Chapter 27

273 37 1
                                    

Cukup! Sudah hentikan! Mari membuka lembaran baru. Terus-terusan larut dalam kesedihan juga tak ada gunanya, toh semua tak akan kembali seperti semula. Perlahan-lahan Jieun merangkai kepingan puzzle hidupnya yang sempat hancur berantakan. Meskipun lambat tapi semua akan kembali terangkai kuat.

Walau bagaimanapun hidup harus terus berjalan bukan? Jieun menganggap semua kesakitan yang ia alami sebagai pendewasaan terhadap dirinya. Jieun teringat sebuah ungkapan yang menyebutkan bahwa 'pengalaman adalah guru terbaik' oleh karena itu ia berusaha mengambil pelajaran dari peristiwa yang ia alami sejauh ini.

Ia pun kini kembali membangun dinding kokoh disekitar hatinya, dan ia pastikan tak akan ada lagi yang sanggup merobohkannya. Saat ini sendiri memanglah pilihan yang terbaik, pun Jieun bertekad untuk tidak menerima siapun lagi untuk masuk kedalam relungnya. Meski Seokjin sekalipun.

Jieun sangat tau pria itu menyukainya tapi kalau dirinya tak juga cinta buat apa? Lagi pula Jieun juga masih merasa bersalah pada Seokjin karena sempat memanfaatkan pria baik itu untuk membalaskan rasa sakit hatinya pada Jungkook. Karena itu sekarang Jieun selalu menghindari Seokjin, ia tak ingin menyakiti pria itu.

Yah, mau bagaimana, ia tak lagi mau mengenal cinta. Cinta itu memang membahagiakan tapi dia juga akan selalu membawa kesakitan bersamanya. Huft, patah hati sama sekali tidak enak.

Makan tak ingin, minum tak mau, tidur tak nyenyak dan hanya membuat sakit mata karena terlalu banyak menangis. Jieun menolak untuk mengalami hal seperti ini lagi. Ia bukan wonder woman yang bisa menahan semua rasa sakit.

Jieun yakin tanpa pasangan pun ia akan bahagia, manusia pada dasarnya memang hidup sendiri kan? Ayah, Ibu, saudara, teman dan kekasih hanya akan singgah sesaat kemudian pergi. Namanya juga siklus kehidupan, hal yang sudah mutlak di tentukan olah Tuhan.

Maka dari itu Jieun tak ingin bergantung pada orang lain bahkan kakaknya sekalipun. Terlalu banyak hal yang sudah di korbankan oleh Yoongi, mana tega ia membiarkan kakaknya terus menerus memikirkan dirinya tanpa peduli dengan kehidupannya sendiri.

Semua harus kembali ke tempat masing-masing dan Jieun akan berdiri dengan kakinya sendiri. Tampaknya selama ini ia menjalani hidup yang terlalu nyaman sehingga membuatnya awam dalam urusan penderitaan. Pun Jieun tersenyum miris meratapi hidupnya yang persis sama seperti orang-orang yang beradu akting di layar kaca; banyak drama.

"Aish, sudah sangat sore kenapa anak itu tak juga keluar dari kelas" Jieun merasa geram pada Tzuyu yang membiarkannya menunggu lama, sampai-sampai banyak melantur memikirkan simpang siur nasibnya. Jieun bangkit berdiri seraya bergumam kesal, ia berniat menghampiri sahabatnya itu.

"Min Jieun ssi" Jieun terpaku di tempatnya ketika ada seseorang berdiri di depannya.

"Bisa kita bicara sebentar?"


••°°••°°••°°••


"Yoongi ssi, apa kamu yakin?"

"Tentu, saya sangat yakin"

"Tapi__"

"Anda tidak perlu khawatir proyek yang saya kerjakan sudah selesai dan produser yang lain pasti bisa melanjutkannya"

"Bukan itu, aku hanya sayang pada bakat bermusikmu. Kau itu jenius, padahal kamu bisa lebih berkembang lagi"

"Maaf, tapi ini sudah menjadi keputusan saya"

"Baiklah, kalau memang begitu. Semoga kamu selalu mencapai kesuksesan di manapun kamu berada"

"Terimakasih Baek Sajang nim, saya permisi"

Yoongi menyudahi perbincangan dengan memberi salam hormat yang terakhir, hari ini ia mengundurkan diri dari pekerjaan. Sudah berhari-hari lamanya ia mempertimbangan keputusan yang bersifat kritis untuk hidupnya. Sulit memang, karena disinilah seharusnya ia berada, mimpi terbesarnya akan terwujud di tempat ini. Tapi ada satu dua hal yang membuatnya terpaksa pergi, salah satunya...

"Yoongi ya, kau berhenti?"

"Ya" singkat Yoongi

"Kenapa?"

"Karena aku ingin"

"Apa karena aku?"

"Jangan terlalu percaya diri" Yoongi mengulas senyum sinis di sudut bibirnya, kemudian melangkahkan kakinya menjauhi gadis yang mencetak gurat kesedihan di wajahnya; Kim Jisoo.

"Lalu apa alasannya?"

Langkah Yoongi terhenti dan tanpa menoleh ia berujar "Urus saja hidupmu sendiri"

"Sebenci itukah kamu padaku? Sampai kamu menghindar jauh seperti ini?" Jisoo terisak di balik punggung Yoongi

"Tidak benci, hanya tak nyaman"

Deg. Jantung Jisoo seakan memompa darah dengan berat, karena sakitnya menjalar sampai keseluruh tubuhnya. Lelaki ini kenapa mudah sekali mengatakan hal kejam seperti itu! Apa dia tak mempertimbangkan kalau hati Jisoo bisa saja sakit.

"Kau akan segera menikah kan? Semoga bahagia" Yoongi seperti tak sungguh-sungguh berharap untuk kebahagiaan Jisoo. Mana ada orang yang mendoakan kebaikan orang lain dengan bersikap acuh tak acuh begini. Mungkin ada satu, Yoongi orangnya.

"Aku pergi" Yoongi mulai mengambil langkah

Greb

"Jangan pergi, ku mohon" tanpa Yoongi duga sebelumnya Jisoo memeluknya dari belakang. "Aku berjanji, aku tak akan mengganggumu lagi. Tapi tetaplah berada disini. Aku tidak akan berharap lebih" lanjutnya seraya terisak

Yoongi membisu, tak ada kata-kata yang terpikir di benaknya. Yang ia lakukan hanya melepas paksa pelukan Jisoo dan dengan segera mengambil langkah seribu tanpa menoleh walau cuma sekali.

Pada akhirnya hanya tersisa satu kenyataan pahit, Yoongi masih saja melakukan kesalahan yang sama. Sekuat apa pun niatnya untuk menghindar semua masih tak ada bedanya,Yang bisa ia lakukan hanya lari dari kenyataan.

 Sekuat apa pun niatnya untuk menghindar semua masih tak ada bedanya,Yang bisa ia lakukan hanya lari dari kenyataan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TBC



111120

Half Of Me; Season 2 [KookU♥️]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang