu."

"Sudah - sudah, kita makan dulu. Aku tidak suka makanan dingin," Jungkook mencela berusaha mencairkan suasana dengan wajah dan lagak polosnya.

Hal itu benar - benar berhasil ia lakukan karena tanpa sadar Manajer Jae dan Taehyung memilih diam dan tenggelam dalam lamunannya masing - masing.

Jungkook merasa khawatir karena dirinya akan menghadapi satu minggu penuh untuk ujian akhir dan Taehyung pun akan pergi selama satu minggu itu sehingga mereka akan sama - sama sibuk memikirkan diri sendiri. mungkin ini hanyalah awal dari kesibukan yang akan di hadapinya nanti, baik Taehyung atau Jungkook, keduanya harus menahan rasa rindu dalam diam.

Apapun yang terjadi, jika itu yang terbaik, biarlah terjadi. Jungkook percaya dengan alur yang disediakan takdir meski tidak selalu sejalan dengan apa yang diinginkan. Ia juga percaya kalau tuhan adalah penulis kisah terbaik denga detail paling tajam.

Pria itu kemudian terkekeh pelan menertawakan dirinya yang sudah mulai melupakan kebiasaan bertengkar dan pergi tanpa arah di malam hari.

.

Manajer Jae pulang setelah makan dan mendiskusikan beberapa hal dengan Taehyung, begitu pun dengan Jungkook yang hendak bersiap untuk pulang karena ia masih memiliki beberapa hal untuk di selesaikan.

Taehyung duduk memandangi Jungkook dengan tatapan kecewa, pria itu berharap bahwa Jungkook akan bermalam disini. "Kau pulang sekarang?"

Jungkook mengangguk dengan cepat, "aku tidak bisa pulang kalau sudah jam 10 malam."

Taehyung memandangi jam di dinding dengan seksama lalu sorot matanya kembali ke arah Jungkook, "ini masih jam delapan."

Taehyung berdiri dan berjalan menggunakan kaki jenjangnya kemudian memeluk Jungkook dari belakang, ia bahkan menyandarkan kepalanya tepat di bahu Jungkook.

Jungkook refleks mengelus tangan Taehyung yang melingkar di tubuhnya dan berbalik sehingga wajah mereka berdekatan satu sama lain. "Kau ingin aku apa?"

Taehyung tersenyum miring khas, aura iblis itu pun keluar dan berhasil membuat Jungkook menyesali ucapannya. "Kau bertanya seperti itu.. memangnya kau ingin kubuat tidak bisa berjalan?"

Mata pria itu membulat dengan sempurna, "sepertinya luka kemarin kemarin pun masih terasa. Aku tidak bisa—"

"Beri aku satu jam," Tangan pria itu menyentuh pipi halus Jungkook dengan telunjuknya, jari panjang itu bergerak turun semakin bawah sampai berada di leher Jungkook lalu berhenti dan memilih untuk memegangnya seolah ia hendak mencekik si kelinci.

"H-hyu—ngh..!"

Belum sempat Jungkook menyelesaikan kalimatnya Taehyung sudah bergerak dengan lihai mencium bibirnya.

Jungkook tidak menunjukkan penolakan namun bukan berarti ia mau, hanya saja ia takut kesulitan berjalan saat ia pulang nanti mengingat Taehyung sangat senang bermain sesuka hati sampai dirinya pyas sendiri meski Jungkook sudah hampir mati.

A song to sing - VKOOK / TAEKOOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang