11. latihan

137 22 0
                                    

Taehyung duduk dengan sebuah buku catatan kecil dan kacamata yang bertengger baik di hidungnya, matanya melirik buku namun telinganya mendengar suara Jungkook yang tengah bernyanyi dengan piano milik Taehyung.

Kaki Taehyung ikut mengetuk lantai seirama dengan tempo ketukan lagu Jungkook. Ya benar bahwa mereka sudah memulai latihan tentang suara Jungkook tanpa Manajer Jae-pulang lebih awal-dengan serius.

"Berhenti." Ucap Taehyung begitu mendengar beberapa kesalahan dikeluarkan di waktu berbeda dengan jenis yang sama. "Nyanyikan bagian tadi tanpa piano." Lanjut Taehyung dengan tegas.

Jungkook tidak mengira kalau Taehyung masih bisa menjadi lebih dingin saat ia mendidik seseorang. atmosfer yang menusuk, air mukanya yang suram menunjukkan ke profesionalan Taehyung ketika mendidiknya. Jungkook bahkan tidak bisa membuat Taehyung tersenyum walau hanya satu detik.

Pada akhirnya Jungkook mengikuti semua saran Taehyung dan bernyanyi sesuai perintah sang guru. Suaranya yang lembut membuat nada dari setiap kalimat dengan halus.

"Lebih baik. Apa kau kesulitan menyesuaikan suaramu dengan piano?" Taehyung bertanya, matanya melirik Jungkook dengan tajam.

"Terkadang aku kesulitan menjaga fokusku ketika bernyanyi."

Taehyung nampak berfikir mendengar jawaban dari Jungkook, tangan pria itu menggaruk kepalanya yang tak gatal dengan halus. "Kau merasa tidak nyaman karena aku ya?" Taehyung bertanya lagi.

Jungkook tersenyum lebar diikuti raut polos pada wajahnya seolah berusaha menghindari pertanyaan dari Taehyung. "Aku hanya tidak fokus." Begitu alasan Jungkook setelah berfikir selama beberapa detik.

Begitu Jungkook menjawab pertanyaannya, Taehyung langsung berdiri dan berjalan dengan cepat ke arah cermin besar tepat di belakang Jungkook. Pria itu memandangi satu persatu bagian tubuhnya untuk memastikan bahwa tidak ada satupun yang mengganjal. "Aku masih tampan." Komentar Taehyung seraya melirik Jungkook dengan tatapan jahil.

"Kau memang tampan, Taehyung-ssi." Jungkook memuji sang idola dengan nada dan wajah datar, ia tidak kunjung sadar kalau Taehyung sekarang bisa melakukan apapun sebagai perintah.

Benar saja, Taehyung membungkukkan dirinya di samping Jungkook lalu mengarahkan lagi wajahnya ke wajah Jungkook sehingga jarak wajah mereka tidak lebih dari dua sentimeter.

"Ingin lihat lebih dekat?" Taehyung menaikkan sebelah bibirnya, senyum miring khas Taehyung itu hanya ia tampilkan ketika akal pikirannya mulai melenceng jauh dari figur Taehyung di depan layar.

Refleks Jungkook menjauh sedikit agar wajahnya tidak terlalu dekat meskipun tubuh Taehyung tercium begitu enak, entah parfum jenis apa yang sekarang ia gunakan, tapi baunya benar - benar enak, terasa gentle dan segar seperti buah jeruk.

"Kau pakai parfum apa?" Mulut Jungkook mengeluarkan pertanyaan bodoh lagi, terkadang pria itu mengutuki dirinya sendiri kenapa selalu mengutarakan hal - hal kecil yang tidak penting seperti tadi.

Taehyung tersenyum bahkan lebih jelas dari senyuman sebelumnya, ia menarik leher belakang Jungkook dan memosisikannya dengan benar agar hidung Jungkook berada tepat di leher Taehyung. Jungkook diam dibuatnya, ingin menolak tapi ini bagai kesempatan langka, ingin menerima dan diam tapi tampak seperti tidak berharga. Otaknya berpikir keras karena tindakan Taehyung. "Kau ku izinkan mencium baunya selama satu menit." Ujar Taehyung dengan halus tepat di telinga Jungkook.

Hauk.

Mata pria itu membulat dengan sempurna begitu mendapati sesuatu yang tidak ia duga. Benar, Jungkook mengigit leher Taehyung dan menhisapnya dengan kencang selama Taehyung hanya diam saking terkejut dibuatnya. Diam - diam Taehyung pun menikmati gigitan Jungkook dan memutuskan untuk membiarkannya tetap berlangsung selama satu menit sesuai dengan ucapan Taehyung.

Setelah tiga menit berlalu barulah akhirnya Jungkook memutuskan untuk melepaskan Taehyung karena tubuh pria itu mulai gemetaran tak tahan lebih lama lagi untuk berada di posis bungkuk.

'anak nakal ini.. bajingan, kakiku rasanya mau copot.' begitu kira - kira suara umpatan dalam hati Taehyung yang tak bisa ia sampaikan secara langsung.

Jungkook mengacak rambut miliknya lalu menggeserkan kursi piano pada Taehyung untuk membiarkannya duduk sedangkan Jungkook sendiri memutuskan untuk berdiri sebagai tanda bahwa 'aku harus sadar diri'.

Memang benar, Taehyung langsung duduk lalu berbalik melihat keadaan lehernya berharap tidak membekas. Sayang sekali dewi fortune tidak sedang berpihak kepadanya, nampak dengan amat jelas bekas itu di kulitnya yang putih, berbentuk gigitan dan lingkaran dalamnya berwarna ungu tua.

"Sekarang tanggal berapa?" Taehyung bertanya kepada Jungkook dengan wajah penuh rasa khawatir.

Jungkook melirik handphone miliknya dan menjawab, "lima belas, aku min-"

Taehyung menghela nafas sedikit lega, "setidaknya ini bisa pudar dalam dua hari, mungkin. Aku harus mengisi photoshoot tanggal 17 nanti, jika Manajer melihatnya mungk-"

"Aku akan bertanggung jawab!" Jungkook menunduk merasa bersalah.

"Bagaimana?"

"Dengan pasta gigi, atau es, atau sendok logam. Kau mau yang mana?"

"Yang mana saja." Begitu jawab Taehyung denga cepat lalu menghela nafas pendek, "kau harus membayarnya dengan bayaran setimpal."

Jungkook menepuk jidatnya seraya mengumpat dalam hati karena ia mencium bau jumlah uang yang harus ia keluarkan untuk membayar Taehyung. Tentu saja begitu karena bagi Taehyung yang harus tampil tanpa noda di acaranya nanti, sebuah love mark adalah kesalahan yang jauh lebih fatal dibanding dengan luka goresan atau jatuh.

Taehyung membenarkan kursi kecil itu dan duduk di hadapan Jungkook dengan santai. Pria itu menepuk pahanya sebanyak dua kali diiringi sebuah seringai licik juga tatapan nakal pada Jungkook yang bingung.

Apa maksudnya?

Bruk.

Tanpa basa basi ia menarik pinggang Jungkook dengan kencang untuk membuatnya duduk di pangkuan Taehyung dengan posisi saling berhadapan.

Wajah Jungkook langsung memanas begitu duduk di pangkuan Taehyung, mau tak mau juga tangannya melingkar di leher pria itu. Ia bertanya - tanya bagaimana bisa Taehyung dengan santai tersenyum mengerikan menatap Jungkook yang sedang ada di ambang kematian.

"T-taehyung-ssi, ken-"

"Sesuai kontrak yang sudah kau tanda tangani, perintahku berlaku. Kau juga membuat kesalahan dengan memberiku ini." Taehyung tersenyum licik lagi seraya menunjukkan kepada jungkook bekas perbuatannya.

Entah kenapa senyum itu tidak pudar sama sekali sejak tadi, mungkin Taehyung benar - benar suka senyuman mengerikan dibanding senyum tulus di depan publik, begitu pikir Jungkook.

"Pertama, aku akan memberimu tanda yang sama dengan total tiga buah, mengingat jumlah hari ini sampai aku melakukan sesi pemotretan. Lalu kau tidak boleh memakai pakaian yang akan menutupi itu." Taehyung menjelaskan semuanya dengan jelas.

Refleks juga Jungkook memegangi lehernya seraya membayangkan bagaimana tersiksanya ia nanti mengingat bekas seperti itu terlalu mencolok jika dilihat di sekitaran kampus sedangkan Taehyung tertawa lebar melihat air muka Jungkook. "Tenang saja, aku tidak akan melakukan itu." Ujar Taehyung.

"Astaga..!" Jungkook ikut tertawa lega mendengar lanjutan kalimat dari Taehyung.

Pria itu berdiri dan membiarkan Taehyung kembali ke tempat semula untuk melanjutkan latihan vokal seperti sebelumnya.

Mungkin saja Jungkook yang selalu bertingkah nakal dengan wajah tanpa dosa dan Taehyung yang liar mengintimidasi adalah perpaduan yang pas, begitu pikir Taehyung sekarang. Hal itu membuatnya menahan senyum mati - matian agar tidak terkesan aneh dan merusak image coolnya dihadapan Jungkook. 

"Taehyung-ssi, bagaimana dengan bekasnya?" Jungkook masih terlihat khawatir soal bekas yang ia tinggalkan barusan.

"Aku bisa merawatnya sendiri" jawab Taehyung dengan singkat dan padat.

"Ah.. setidaknya tolong biarkan aku bertanggung jawab."

"Baiklah."

A song to sing - VKOOK / TAEKOOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang