Rhea dan Lesya memutuskan pulang menggunakan busway. Keadaan cuaca masih sama, mendung. Seperti mendukung Lesya yang sedang murung. Lesya masih mempertahankan sikap diamnya. Bila biasanya Lesya yang cerewet, sekarang malah Rhea yang menjadi banyak omong.
"Aku nggak nyangka bisa ketemu dia di Jakarta. Biasanya ketemu setahun dua kali setiap mudik," kata Rhea tak henti-henti bercerita tentang Fachri.
"Hm," balas Lesya malas.
Itulah yang sedari tadi keluar dari bibir Lesya. Hanya hm, ya, oh, dan kata-kata singkat lainnya.
Pikiran Lesya tiba-tiba menjadi keruh. Ada orang bilang, jika ingin tahu seberapa besar rasa suka seseorang, lihat saja seberapa banyak dan sering mereka menceritakan orang yang disukainya.
Lesya membuang napas kasar saat kalimat itu melintas di otaknya. Mungkinkah Rhea menyukai Fachri? Fachri itu baik, pintar, tampan, dan mapan. Cewek mana yang tidak suka cowok semacam Fachri?
"Sekarang dia makin tampan aja," celetuk Rhea makin asik membicarakan Fachri.
Lesya menoleh malas pada Rhea yang duduk disebelah kanannya. "Rhe,"
"Ya?" sahut Rhea menghentikan aktivitas berceritanya.
Lesya menelan salivanya susah payah. Otaknya berpikir keras menyusun kalimat untuk disampaikan pada Rhea. Lesya tidak ingin membuat Rhea merasa bersalah. Dia juga tidak ingin terlihat bodoh karena cemburu terhadap orang yang tidak hak dia cemburui.
"Apa, Sya?" desak Rhea.
"Aku suka Fachri. Sangat," lontar Lesya dengan ritme cepat tapi tegas.
Rhea bergeming. Tampaknya dia masih mencerna baik kata-kata yang barusan Lesya lontarkan. Mencari makna dari kalimat itu.
Rhea mengembangkan senyum manisnya. Dia sangat paham maksud dari ucapan Lesya yang ambigu.
"Maaf, Sya. Bodohnya aku yang terlalu senang ketemu Fachri sampai tidak sadar kalau sahabatku sedang cemburu,"
Lesya membalas senyuman Rhea. Senang sekali memiliki teman yang cepat memahami perasaan kita.
Rhea menarik tangannya untuk diletakan di pundak Lesya. Merangkul anggota termuda dari Girls itu.
"Kamu nggak usah cemburu, Sya. Aku sama Fachri hanya-"
"Cuma sahabat, kan? Aku ngerti, Rhe. Mungkin aku aja yang terlalu baperan. Maaf," ucap Lesya ganti haluan.
Banyak sekali pemikiran yang berseliweran di otak Lesya. Antara merasa cemburu, juga merasa bodoh karena mencemburui orang yang bukan siapa-siapa dia. Makannya ucapannya terdengar labil.
"Nggak apa. Aku ngerti perasaan kamu, kok,"
"Makasih, Rhe,"
"Sama-sama," balas Rhea tulus. "Nanti kalau mau ketemu Fachri lagi, nggak usah ngajak aku,"
"Beneran?"
"Iya,"
"Mmmm ... Oke,"
"Aku bantu kamu PDKT sama Fachri, deh,"
"Nggak usah, Rhe," tolak Lesya dengan pipi yang bersemu merah.
"It's okay. Aku akan tetap lakukan,"
"Terserah kamu, deh."
Bus berhenti di halte dekat perumahan tempat Rhea tinggal. Rhea segera berdiri, bersiap untuk turun. Sementara Lesya akan turun di halte berikutnya.
"Duluan, ya, Sya. Sampai ketemu lagi besok di kampus,"
"Oke,"
"Assalamualaikum,"
KAMU SEDANG MEMBACA
GiRLs
Ficção Adolescente[PROSES REVISI] GiRLs adalah vokal grup yang beranggotakan 3 siswi SMA. Nama GiRLs diambil dari singkatan nama mereka yaitu Gisella Anatasya, Rhea Asyifa Umaira, dan Lesya Mikovia. Grup vokal ini tidak sekeren JKT 48, juga tidak se-famous BlackPink...