15. Hey? Pada Kemana?

10 5 0
                                    

Dua orang wanita dengan tinggi kurang lebih 1,7 meter keluar dari sebuah mobil menembus butiran salju yang mengapung di udara eropa pagi itu. Satu pria berpostur tinggi dan kekar ikut keluar dari pintu bagian depan mobil.

Mereka bertiga berlarian bersama, memasuki gedung bandara. Napas mereka yang terengah-engah menghasilkan asap. Mereka terlihat seperti naga yang sedang mengejar mangsa.

"Sepuluh menit lagi konter check in tutup!" seru pria itu, Erick.

Mendengar tetiakan Erick, Gea dan Gisel mempercepat langkahnya.

Mereka dapat bernapas lega saat telah mencapai Konter Check In. Erick mengeluarkan ponselnya, beberapa surat yang diminta, juga jangan lupakan paspor. Setelah selesai proses pengecekan tiket, petugas memberi Erick tiga buah Boarding Pass.

Tahap selanjutnya mereka menyerahkan masing-masing koper untuk disimpan di bagasi pesawat. Setelah selesai, Erick, Gea, dan Gisel segera berjalan menuju Boarding Room.

Terlihat seorang gadis melambaikan tangan pada Gisel. Gisel mengangguk seraya tersenyum untuk memberitahu bahwa dia melihat lambaian tangan gadis itu.

"Kak, di sana!" ujar Gisel.

Erick dan Gea berhenti mencari gate. Mereka menoleh ke arah telunjuk Gisel.

"Oke!" seru Erick dan Gea bersamaan.

Mereka bertiga berjalan mendekati gadis itu. Tidak lari-larian lagi.

"Long time! I'm panicking! Aku kira kalian nggak jadi berangkat!"

Celotehan gadis itu menyambut Erick, Gea, dan Gisel. Itu Caitline. Sepertinya dia tidak peduli jika dua orang di hadapannya memiliki umur lebih tua darinya.

"Tau, nih. Kalau sampai telat check in, hangus tiket kita!" gerutu Gea tak kalah kesal.

Erick, Gea, dan Gisel mendudukan tubuhnya. Gisel meluruskan kakinya yang terasa pegal akibat tadi berlarian.

"Sory. The car is wrong. Kenapa dia harus drama habis bensin segala," tukas Erick malah menyalahkan mobilnya.

"Kakak yang punya mobil. Berarti kakak yang salah!" tuduh Gisel.

"Hehehe. Yang penting kita nggak terlambat, kan? Jangan marah-marah, mari bersyukur," cengir Erick.

"Berapa menit lagi, Cait?" tanya Gisel pada Caitline. Berhenti berdebat dengan Erick.

"Dua puluh lima menit lagi. Relax and ejoy the temperature here. Di sini nggak terlalu dingin seperti di luar."

"Hmm, yes," setuju Gisel dan Gea. Mungkin di sini ada alat pengatur suhu. Makannya suhunya jadi tidak terlalu dingin.

Dua puluh lima menit menunggu naik ke pesawat. Mereka memutuskan untuk makan terlebih dahulu. Erick, Gea, dan Gisel belum sempat makan karena harus berangkat pagi-pagi buta. Caitline ikut-ikutan saja.

"Papa kamu nggak ikut pulang, Cait?" tanya Gea. Mereka lumayan akrab karena terkadang Gisel dan Caitline bermain di rumah Gea.

"No. Dia terlalu sibuk. Sepertinya nanti menyusul," jawab Caitline.

Gea hanya mengangguk-anggukan kepala menanggapi jawaban Caitline itu. Kemudian kembali melahap makanannya.

Caitline menepuk tangan Gisel yang ada di sebelah kanannya. "Gimana tawaran kakakku?" tanyanya pada Gisel.

"Yang mana?" Gisel balik bertanya. Pura-pura tidak tahu.

"Yang kamu masuk Lightning. Kamu terima?"

GiRLsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang