SEMESTA VERSI BUKU DIGITAL

1.5K 188 51
                                        

Catatan Penulis.

Awal mula kehidupan pasti dimulai dari awal mula bagaimana dunia ini tercipta. Selayaknya sebuah ruang kosong tanpa lampu, dahulu seantero jagat raya hanyalah wadah raksasa yang barangkali tak berbatas, tak bertepi pun tak memiliki dinding-menjadi rumah bagi kegelapan tanpa satu pun cahaya yang meneranginya. Namun, kini bukan hanya ada gelap, tidak lagi cuma hitam pekat, dan tak hanya berisi kengerian dari sebuah ruang yang begitu melompong.

Sekumpulan galaksi terlahir, menghadirkan pula konstelasi gemintang di setiap celah antar spasi, ada juga gugusan planet yang saling mengitari satu sama lain dan berotasi pada bintangnya yang paling terang. Era kebangkitan para asteroid, meteor dan kerikil-kerikil serta batuan tanpa nama yang melayang-layang tanpa tahu jalan pulang. Pada dentum masa itu, ruang yang semula hampa, berangsur-berangsur memiliki ornamen penunjang yang membuatnya memiliki berbagai macam warna, dan dari sinilah peradaban manusia perlahan bereksistensi.

Kehidupan dimulai dari sana. Di sudut antariksa, di antara triliunan bintang dan miliaran planet, di sebuah galaksi yang kita kenal sebagai Milky Ways, di sebuah batu besar bernama Bumi-sebuah rumah berlangit nitrogen, memiliki laut yang lebih luas daripada daratan, mempunyai padang rumput yang luas serta gurun pasir yang membentang, terlebih jua memiliki kadar oksigen untuk bernapas bagi siapa dan apa-apa yang bernyawa di dalamnya. Di dalam sana juga menawarkan berbagai panorama secara percuma, dan dalam tiap momentum memiliki ceritanya masing-masing. Sama halnya seperti manusia, yang meski kadang serupa, tetapi tetap memiliki beberapa hal yang berbeda. Kendati bernaung di tempat yang sama, pasti mempunyai jalan yang tak sama. Masing-masing dari kita mempunyai kisahnya tersendiri.

Dione Deudney di sini sebagai lakon dan juga sebagai pengantar dari kisah yang memuat tentang bagaimana caranya berbahagia di saat situasi dirundung pekatnya abu; perihal tentang bertahan di kala kesempatan untuk bernapas seperti sudah berada di ujung batas; soal bagaimana caranya tetap tarik senyum walau lembayung mendung sukses tutupi binar mentari pengantar hangat yang semestinya bisa berikan rasa di mana menjadi manusia adalah nikmat paling besar yang pernah kita terima ketika dilahirkan. Dongeng ini akan memberitahumu bahwa semesta yang kita jadikan rumah ternyaman; ruang kaki berpijak; wadah termegah untuk saling berbagi rasa antar sesama kita yang tidak hanya memiliki satu nama-semesta di mana di dalamnya tidak cuma punya satu warna, tidak hanya miliki satu cerita, dan tidak hanya ada satu canda, tawa, luka, maupun duka.

--

Buku Digital, segera hadir.

SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang