Semesta Book Version: Cosmic Latte

1.4K 186 51
                                    

Pengantar Dari Dione Deudney Sloan.

Semesta selalu menawarkan tawa di balik luka, senantiasa memberikan suka di belakang duka, dan tak sekalipun semesta lupa pada fakta bahwa kita hanyalah manusia yang selalu dan selalu mendamba rasa bahagia. Untuk Papa, semestaku yang keindahannya tiada dua, terimakasih sudah memberitahuku kalau perangai semesta tak sejahat seperti yang aku kira.

Secara pribadi, sejujurnya, aku tidak tahu harus seperti dan dengan apa aku memulai buat mengenalkan diri sembari membagikan sedikitnya frasa kisah yang memuat tentang bagaimana semesta yang kupunya berotasi juga berevolusi. Tidak ada banyak hal yang bisa serta mudah sekali buat dibagi, sebab rata-rata kesan yang aku miliki sudah dikemas rapi dalam balutan kotak kenangan yang sebisa mungkin akan terus aku simpan tanpa harus berulang kali berpikir guna menyebarkannya. Namun, apabila ditelisik dari sudut serta sisi yang tak pernah aku jamah, sebagian kecil dari peranti yang terbentuk nyatanya bisa disusun, dibariskan dan dirangkai sedemikian rupa untuk mencipta konstelasi diksi yang mana akan menjelma menjadi dongeng paling realistis, kendati sebetulnya tidak selalu realistis.

Faktualnya, Ayah kerap kali bicara padaku, katanya, dalam kehidupan sudah pasti selalu ada drama yang terselip di masing-masing sulur napas yang telanjur diembus dan dilepas. Cacat serta rusak, keping predestinasi tak melulu tercipta dengan sempurna; hakikatnya tiada kehidupan manusia yang sempurna. Senang dan sedih. Bahagia dan terluka. Tertawa dan menangis. Pun, suka dan duka. Segalanya dibagi sama rata, tidak berat sebelah atau tertakar tidak setara. Memang demikian, hanya saja Ayah juga pernah berkata kalau manusia terkadang suka menjunjung sesuatu yang kurang benar; perihal kehidupan yang terasa menyebalkan sekaligus memuakkan di waktu yang bersamaan. Ayah bilang, sewaktu-waktu manusia suka bersikap kelewat egois, inginnya lebih dan lebih, padahal sudah sangat dicukupkan dari batas yang telah Tuhan gariskan.

Sifat yang selalu merasa kurang puas benar-benar mencerminkan bagaimana watak serta perangai para manusia, walau hal semacam itu ialah mutlak, bagiku beberapa manusia di antaranya ada pula yang merasa sudah dicukupkan kendati sebenarnya semesta telah curang pada hidupnya. Tabiat yang buruk (juga yang baik) tidak bisa dipukul sama rata di atas kepala yang berbeda, setidaknya untuk yang satu ini merupakan fragmen aksara yang Paman Dante berikan padaku. Paman Dante juga bilang bahwasanya kinerja semesta itu sulit ditebak—warnanya tidak melulu seirama untuk masing-masing dari kita. Ucapan Ayah juga pernah menyinggung ini, sekalipun sebetulnya sedang mengajak manusia bercanda, candanya tidak selalu mampu membuat kita jadi tertawa. Benar, deh. Bibi Thalassa juga pernah berkata padaku hari-hari lalu perihal dunia yang konon katanya hanyalah sebuah panggung sandiwara, kita sebagai pemeran protagonis dengan semesta sebagai lakon antagonisnya. Setiap detik yang terlalui sudah pasti mengantongi setidaknya satu atau dua momentum, diberikan pengalaman untuk pembelajaran di masa mendatang.

Aku bukan seseorang yang telah melewati usia dewasa yang mana kisahku telah memiliki ribuan kata yang pantas dijadikan sebuah buku yang layak buat dibaca. Tidak, dongeng ini tidak cukup panjang apabila di dalamnya hanya berisi tentang diriku saja; sekadar kisahnya seorang Dione Deudney Kieffer yang umurnya akan menginjak angka lima belas bulan Oktober nanti. Di sini ada cerita milik Ayah—Jovan Kieffer Sloan—yang aku sebut sebagai malaikat bersayap paling baik yang hanya diriku seorang yang punya. Ada kisah Dante Keelan Sloan selaku paman kesayanganku, merangkap menjadi Dinoboy yang merupakan rekan Dionesaur dalam memberantas substansi-substansi jahat yang gemar buat hati luka-luka, patah-patah dan timbulkan suara kretek-kretek dari dalam sana. Pun, ada juga dongeng milik Thalassa Annemarie, Bibi Cantik yang kelembutannya mengalahkan serat kapas, yang selalu sedia jadi rumah ternyaman bagiku untuk bercerita apa saja­—pengganti sosok ibu yang akan menampung semua keluh kesahku dan jadi pemberi afeksi tanpa batas, jadi presensi seperti bidadari yang sangat aku sayang dan cintai. Tak lupa Paman Galen Daimier, yang meskipun terlihat begitu dingin, tetapi dia punya banyak sisi yang membuatnya seperti kesatria baja yang akan melakukan hal berani untuk melindungi orang yang disayanginya.

Ini adalah Cosmic Latte, sebuah buku yang di tiap-tiap halamannya bukan hanya menceritakan tentang semesta milikku saja. Semesta Ayah Jovan, semesta Paman Dante, pun semesta Bibi Thalassa dan Paman Galen akan menjadi pemanis lukisan semesta dalam satu-kesatuan untuk memanjakan kamu sekalian. Harapanku hanya satu, semoga kamu menikmati buku ini dengan menyimpan sedikitnya satu kesan yang akan kamu ingat tentang dalam kisah sederhana ini. Nikmati konstelasi diksi yang tersaji dengan senyuman yang terpatri, apabila seandainya kamu diharuskan menangis, jangan lupa untuk segera hapus air matamu, ya. Frasa-frasa ini tak punya suara, tetapi mereka akan meninggalkan makna. Aku janji. []

•••

Coming Soon.

SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang