19. Telepon dari Rhea

5 5 0
                                    

Tok! Tok!

Pintu kamar Rhea diketuk. Rhea memang selalu mengunci pintu kamarnya. Berjaga-jaga agar adik perempuannya yang usil tidak akan masuk ke kamarnya. Sekali adiknya masuk ke kamar, hancur sudah kamar Rhea.

"Rhe!" panggil seseorang dari balik pintu.

Rhea yang sedang berleha-leha di kasur, terpaksa harus mendekati pintu untuk membuka kuncinya. Huft, malas sekali.

"Iya, bun?" tanya Rhea saat sudah membuka pintu dan tampaklah seorang wanita paruh baya di balik pintu kamarnya.

"Ada Fachri,"

"Oh, oke nanti Rhea ke bawah,"

"Sip. Bunda mau nganyar adik buat les. Kamu layani tamumu," titah Bunda Rhea.

Rhea mengangguk mengiyakan.

"Ya udah Bunda pamit. Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalan."

Bunda Rhea pergi menuruni tangga untuk sampai ke lantai bawah dan akhirnya pergi dari rumah.

Rhea kembali masuk ke dalam kamarnya. Dia mendekat ke arah cermin. Rhea membetulkan hijabnya yang sedikit berantakan.

Setelah merasa oke, Rhea segera keluar dari kamarnya. Mengunci pintunya, lalu menuruni satu persatu anak tangga. Tampaklah Fachri duduk di ruang tamu sedang memainkan ponselnya.

"Assalamualaikum," sapa Rhea tak lupa senyumnya.

Fachri mendongak, dia membalas senyum Rhea. "Waalaikumsalam,"

"Mau aku buatin minum apa?" tanya Rhea.

"Seperti biasa aja,"

Fachri sudah sering bermain ke rumah Rhea. Dia sudah tidak sok jaim lagi. Kedekatannya dengan keluarga Rhea juga sudah tidak diragukan.

"Non, bibi mau ke pasar," seseorang wanita paruh baya lain yang tak lain adalah asisten rumah tangga Bunda Rhea, berjalan mendekat pada Rhea.

"Oh, iya, bi," sahut Rhea.

"Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam."

Asisten rumah tangga Bunda Rhea kemudian berjalan melewati Rhea dengan sedikit membungkuk sopan. Dia keluar dari rumah, lalu kembali menutup rapat pintu rumah.

"Kita cuma berdua di rumah, dong," ujar Fachri dengan cengirannya yang langka.

"Ah, bener juga,"

Facri terkekeh ringan. "Nggak usah canggung,"

"Hehe, iya." Rhea ikut terkekeh. "Kamu udah makan pagi?"

Fachri menggeleng sebagai jawaban.

"Aku buatin makan, ya!"

Fachri mengangguk sambil tersenyum senang.

Rhea segera pergi ke dapur untuk membuatkan makan pagi Fachri. Rhea membuka lemari pendingin, kepalanya hampir masuk ke dalam kulkas. Rhea mengambil beberapa bahan untuk membuat nasi goreng.

Seseorang menepuk pundak Rhea dari belakang. Rhea tersentak sampai kepalanya terbentur ke pintu kulkas bagian atas.

Orang yang tadi menepuk pundak Rhea tertawa lepas sementara Rhea meringis kesakitan. Rhea menengok ke belakang sambil mengusap kepalanya yang tadi terbentur, dengan tangan kanannya. Tangan kiri Rhea melayang memukul pelan lengan orang itu yang masih tertawa lepas. Itu adalah Fachri.

"Ngagetin aja!" gerutu Rhea.

"Haha, maaf. Masih ingat sarapan kesukaanku?"

Rhea mengangguk. Dia masih ingat betul semua hal yang Fachri sukai, juga yang tidak disukai Fachri.

GiRLsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang