1. Perpisahan

68 27 81
                                    

Suara hujan di bulan Juli bercampur dengan merdunya musik yang menggema di seluruh lorong sekolah. Dalam ruang audio visual, tiga gadis cantik berseragam putih abu-abu berdiri tegap menghadap tiga boompole. Mereka bernyanyi ria dengan diiringi biola yang dipegang oleh gadis berhijab, juga melodi gitar yang dimainkan oleh gadis berambut panjang diikat rapi.

Mereka sedang berlatih untuk pertunjukan musik di acara perpisahan nanti.

Jreng!

Alunan musik seketika terhenti saat gadis yang memiliki bet nama Lesya itu salah memetik gitarnya. Ketiganya sama-sama menghela napas kasar. Ini bukan yang pertama kali.

Lesya menurunkan gitar dari pelukannya. Dia tertunduk dalam dengan mata terpejam. Sedari tadi pikirannya terus melayang-layang tak dapat dikendalikan.

“Kenapa, Sya? Dari tadi kamu nggak fokus mulu,” protes gadis dengan rambut pendek. Dialah sang vokal utama, Gisella Anatasya.

Sekali lagi Lesya menghela napas, lalu mengulum bibirnya enggan menjawab pertanyaan Gisel itu.

“Kalau ada masalah cerita. Jangan dipendam terus,” saran gadis berhijab. Sang pemain biola, Rhea Asyifa Umaira.

Lesya masih tak menjawab.

“Atau kita mau istirahat dulu?” tawar Rhea, kemudian dia melirik jam hitam yang bertengger manis di pergelangan tangannya, “udah tiga jam kita latihan."

Gisel dan Lesya mengangguk setuju. Mereka berjalan ke pinggir panggung, duduk di tepiannya. Masing-masing membawa minum. Berlatih tiga jam membuat kerongkongan mereka kering.

“Sel, kamu ...,” ujar Lesya menggantung.

“Hm?” sahut Gisel menyudahi aktivitas minumnya. Dia kembali menutup botol air mineralnya.

Lesya menggeleng lemah seraya tersenyum dipaksakan. Sikap Lesya ini berhasil membuat tanda tanya besar di benak Gisel dan Rhea.

Gisel hendak memaksa Lesya untuk meneruskan kalimatnya. Niatnya urung saat dia teringat akan sesuatu.

“Eh, sekarang jam’ber?” tanya Gisel dengan nada tak tenang.

Rhea melirik jam tangannya. “Jam tiga lewat lima menit.”

“Ya ampun aku lupa. Tadi disuruh ke ruang TU buat bawa surat!” Gisel segera berdiri. Tangannya sibuk menepuk-nepuk bokongnya yang sedikit kotor.

“Sel, kamu beneran mau lanjut kuliah di London?” tanya Lesya akhirnya dapat mencurahkan beban pikirannya selama ini.

Gisel menoleh kaget pada Lesya. Detik berikutnya dia terkekeh ringan. “Beneran, lah. Ngapain aku bohong? Ini, kan mimpi aku.”

“Jadi itu yang bikin kamu sedari tadi nggak fokus?” tebak Rhea tepat sasaran.

Lesya menyengir kuda.

“Memang kenapa kalau aku keluar negeri, Sya?”

Lesya bergumam sebentar. “Aku cuma takut kamu bakal lupa sama kita. Nasib Girls gimana?”

“Dih, kamu pikir aku amnesia sampai lupa sama kalian?” sanggah Gisel meledek.

“Kita bisa kok cover lagu atau bikin konten Youtube meski jarak jauh. Kita, kan udah bikin rencana. Apa yang kamu khawatirkan lagi, Sya?” tanya Rhea.

GiRLsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang