kacang

1.3K 82 1
                                    

Happy Reading!!!

Raina memekik senang, cilok bumbu kacang hasil mahakarya nya sudah siap, belum lagi sambal yang sangat menggiurkan sudah ia campurkan kesana.

"Mas turun dong!" teriak Raina dari bawah. Raina harus terbiasa memanggil Bumi dengan sebutan 'mas', kata ibu mertuanya 'biar lebih akrab'.

Bumi selalu ada di rumah akhir-akhir ini, ia tak ingin melewatkan perkembangan anak-anaknya dalam perut Raina. Apalagi Raina akhir-akhir ini sangat sensitif. Ia tak ingin memergoki Raina menangis di balkon lagi seperti sebelum-sebelumnya.

"Masak apa?" tanya Bumi sambil menuruni tangga.

"Cilok" ujar Raina senang.

"Pake saus kacang, enak loh. Mas harus coba" lanjutnya sambil menyodorkan sendok yang berisi cilok berukuran sedang.

Bumi ingin menolak, ia alergi terhadap kacang. Jika ia memakan satu biji saja, hal itu bisa membuat tubuhnya gatal hingga tenggorokan. Namun melihat antusiasme Raina membuatnya tak tega. Ia membuka mulutnya lalu menerima suapan itu.

"Enak" ucapnya sambil tersenyum.

"Yeiy!" pekik Raina girang. Setelahnya ia mulai melahap cilok hasilnya, dan Bumi yang langsung berlari untuk memuntahkan cilok yang belum ia telan. Raina menautkan alisnya bingung, namun kelezatan cilok dihadapannya lebih menarik perhatiannya.

*****

"Mas" panggil Raina sambil membuka pintu.

"Bangun" ucap Raina sambil membuka selimut yang membungkus tubuh Bumi. Namun alangkah terkejutnya ia melihat wajah Bumi yang membengkak. Belum lagi mata Bumi terlihat berair.

"Biii!!!" teriak Raina.

"Tolongin!" lanjutnya sambil menahan tangis.

"Kenapa mas?" tanya Raina mencoba menyadarkan Bumi.

"Kenapa non?" tanya Bi Ima sambil terpogoh-pogoh menghampiri majikannya.

"Gatau" parau Raina.

"Saya panggilin dokter atuh ya" ujar Bi Ima bergegas turun.

"Bibi disini, temenin saya" ujar Raina menahan tangan Bi Ima yang akan beranjak pergi.

"Bibi telfon dokter pake hp saya aja" tunjuk Rain kepada ponselnya yang berada dimeja rias.

Awalnya Bi Ima merasa sungkan, namun anggukan Rain membuat ia mau tidak mau melakukannya.

Dua puluh menit kemudian dokter datang, ia mengatakan bahwa alergi Bumi kambuh. Raina tentu saja terkejut, rasa bersalah hinggap dihatinya.

"Mas" panggil Raina sambil memegang lengan Bumi yang terasa dingin.

Setah dokter pamit ia langsung menghampiri Bumi karena rasa bersalah. Bumi membuka matanya walaupun sulit, ia melihat wajah khawatir Raina, mata istrinya juga berkaca-kaca.

"Gapapa" ucap Bumi pelan. Raina menggeleng, bahkan sebelum meminta maaf pun Bumi telah memaafkannya.

"Maafin Rain" ucap Raina sambil masih menggenggam tangan Bumi.

"Gapapa, anggap aja pelajaran buat nantinya" ucap Bumi. Ia tak menyalahkan Raina. Alergi nya kambuh karena kesalahannya sendiri, ia tak ingin mengecewakan Raina maka dari itu ia berani mengambil resiko.





Jangan lupa tinggalkan jejak👣👣👣👣

RAINA (PROSES TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang