20. Cuaca Buruk

9 6 0
                                    

Gisel dan Gea berdiri berhadapan di ambang pintu masuk kamar Gisel.

"Bilang aku nggak ada," bisik Gisel pada Gea.

"Kakak udah bilang kamu ada di rumah," ucap Gea lantang.

Dengan gerakan cepat Gisel menutup mulut kakaknya dengan telapak tangannya. Gisel berdecak kesal. Gagal sudah rencananya.

Gisel mengambil alih ponsel Gea. Dia kembali masuk ke kamarnya sambil bertelepon dengan Rhea. Gea ikut masuk dan duduk di meja belajar Gisel sementara Gisel duduk di tepi kasurnya. Gea kepo apa yang terjadi antara adiknya dan sahabatnya sampai Gisel menolak untuk menerima telepon dari Rhea.

"Kenapa kamu nggak jawab teleponku?" tanya Rhea dari seberang sana.

"Ponselku lagi si charger," jawab Gisel berbohong.

"To the point, aja. Apa maksud ucapan kamu di acara youtobe show itu?"

Gisel terkekeh sinis. "Kamu hubungin aku setelah tau aku masuk Lightning? Bagus, ya. Kemarin-kemarin kemana aja?"

"Maksud kamu?"

"Jadi, kamu hubungin aku cuma minta penjelasan tentang itu?"

"Iya. Girls belum bubar kenapa kamu bilang udah bubar? Kenapa kamu masuk Lightning tanpa beri tau aku dan Lesya?"

"Harus aku jawab? Pikir sendiri! Anjing nggak akan menggonggong kalau nggak ada sesuatu yang mengganggunya!" cerca Gisel dengan nada tinggi. Dia kehilangan kesabaran.

"Kamu kenapa, Gisel?"

"Memang, ya. Mereka akan sadar seberapa penting nilai seseorang setelah orang itu pergi,"

"Aku nggak ngerti. Ayo selesaikan masalah kita besok pagi di kafe Arya. Aku nggak mau hubungan kita jadi jelek gini,"

Gisel malah kembali tertawa sinis mendengar ucapan Rhea itu.

"Ayo, Gisel. Kamu mau, kan?"

"Aku kira aku benar memilih teman. Ternyata, selama ini aku hanya mempertahankan teman yang memanfaatkanku saja."

Setelah mengucapkan kalimatnya itu, Gisel memutuskan sambungan telepon secara sepihak.

Gea memandang takjub ke arah Gisel. Baru kali ini dia melihat adiknya marah-marah. Mengerikan sekali. Titisan dirinya.

Gisel menyodorkan ponsel itu pada Gea. Gea menerimanya dengan mulut yang masih terbuka.

Gisel menghembuskan napas kasar. Napasnya menjadi tidak beraturan karena tadi terlalu emosi.

"Kamu ada masalah apa sama Girls?" tanya Gea penasaran.

"Aku masuk Lightning, Kak,"

"Oh, ya? Terus kamu masuk tanpa sepengetahuan Rhea dan Lesya?" tebak Gea mulai mengerti akar masalah yang menimpa adiknya ini.

Gisel mengangguk mantap. Memang kenyataannya begitu.

"Kamu ini berdosa banget, Gisel," takjub Gea bernada seperti sound tiktok.

"Aku nggak mungkin ngelepasin kesempatan emas hanya untuk mempertahankan pertemanan sama mereka. Lagipula mereka terus mengacuhkanku. Apa salah kalau Gisel tidak memperdulikan mereka lagi?"

"Seenggaknya kamu kompromi dulu, dong sama mereka. Api untuk memadamkan api itu nggak baik, lho,"

Gisel menggeleng. "Udah dua minggu lebih Gisel ada di Indonesia. Mereka sama sekali belum ketemu Gisel. Sekali bertemu, mereka kayak nggak menginginkan kehadiràn Gisel,"

GiRLsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang